Anda di halaman 1dari 13

III.

TEORI DASAR
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalahkemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian dapatmelestarikan jenisnya. Pada organisme
yang berbiak secara seksual,individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetis
yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaanpercobaannya pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa
postulatnya, sebagai berikut:
a. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau
homurai.
b. Sifat tersebut berpasangan.
c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan terlihat
ekspresinya dalam keadaan yang tertentu.
Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter
(genetisnya) alel yang bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam bentuk
gamet. Dan hukum Independerae Assortment segregasi dari sepasang alel tersebut bebas
dalam hal penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat hukum mendel yaitu
Survival gamet sama, Survival zygote sama & Survival embrio sama.
I. Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic
Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan
gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika
pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet
mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang
berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang
berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan
perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadangkadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan
kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya
sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan
kromosom dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosomkromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan,
yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya
yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak.
Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya
perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1
meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan
untuk mengamati.
Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana
yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut:
Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya
adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu
tinggi : pendek = 3 : 1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu
tumbuhan ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis
pendek.

TINJAUAN PUSTAKA
Monohibrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan
satu sifat beda. Persilangan monohIbrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau
yang disebut dengan hukum segresi. Hukum ini berbunyi, Pada pembentukan gamet untuk
gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan
penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam
persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I.
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum
diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan
genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya factor penentu (determinant) atau
disingkat dengan factor.
Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif
heterozigot. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom, pada waktu
gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing pergi ke satu gamet (Yatim,1986).
Monohibrid Pada Tumbuhan
Karakter batang tinggi yang dominant terhadap batang rendah berlaku pada
umumnya tumbuhan, termasuk jagung. Pada jagung juga dikenal adanya karakter
pertumbuhan batang seperti tebu. Pada jamur roti neurospora dikenal pula karakter warna
mycelium yang merah dominant terhadap yang putih.

Monohibrid Pada Hewan


Pada marmot, seperti juga pada hewan lainnya, gen dominant menyebabkan
pigmentasi normal dan alelnya menyebabkan albino. Marmot yang berpigmentasi normal
adalah yang berbulu hitam. Dikawinkan marmot hitam dengan marmot albino. Anak-anaknya
semua hitam. Jika anaknya itu dikawini sesamanya maka akan menghasilkan hitam : putih 3 :
1.
Monohibrid Pada Manusia
Semacam bahan kimia sintesis bernama PTC, ada segolongan orang yang bisa
mengecapnya akan merasakan pahit dan segolongan orang yang tidak bisa mengecapnya
akan merasakan ambar. Rasa pahit disebabkan karena adanya gen dominant.
Selain pengecapan banyak sifat lainnya yang mengikuti sifat persilangan
monohybrid, yaitu: polydactyly, phenylketonuria, gigi coklat huntingtons chorea, crstic fibrosis.
Beberapa hal penting tentang perkawinan monoibrid:

Semua indifidu F1 adalah seragam.

Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka indifidu F1 memiliki fenotip seperti induknya yang
dominant.

Pada waktu F1 yang heterozygote membentuk gamet-gamet, terjadilah pemisahan alel,


sehingga gamet hanya mempunyai salah satu alel saja.

Jika dominasi nampak sepenuhnya, maka perkawinan monohybrid menghasilkan keturunan


dengan perbandingan 3:1
Mutan ebony pada Drosophyla melanogaster
Perubahan perubahan dalam materi hereditas disebut dengan mutasi (Tjan,1995).
Mutasi adalah sumber utama dari semua variasi genetic, karena menyediakan bahan baku
bagi evolusi. Bila tak ada mutasi maka semua gen akan satu bentuk, tak ada alelnya,
sehingga tak mungkin mengadakan analisis genetic. Dan yang penting lagi organisme tak
mampu berevolusi dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Ebony body colour pada Drosophyla melanogaster di sebabkan oleh mutasi somatic
pada kromosom ketiga. Sifat morpologi yang tampak pada Drosophyla tersebut adalah tubuh
tampak berwarna hitam.
ALAT DAN BAHAN

Botol kultur.

Sumbat busa.

Botol eter.

Eter.

Kuas kecil.

Loop.

Kertas tissue.

Medium.

Alat tulis dan label.


PROSEDUR

Ambil masing masing 5 pasang betina virgin dari ebony dan jantan normal.

Masukkan lima pasang Drosophyla tersebut kedalam botol yang telah diberi kertas tissue dan
medium.

Setelah tujuh hari, terbentuk pupa, matikan parental.

Hewan yang keluar diamati fenotipnya.

Pada medium baru silangkan antara F1 sebanyak 5 ekor.

Setelah tujuh hari matikan F1.

Amati hewan yang menetas, hitung F2 selama 8 hari berturut-turut.

Lakukan uji statistic untuk mengetahui apakah persilangan ini benar.

VI. PERHITUNGAN
Perhitungan dilakukan dengan mengunakan metode chi square untuk persilangan
monohybrid.
Data dari hasil percobaan:
Normal: 279
Ebony: 74
Dengan perbandingan 3:1

Jumlah seluruh data : 279 + 74 = 353

PEMBAHASAN
Pada praktikum monohybrid disilangkan jantan ebony dan betina normal yang menghasilkan
F2 dengan perbandingan normal : ebony sebesar 4:1. perbandingan fenotip yang diharapkan seharusnya
normal : ebony sebesar 3:1 berdasarkan hukum Mendel 1.

Wildan yatim, dalam bukunya yang berjudul genetika berpendapat bahwa


sesungguhnya ratio fenotip F2 3 : 1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis ratio ini
diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang
didapat tidaklah persis demikian. Kalau umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000
ekor, maka tidak akan selalu persis bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250 ekor.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut o ( observation) terhadap ratio
teoritis, yang disebut e (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin bagus
pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan o/e mendekati angka satu berarti data yang didapat makin
bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna. Akan
tetapi, jika o/e menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang karakter yang
diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu factor lain. Entah karena factor lingkungan atau jumlah
objek yang diamati terlalu sedikit.
Dari hasil perhitungan kami sebesar 3,17 berada di bawah data yang tercantum pada tabel
sebesar 3,84 berarti nilai ini masih dapat diterima. Kami berpendapat bahwa jumlah objek sebanyak
kurang lebih 300 ekor tidak cukup untuk membuktikan perbandingan persilangan monohybrid. Telah
diamati oleh george Mendel bahwa makin banyak jumlah generasi yang dihitung, makin mendekati ratio
kenyataan terhadap ratio teoritis,.dengan catatan bahwa suasana lingkungan dan genotip tidak berbeda.

KESIMPULAN
1.

Dari hasil percobaan kita dapat menyimpulkan bahwa sifat normal yang ada pada lalat buah
dibawa oleh gen dominant dan sifat ebony dibawa oleh gen resesif.

2.

Perbandingan fenotip dari hasil percobaan 4 : 1 dengan jumlah Drosophyla ebony sebanyak 74 dan
normal 279,

3.

Nilai yang diperoleh mengunakan metode statistic sebesar 3,17 tidak memenuhi ratio fenotip walaupun
masih dapat diterima hukum Mendel 1.

4.

Hal ini disebabkan karena jumlah objek yang diamati terlalu sedikit, sehingga tidak bisa
memenuhi perbandingan mendel 3 : 1

DAFTAR PUSTAKA
Brown, T.A.. 1993. Genetics A Molecular Approach. Department of Biochemistry And Applicd Molecular,
Umist, Manchester: United Kingdom.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Tjan, Kiauw Nio. 1995. Genetika Dasar (Diktat). Bandung: penerbit ITB.
Yatim, wildan. 1986. Genetika. Bandung: Penerbit Tarsito.

II. Persilangan dihibrid


Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau
polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan Dihibrid adalah hibrid
dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu
tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya
mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi
genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan
dengan simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka
genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan
dipelajari dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan
dihibrid.
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang
diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh
Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat
beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning
disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka
F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman
F1 ini kemudian ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan
penyerbukan sesamanya untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang
memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji
bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna
hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).

Perkawinan

Dihibrid

Hasil perkawinan antara 2 individu yang memiliki sifat beda disebut hibrid. Monohibrid
adalah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa). Dihibrid ialah suatu hibrid dengan dua
sifat

beda

(AaBb)

(Suryo,

2008).

Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda. Persilangan ini sangat
berhubungan dengan hukum Mendel II yang disebut The Law of Independent
Assortment of Genes. Hukum ini mengatakan bahwa gen-gen dari sepasang alel
memisah secara bebas ketika berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu
pembentukan gamet(Suryo, 2008).Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet,
dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis (Change,
2008).
Pada biji tanaman ercis hasil percobaan Mendel terdapat 2 sifat beda, yaitu bentuk dan
warna biji. Kedua sifat beda ini ditentukan oleh gen-gen yang berbeda, yaitu:
B

gen

untuk

gen

untuk

biji

keriput

gen

untuk

biji

kuning

gen

untuk

biji

biji

bulat

hijau

Jadi, bentuk bulat biji dan warna kuning biji adalah dominan (Suryo,2008).
Jika tanaman ercis berbiji bulat-kuning homozigotik (BBKK) disilangkan dengan tanaman
ercis berbiji keripur hijau (bbkk), hasilnya diperoleh semua tanamn F1 berbiji bulatkuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri akan membentuk 4 macam
game baik jantan maupun betina, masing-masing dengan kombinasi BK, Bk, bK dan bk.
Akibatnya pada F2 diharapkan terjadi 44= 16 kombinasi, yang terdiri dari 4 macam
fenotip, yaitu tanamn berbiji bulat-kuning (9/16 bagian), berbiji bulat-hijau (3/16
bagian), berbiji keriput kuning (3/16 bagian) dan berbiji keriput-hijau (1/16 bagian).
Dua diantaranya serupa dengan induknya semula, yaitu yang berbiji bulat-kuning dan
yang berbiji keripur hijau. Sedang 2 lainnya merupakan hasil baru, yaitu yang berbiji
bulat-hijau dan yang berbiji keriput kuning(Suryo, 2008).
Hasil persilangan dihibrid = hasil persilangan monohibrid I x hasil persilangan
monohibrid II. Semidomonansi, artinya dominansi tidak nampak penuh, sehingga ada
sifat intermedier. Misalnya pada perkawinan monohibrid dihasilkan keturunan dengan
perbandinagn 1:2:1 (Suryo, 2008).
Uji

Chi

Square

Sering kali kita menemukan hasil dari sebuah percobaan persilangan/perkawinan yang
hasilnya tidak sesuai dengan hukum Mendel dan mnyebabkan kita menjadi ragu akan
hasil tersebut, apakah penyimpangan yang terjadi karena kebetukan atau karena ada
faktor lain.

Dalam perhitungan juga harus diperhatikan derajat kebebasan (Degree of Freedom),


yang nilainya sama dengan jumlah kelas fenotip dikurangi satu. Jadi, jika pada
persilangan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 3:1 (ada
dominansi penuh), berarti ada 2 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasan = 2-1=1.
Jika terdapat sifat intermedier, keturuna menghasilkan keturunan dengan perbandingan
1:2:1, berarti ada 3 kelas fenotip, sehingga derajat kebebasan = 3-1=2.
Menurut para ahli statistik, khusus untuk kelas 2 fenotip perlu diterapkan Koreksi Yates
pada nilai deviasi, yaitu mengurangi nilai deviasi dengan 0,5. Apabila nilai yang diperoleh
dari perhitungan terletak di bawah kolom kemungkinan 0,05 atau kurang (0,01 atau
0,001), berartifaktor kebetulan hanya berpengaruh sebesar 5% atau kurang. Dan berarti
pula ada faktor lain yang berperan dan lebih berpengaruh pada kejadian tersebut,
sehingga data percobaan tersebut dinyatakan buruk. Nilai dikatakan signifikan atau
berarti, maksudnya deviasi (penyimpangan) sangat berarti dan ada faktor lain di luar
faktor kemungkinan yang mengambil peranan. Apabila yang diperoleh dari perhitungan
terletak di dalam kolom nilai kemungkinan 0,01 atau bahkan 0,001 itu berarti bahwa
data percobaan yang diperoleh sangat buruk. Nilai dikatakan sangat berarti dan faktor
kemungkinan sangat besar peranannya (Suryo, 2008).
Dalam tes Chi Square akan dibandingkan antara kemungkinan yang kita inginkan
dengan hasil observasi yang kita lakukan. Menrut BR Friden.2001 We wnt to know
whethe rthe observed are consist with the presumed. If they are not, we call experiment
interisting or significant . Untuk itulah dengan tes Chi Square kita dapat memastikan
kebenaran Hukum Mendel dengan perkawinan yang telah kita lakukan, selama hasil
yang kita peroleh masih signifikan (Aziz, 2009).
Metode Pengamatan Drosophila
Penangkapan Drosophila

melanogaster

Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buah-buahan lain
yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik kosong. Setelah beberapa
pasang lalat buah masuk ke dalam plastik, lalat buah dipindahkan ke botol media. Makin
banyak

lalat

yang

tertangkap,

makin

baik,

karena

meningkatkan

kemungkinan

terdapatnya lalat betina dan memperkecil kemungkinan adanya kontaminasi oleh jamur.
Kemudian botol disimpan di tempat teduh.
Memelihara

Lalat

Buah

Lalat buah dipelahara dalam botol berisi media. Media yang digunakan dibuat dari pisang
yang sudah dihancurkan dan ragi. Botol media berisi lalat buah ini sebaiknya disimpan di
tempat yang teduh. Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan
membuang bagian yang terkontaminasi dan sedikit daerah disekitarnya menggunakan
sendok, Kultur dapat juga dipindahkan ke media baru, dengan mensterilkan botol dan

sumbat busa sebelum dipakai. Bila media menjadi sangat basah, masukkan kertas
saring kedalam botol media tersebut.
Pengamatan

Siklus

Hidup

Lalat

Buah

Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap dicatat dalam
lembar pengamatan. Botol media berisi lalat buah kemudian diamati paling sedikit dua
kali sehari. Pada saat pertama muncul tahapan pertumbuhan tertentu, tanggal
pengamatan dicatat. Bila pupa pertama telah muncul, lalat buah parental harus
dikeluarkan dari botol media. Pengamatan dilanjutkan sampai lalat buah dewasa
pertama muncul.
Perkawinan Parental Menghasilkan Keturunan F1 dan F2
berikut tabelnya silahkan unduh di sini:
tabel pengamatan Perkawinan Parental
Pembahasan : Fungsi Bahan medium dan Fungsi Perlakuan Percobaan
Percobaan ini berjudul Drosophila melanogaster sebagai organisme percobaan genetika,
yang bertujuan mampu membuat medium kultur Drosophila melanogaster, dapat
melakukan pengamatan morfologi dan siklus hidup Drosophila melanogaster, mampu
membedakan seks lalat jantan dan lalat betina serta melihat variasi fenotip dan genotip
mata lalat yang terangkai kromosom-X dan juga dapat melakukan perkawinan dihibrid
pada Drosophila melanogaster serta mengamati rasio fenotip pada keturunan F1 dan
F2..
Alasan praktikum ini menggunakan lalat buah Drosophila melanogaster adalah:
Mudah diperoleh (hidup kosmopolitan)
Murah dan mudah dipelihara di laboratorium
Siklus hidupnya pendek
Berkembang biak cepat dan keturunannya banyak
Memiliki banyak mutan
Mutan mudah diamati dan dibedakan
Jumlah kromosomnya sedikit (4 pasang)
Larva memiliki kromosom raksasa/politen (Suryo 1994).
Untuk pemeliharaan stock Drosophila melanogaster dapat digunakan berbagai macammacam medium. Medium yang mula-mula dipergunakan adalah campuran antara pisang
ambon dan tape ketela pohon dengan perbandingan 6 : 1. Medium tersebut dipakai
selama lebih dari 15 tahun. Pada tahun 1984 mulai digunakan beberapa medium yang
dicobakan untuk dapat pula ppemeliharaan jenis-jenis Drosiphila lainnya dan beberapa
tahun terakhir ini telah digunakan resep yang baru. Hal ini disebabkan oleh karena
kualitas tape dan pisang ambon yang tidak seragam, sehingga dirasakan perluuntuk

memperoleh medium yang lebih padat dan dapat diandalkan. Resep baru yang akan
dipakai merupakan modifikasi dari resep yang telah ada dan yang disesuaikan dengan
kondisi Indonesia (Hartati, 2009).
Biasanya Lalat buah (Drosophila melanogaster) dikembangbiakan dalam botol medium,
mediumnya dapat terdiri dari: Molase, agar Molase, agar Pisang atau campuran antara
Pisang dengan tape singkong dengan perbandingan 6:1. Jenis medium yang paling
banyak digunakan adalah medium yang terdiri dari campuran antara pisang dengan tape
singkong. Jenis medium ini juga biasanya digunakan untuk pemeliharaan.
Bahan yang digunakan untuk membuat medium kultur Drosophila melanogaster dalam
percobaan ini adalah pisang raja masak sebagai bahan makanan yang disukai
olehDrosophila melanogaster, antifungal untuk mengontrol pertumbuhan jamur, fermipan
untuk mengubah gula kompleks menjadi gula sederhana dan untuk menumbuhkan
jamur sebagai makanan Drosophila melanogaster, gula aren sebagai sumber gula atau
karbohidrat, agar untuk memadatkan medium, asam sorbat/benzoate untuk mencegah
kontaminan dari luar dan aquadest sebagai pelarut.
Perkawinan Parental Menghasilkan Keturunan F1
Dari tabel pengamatan yang bisa diunduh diatas tadi diperoleh keturunan F1 sebanyak
42 ekor jantan mata merah dan 23 ekor betina mata merah dengan jumlah keseluruhan
adalah 65 ekordari induk yang semuanya juga bermata merah. Hal ini berarti semua
lalat keturunan F1 bermata normal.
Kemungkinan persilangan yang tejadi adalah sebagai berikut:
F0: X+X X+Y
( mata merah) ( mata merah)
Menghasilkan keturunan F1:
X+ Y
X+ X+ X+ X+Y
X X+ X XY
X+ adalah gen pengkode warna merah yang dominan terhadap Xw yang mengkode
warna putih.
Xadalah genotip yang belum diketahui
Dari hasil pengamatan didapatkan keturunan F1 yang keseluruhan bermata merah.
Dapat disimpulkan bahwa genotip Xmerupakan X+ atau gen yang dominan. Karena
jika genotip Xmerupakan gen resesif maka salah satu jantan akan bermata putih.
Sehingga dapat dimungkinkan parental betina memiliki genotip X+X+ dan jantan
memiliki genotip X+Y. Namun hipotesa ini masih akan dibuktikan pada pengulangan
menuju keturunan F2.

Dapat disimpulkan bahwa genotip yang ada pada keturunan F2 adalah


X+ Y
X+ X+ X+ X+ Y
X+ X+ X+ X+Y
100 % jantan mata merah
100 % betina mata merah
Dilakukan penghitungan chi-square dari hasil tersebut. Jantan dan betina sama-sama
memiliki rasio mata merah 100% sehingga data yang diamati adalah data jumlah
keseluruhan baik jantan maupun betina disamakan. Rasio mendel adalah 4 mata
merah : 0 mata putih
Nilai kemungkinannnya mendekati 0%. Faktor kemungkinan masih banyak berpengaruh
dari pada faktor lain yang menyebabkan penyimpangan. Sehingga dapat dikatakan data
percobaan itu sangat buruk dan tidak sesuai dengan hukum Mendel.
Perkawinan F1 Menghasilkan Keturunan F2
Dari tabel pengamatan yang bisa diunduh di atas diperoleh keturunan F2sejumlah jantan
mata merah : 38 ekor dan betina mata merah : 137 ekor dengan jumlah keseluruhan
175 ekor dari induk yang semuanya juga bermata merah. Hal ini berarti semua lalat
keturunan F2 bermata normal.
Kemungkinan persilangan yang tejadi adalah sebagai berikut:
F2: X+X X+Y
( mata merah) ( mata merah)
Menghasilkan keturunan F1:
X+ Y
X+ X+ X+ X+Y
X X+ X XY
X+ adalah gen pengkode warna merah yang dominan terhadap Xw yang mengkode
warna putih.
Xadalah genotip yang belum diketahui
Dari hasil pengamatan didapatkan keturunan F1 yang keseluruhan bermata merah.
Dapat disimpulkan bahwa genotip Xmerupakan X+ atau gen yang dominan. Karena
jika genotip Xmerupakan gen resesif maka salah satu jantan akan bermata putih.
Sehingga dapat dimungkinkan parental betina memiliki genotip X+X+ dan jantan
memiliki genotip X+Y. Namun hipotesa ini masih akan dibuktikan pada pengulangan
menuju keturunan F2.

Karena seluruh F2 bermata merah, dapat disimpulkan bahwa genotip yang ada pada
keturunan F2 adalah
X+ Y
X+ X+ X+ X+ Y
X+ X+ X+ X+Y
100 % jantan mata merah
100 % betina mata merah
Dilakukan penghitungan chi-square dari hasil tersebut. Jantan dan betina sama-sama
memiliki rasio mata merah 100% sehingga data yang diamati adalah data jumlah
keseluruhan baik jantan maupun betina disamakan. Rasio mendel adalah 4 mata
merah : 0 mata putih
Nilai kemungkinannnya mendekati 100%. Faktor kemungkinan masih banyak
berpengaruh dari pada faktor lain yang menyebabkan penyimpangan. Sehingga dapat
dikatakan data percobaan itu sangat baik dan sesuai dengan hukum Mendel.
Perbedaan Lalat Jantan dan Lalat Betina
Pada praktikum ini juga dilakukan pengamatan bagaimana membedakan antara lalat
jantan dan betina untuk memudahkan pengamatan terhadap jenis kelamin parental
maupun keturunan F1 dan F2 yang sifat fenotip warna mata yang berada pada
kromosom seks atau gonosom.
Berikut ini adalah perbedaan antara lalat jantan dan betina dalam tabel:
Jantan Betina
Ujung abdomen membulat Abdomen memanjang dan ujung meruncing
Abdomen terdiri atas 5 segmen Abdomen terdiri atas 7 segmen
Tubuh kebih kecil Tubuh lebih besar
Memiliki sex comb atau sisir kelamin yaitu rambut kaku pada permukaan distal tarsus
terakhir kaki depan Tidak memiliki sex comb
Akhirnya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengamatan ini adalah pengamatan Drosophila
dapat dilakukan dengan cara mengkulturkan pada medium dan botol kultur yang steril.
Selanjutnya, karena seluruh keturunan pada F1 dan F2 baik jantan maupun betina
bermata merah maka dapat disimpulkan bahwa parental Drosophila jantan bergenotip
X+Y dan betina X+X+ sehingga tidak menghasilkan keturunan yang bermata putih.
Oke.. Semoga bermanfaat :)

Ditulis Oleh : Mutiara Maghfira Chairunnissa _ Fapet E Unpad 2010


Literatur yang digunakan :
Anonymous.2006.www.duniasatwa.com/forums/archive/index.php/t-102.html 49k
Anonymous.2006.www.iptek.net.id/ind/pd_invertebrata/index.php?
id=80&ch=pd_ind_invertebrata2 14k
Anonymous.2006.www.deptan.go.id/ditlinhorti/buku_peta/bagian_07.html 12k
Anonim. 2010. Praktikum Genetika. (2008). Fakultas Biologi: Unsuoed
Aziz, Fuad Nur. 2009. Penejelasan mengenai penyimpangan Hukum
Mendel.http://blog.beswandjarum.com . Diakses pada tanggal 25 April 2011 pukul 20.00
WIB.
Change. 2008. Persilangan Monohibrid. http://erikarianto.wordpress.com . Diakses pada
tanggal 24 April 2011 pukul 20.00 WIB.
Campbell,Reece,Mitchell.BIOLOGI JILID IEdisi kelima.2004. Penerbit Erlangga: Jakarta
Silvia, Triana. 2003. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi Formaldehida Terhadap
Perkembangan Larva Drosophila. Bandung : Jurusan BiologiUniversitas Padjdjaran.
Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with Drosophila.London: John
Wiley and Sons, inc.
Suryo, 2008. Genetika strata 1. UGM Press. Yogyakarta.
Yatim, Wildan. 1986. Genetika. Tarsito. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai