Anda di halaman 1dari 29

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,


serta

karunia-Nya

penyusunan

sehingga

makalah

yang

kami

mampu

berjudul

menyelesaikan

Biodiversitas

Fungi.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata


kuliah biologi dasar dari Bapak Drs. Moh. Imron Rosyidi, M.Sc.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang
turut menyelesaikan penyusunan makalah ini:
1. Yang terhormat Drs. Moh. Imron Rosyidi, M.Sc selaku dosen
pengampu

mata

kuliah

Biologi

yang

telah

membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.


2. Yang tercinta kedua orang tua kami yang

telah

memberikan motivasinya sehingga

Dasar

makalah ini dapat

terselesaikan.
3. Serta teman-teman kami yang memberikan semangat dan
motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh
dari kata sempurna, untuk itu kami selaku penyusun memohon
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Kami berharap
dalam penyusunan makalah ini dapat memberikan informasi
yang sifatnya membangun dan bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari pembaca. Aamiin...

Jember, 15 Juli 2014

penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................. 1
DAFTAR ISI .......................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................... 3
1.1.................................................................Latar
Belakang ............................................................... 3
1.2.................................................................Rum
usan masalah ...................................................... 4
1.3.................................................................Tujua
n.............................................................................. 4
1.4.................................................................Manf
aat ........................................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................... 5
BAB 3. PEMBAHASAN ....................................................... 8
BAB 4. PENUTUP ................................................................ 24
4.1 Kesimpulan ........................................................ 24
4.2 Saran ................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 25

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keanekaragaman

hayati

yang

ada

di

bumi

kita

ini

merupakan hasil dari proses evolusi yang sangat lama, sehingga


melahirkan bermacam-macam makhluk hidup. Keanekaragaman
hayati dapat dikelompokkan atas keanekaraman gen, jenis dan
ekosistem (Fried & Hademenos, 1999).
Keanekaragaman

jenis

dapat

dikelompokkan

menjadi

beberapa kingdom, diantaranya monera, protista, fungi, plantae,


dan animalia. Namun yang kami bahas dalam makalah ini
hanyalah kingdom fungi.
Fungi atau jamur merupakan organisme eukariotik, tidak
memiliki klorofil, sehingga bersifat heterotrof. Fungi dibedakan
dengan organisme yang lain karena memiliki ciri-ciri yang
berbeda, diantaranya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya (Pratiwi, 2008).
Beberapa buku mengatakan bahwa fungi dibagi menjadi
dua

subclass,

yaitu

Phycomycetes

dan

Eumycetes.

Phycomycetes merupakan jamur ganggang, memiliki mycelium


(kumpulan hifa), tidak berdinding melintang, batas antar sel tidak
begitu jelas; sedangkan Eumycetes merupakan jamur benang,
memiliki mycellium yang berdinding melintang. Eumycetes
dibagi menjadi empat ordo, yaitu Ascomicetes, Basidiomicetes,
Deuteromicetes, dan Lichenes (Yatim, 1974).

Banyak hal menarik yang perlu kita pelajari pada kingdom


fungi ini, diantaranya fungi itu apa, struktur tubuhnya seperti
apa, habitatnya dimana, klasifikasinya bagaimana, hubungannya
dengan organisme lain bagaimana, reproduksinya bagaimana,
serta siklus hidupnya. Oleh karena itulah kami susun makalah ini
untuk menambah wawasan dan informasi serta pengetahuan kita
tentang

kingdom

fungi.

Sehingga

kita

dapat

mengetahui

biodiversitas fungi yang ada di bumi ini, khususnya di negara


kita, Indonesia dengan mengaplikasikan ilmu yang telah kita
peroleh selama kuliah ini, khususnya dari makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah

yang

kami

angkat

dalam

makalah kami, antara lain sebagai berikut:


1.2.1 Apa pengertian dari biodiversitas?
1.2.2 Apa pengertian dari fungi?
1.2.3 Bagaimana struktur tubuh fungi?
1.2.4 Dimana habitat fungi?
1.2.5 Bagaimana pengelompokan atau klasifikasi fungi?
1.2.6 Bagaimana hubungan fungi dengan organisme lain?
1.2.7 Bagaimana proses reproduksi fungi?
1.2.8 Bagaimana siklus hidup fungi?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain
agar mahasiswa:
1.3.1. Mengetahui pengertian dari biodiversitas.
1.3.2. Mengertian pengertian dari fungi.
1.3.3. Mengetahui bagaimana struktur tubuh fungi.
1.3.4. Mengetahui dimana habitat fungi.
1.3.5. Mengetahui bagaimana pengelompokan atau klasifikasi
fungi.
1.3.6. Mengetahui

bagaimana

hubungan

fungi

organisme lain.
1.3.7. Mengetahui bagaimana proses reproduksi fungi.
1.3.8. Mengetahui bagaimana siklus hidup fungi.

dengan

1.4. Manfaat
Fungi bersifat menguntungkan sebagai elemen daur ulang
yang vital. Beberapa fungi bersifat menguntungkan karena
merupakan bahan makanan, misalnya cendawan (mushroom),
dan beberapa fungi bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu
untuk membantu penyerapan air dan mineral tanah oleh akar.
Namun beberapa fungi juga bersifat parasit, dengan mengambil
senyawa

organik

dari

organisme

hidup

(manusia,

hewan,

maupun tanaman).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Istilah

keanekaragaman

hayati

atau

biodiversitas

menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup


baik variasi gen, jenis dan ekosistem yang ada di suatu
lingkungan tertentu. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi
kita ini merupakan hasil dari proses evolusi yang sangat lama,
sehingga

melahirkan

Keanekaragaman

bermacam-macam

hayati

dapat

makhluk

dikelompokkan

hidup.
atas

keanekaraman gen, jenis dan ekosistem (Fried & Hademenos,


1999).
a. Keanekaragaman Tingkat Gen
Makhluk hidup tersusun atas unit satuan terkecil yang kita
kenal sebagi sel. Dalam inti sel terdapat materi pembawa sifat
yang disebut gen. Setiap individu memiliki jumlah dan variasi
susunan

gen

yang

berbeda-beda.

Pada

prinsipnya

bahan

penyusun Gen setiap makhluk hidup adalah sama, namun jumlah


dan susunanya yang berbeda-beda sehingga menampilkan sifatsifat yang berbeda-beda pula (Fried & Hademenos, 1999).
b. Keanekaragaman jenis

Variasi warna pada ikan dan warna bunga menunjukkan


adanya variasi dalam tingkatan jenis makhluk hidup. Variasi ini
disebabkan karena adanya rekombinasi (pencampuran) gen-gen
dalam jenis tersebut sehingga melahirkan variasi yang lebih
beragam (Fried & Hademenos, 1999).
c. Keanekaragaman tingkat ekosistem
Suatu ekosistem terdiri dari komunitas hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme beserta lingkungan abiotik dimana semua
makhluk hidup tersebut berada. Kedua komponen ini saling
berinteraksi satu dengan lainnya dengan berbagai cara yang
berperan dalam siklus materi dan energi. Keanekaragaman
ekosistem dapat dilihat dari variasi ekosistem berdasarkan batas
geografi (Fried & Hademenos, 1999).
Fungi adalah organisme kemoheterotrof yang memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya (sumber karbon dan energi).
Bila sumber nutrisi tersebut diperoleh dari bahan organik mati,
maka fungi tersebut bersifat saprofit. Beberapa fungi bersifat
menguntungkan karena merupakan bahan makanan, misalnya
cendawan

(mushroom),

dan

beberapa

fungi

yang

dapat

bersimbiosis dengan akar tanaman tertentu yang membantu


penyerapan air dan mineral tanah oleh akar. Simbiosis ini dikenal
dengan nama mikoriza. Beberapa fungi juga dapat bersifat
parasit dengan memperoleh senyawa organik dari organisme
hidup, serta bersifat merugikan dan dapat menimbulkan penyakit
pada manusia, hewan, maupun tanaman (Pratiwi, 2008).
Ilmu yang mempelajari fungi (struktur dasar identifikasi
fungi, daur hidup fungi, dsb) disebut mikologi. Pada fungi,
terdapat dua istilah yaitu kapang (mold) yang merupakan fungi
yang berfilamen dan multiseluler, dan khamir (yeast) yaitu

bentuk fungi berupa sel tunggal dengan pembelahan sel melalui


pertunasan (Pratiwi, 2008).
Fungi atau jamur ditempatkan dalam sebuah kingdom
tersendiri berdasarkan sejumlah ciri yang berbeda. Semua fungi
adalah eukariotik, heterotrofik, multiseluler (kecuali khamir).
Fungi memperoleh makanannya dengan cara penyerapan, bukan
dengan

ingesti.

Fungi

mensekresikan

enzim-enzim

pencernaannya ke luar tubuh, lalu menyerap produk-produk


digesti yang terjadi di luar tersebit. Kebanyakan dari fungi
memiliki dinding sel yang terbuat dari kitin, suatu polisakarida
yang mengandung asam amino. Semua fungi tidak memiliki
flagel, sehingga motilitasnya terbatas (Fried & Hademenos,
1999).
Khamir (yeast) atau ragi adalah fungi uniseluler yang
dipercaya berkembang dari nenek moyang fungi multiseluler.
Kapang (mold) dan cendawan (mushroom) adalah contoh fungi
lainnya. Fungi ditafsirkan bahwa usianya sekitar 400 juta tahun
(Fried & Hademenos, 1999).
Menurut Yatim (1974), fungi dibagi menjadi dua subclass,
yaitu Phycomycetes dan Eumycetes.
Phycomycetes merupakan jamur ganggang, memiliki
mycelium (kumpulan hifa), tak berdinding melintang, batas antar
sel tidak begitu jelas (Yatim, 1974).
Eumycetes

merupakan

jamur

benang,

memiliki

mycellium yang berdinding melintang. Eumycetes dibagi menjadi


empat ordo, yaitu Ascomicetes, Basidiomicetes, Deuteromicetes,
dan Lichenes (Yatim, 1974).
Ascomicetes,

berkembang

biak

Basidiomicetes,berkembang

biak

Deuteromicetes,

melakukan

tidak

dapat

dengan

dengan

ascus.
basidium.

perkembangbiakan

seksual,

namun

berkembangbiak

menggunakan

conidia.

Lichenes, merupakan simbiosa ganggang dan jamur, epifit


(Yatim, 1974).
Menurut Coyne (1999) dalam Waluyo (2010), fungi dibagi
menjadi

enam

tipe,

yaitu

Myxomycetes

(jamur

lendir),

Oomycetes (jamur berflagel), Zygomycetes (jamur gula), fungi


tingkat tinggi, fungi imperfecti, dan Mycelium steril.
Myxomycetes (jamur lendir) adalah tipe fungi yang mirip
dengan

protozoa,

karena

mempunyai

tipe

pertumbuhan

amuboid. Jamur ini ditemukan di bawah bahan-bahan organik


yang telah membusuk. Jamur ini merupakan organisme barinti
banyak pada saat berbentuk seperti amoeboid, tetapi jamur ini
dapat juga membentuk complex fruiting (Waluyo, 2010).
Oomycetes (jamur berflagel), baru dimasukkan ke dalam
klasifikasi baru yakni Chromista. Ada dua karakteristik spesies,
yakni

Phytium

Phytophthora,

penyebab

yang

penyakit

menyebabkan

dumping-of,

penyakit

pada

dan

kentang

(Waluyo, 2010).
Zygomycetes (jamur gula), contoh yang paling umum yaitu
kelompok Rhizopus nigrican, jamur roti (Waluyo, 2010).
Fungi

tingkat

Basidiomycetes.

tinggi,

meliputi

Ascomycetes

dan

Ascomycetes, lebih dari 30.000 spesies telah

diketahui. Fungi ini juga terdiri dari Basidiomycetes, dengan lebih


dari 25.000 spesies yang telah diketahui. Contoh: Agaricus,
mikoriza, jamur akar pohon (Waluyo, 2010).
Fungi imperfecti, terdiri dari kelompok Deuteromycetes,
misalnya Penicillium. Deuteromycetes memiliki hifa berseptat.
(Waluyo, 2010).
Mycelium steril, adalah jamur yang bereproduksi hanya
dengan fragmentasi hifa. Hal ini berarti jika hifa membelah

10

menjadi fragmen, setiap fragmen dapat memulai bantukan baru


miselium. Ketika spora ditemukan, miselium steril biasanya
diklasifikasikan kembali sebagai Ascomycetes (Waluyo, 2010).
BAB 3. PEMBAHASAN

A. Pengertian Biodiversitas
Istilah

keanekaragaman

hayati

atau

biodiversitas

menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup


baik variasi gen, jenis dan ekosistem yang ada di suatu
lingkungan tertentu. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi
kita ini merupakan hasil dari proses evolusi yang sangat lama,
sehingga

melahirkan

Keanekaragaman

bermacam-macam

hayati

dapat

makhluk

dikelompokkan

hidup.
atas

keanekaraman gen, jenis dan ekosistem (Fried & Hademenos,


1999).
a. Keanekaragaman Tingkat Gen
Makhluk hidup tersusun atas unit satuan terkecil yang kita
kenal sebagai sel. Dalam inti sel terdapat materi pembawa sifat
yang disebut gen. Setiap individu memiliki jumlah dan variasi
susunan

gen

yang

berbeda-beda.

Pada

prinsipnya

bahan

penyusun Gen setiap makhluk hidup adalah sama, namun jumlah


dan susunanya yang berbeda-beda sehingga menampilkan sifatsifat yang berbeda-beda pula (Fried & Hademenos, 1999).
b. Keanekaragaman jenis
Variasi warna pada ikan dan warna bunga menunjukkan
adanya variasi dalam tingkatan jenis makhluk hidup. Variasi ini
disebabkan karena adanya rekombinasi (pencampuran) gen-gen
dalam jenis tersebut sehingga melahirkan variasi yang lebih
beragam (Fried & Hademenos, 1999).

11

c. Keanekaragaman tingkat ekosistem


Suatu ekosistem terdiri dari komunitas hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme beserta lingkungan abiotik dimana semua
makhluk hidup tersebut berada. Kedua komponen ini saling
berinteraksi satu dengan lainnya dengan berbagai cara yang
berperan dalam siklus materi dan energi. Keanekaragaman
ekosistem dapat dilihat dari variasi ekosistem berdasarkan batas
geografi (Fried & Hademenos, 1999).

B. Pengertian Fungi
Fungi (tunggal, fungus) atau jamur merupakan organisme
tak berklorofil, sehingga bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik.
Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk
anyaman

bercabang-cabang

disebut

miselium.

Jamur

pada

umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda


dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan, dan reproduksinya (Pratiwi, 2008).
C. Struktur Tubuh
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur
bersel satu (uniseluler), misalnya khamir, ada pula jamur yang
multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnya jamur kayu. Tubuh jamur
tersusun

dari

komponen

dasar

yang

disebut

hifa.

Hifa

membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun


jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah (Kimball, dkk, 1983).
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun
dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran
plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel

12

eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau


septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari
sel ke sel. Akan tetapi, ada pula hifa yang tidak bersepta atau
hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan
inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma. Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya
mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ
penyerap makanan dari substrat; haustoria dapat menembus
jaringan substrat (Mader, 2000).
D. Habitat
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda
dengan

organisme

lainnya,

jamur

tidak

memangsa

dan

mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur


menyerap

zat

organik

dari

lingkungan

melalui

hifa

dan

miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.


Oleh

karena

bergantung

jamur

pada

merupakan

substrat

yang

konsumen
menyediakan

maka

jamur

karbohidrat,

protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu


diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur
dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit
(Pratiwi, 2008).
a. Parasit obligat :
Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada
inangnya, sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup.
Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru
penderita AIDS) (Pratiwi, 2008).
b. Parasit fakultatif

13

Jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang


sesuai, tetapi bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang
cocok (Pratiwi, 2008).
c. Saprofit
Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat
organik yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari
organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh.
Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase
pada

substrat

makanan

untuk

mendekomposisi

molekul

kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap


oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan
bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh
inangnya (Pratiwi, 2008).
Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan
berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan
hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air
biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari
kelas Oomycetes (Pratiwi, 2008).
E. Klasifikasi
Menurut Yatim (1974), fungi dibagi menjadi dua subclass,
yaitu Phycomycetes dan Eumycetes.
Phycomycetes merupakan jamur ganggang, memiliki
mycelium (kumpulan hifa), tak berdinding melintang, batas antar
sel tidak begitu jelas (Yatim, 1974).
a)
b)
c)
d)

Phytophtera faberi, parasit pada pohon karet.


Phytophtera nicotianae, parasit pada tembakau.
Phytophtera infestans, parasit pada kentang.
Rhizopus orizae, jamur tempe.

14

e) Mucor mucedo, jamur tombol pada kotoran hewan (Yatim,


1974).
Eumycetes merupakan jamur benang, memiliki mycellium
yang berdinding melintang. Eumycetes dibagi menjadi empat
ordo, yaitu Ascomicetes, Basidiomicetes, Deuteromicetes, dan
Lichenes (Yatim, 1974).
o Ascomicetes, berkembang biak dengan ascus. Contoh spesies
dari ordo ini yaitu:
a) Saccharomyces (ragi bir, tape, roti, dll);
b) Aspergillus (Aspergillus fungimatus, parasit pada paruparu; Aspergillus oryzae, untuk fermentasi alkohol menjadi
asam sitrat; Aspergillus wantil, jamur pada kecap);
c) Pennicilium notatum, menghasilkan penisilin; antibiotik
d) Claviceps, untuk ramuan obat;
e) Neurospore, untuk percobaan genetika karena mudah
dipelihara dan disilangkan (Yatim, 1974).
o Basidiomicetes, berkembang biak dengan basidium. Adapun
contoh beberapa spesies yang termasuk ke dalam ordo ini
yaitu:
a) Ganoderma, jamur lobang.
b) Ustilago, jamur api, parasit pada graminae (rumputrumputan).
c) Amanita, jamur beracun.
d) Lycoperdon, jamur perut, menarik serangga.
e) Volvorialla, jamur bilah, jamur merang (jerami).
f) Auricularia, jamur kuping.
g) Clavaria, jamur karang (Yatim, 1974).
o Deuteromicetes, tidak dapat melakukan perkembangbiakan
seksual,

namun

berkembangbiak

menggunakan

conidia.

Adapun contoh jamur yang termasuk ke dalam ordo ini yaitu:


a) Monilia, jamur oncom;
b) Trychophyton, menyebabkan kurap dan panu (tinea) (Yatim,
1974).
o Lichenes, merupakan simbiosa ganggang dan jamur, epifit.
Adapun contohnya yaitu:
a) Ganggang (Cyanophyceae); jamur (Ascomycetes).
b) Ganggang (Chlorophyceae); jamur (Basidiomycetes).

15

c) Usnea, obat-obatan, lumut janggut, di pucuk pohon.


d) Rocella, untuk lakmus (merah dalam larutan asam, biru
dalam alkalis).
e) Graphis, di kulit pohon.
f) Peltigera.
g) Strigula (Yatim, 1974).
Menurut Coyne (1999) dalam Waluyo (2010), kingdom
fungi dibagi menjadi 6 divisi yang berbeda dalam hal struktur
hifa dan struktur penghasil spora, terdiri dari yaitu :
1. Myxomycotina (Jamur lendir)
Struktur : merupakan jamur yang paling sederhana.
Mempunyai 2 fase hidup, yaitu:
-

Fase vegetatif (fase lendir) yang dapat bergerak seperti

amuba, disebut plasmodium.


Fase tubuh buah

Reproduksi : secara vegetatif dengan spora, yaitu spora kembar


yang

disebut

myxoflagelata.

Contoh

spesies

Physarum

polycephalum (Waluyo, 2010).


2. Oomycotina (Jamur berflagel)
Struktur : tubuhnya terdiri atas benang/hifa tidak bersekat,
bercabang-cabang dan mengandung banyak inti.
Reproduksi :
-

Vegetatif : yang hidup di air dengan zoospora yang hidup di

darat dengan sporangium dan konidia.


Generatif : bersatunya gamet jantan dan betina membentuk
oospora yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru
(Waluyo, 2010).

Contoh spesies:
a. Saprolegnia sp. : hidup saprofit pada bangkai ikan, serangga
darat maupun serangga air.

16

b. Phytophora

infestans:

penyebab

penyakit

busuk

pada

kentang (Waluyo, 2010).


3. Zygomycotina
Sruktur : tubuh multiseluler.
Habitat : umumnya di darat sebagai saprofit, di tanah yang
lembab atau sisa organisme mati. Hifanya bercabang banyak
tidak bersekat saat masih muda dan bersekat setelah menjadi
tua (Waluyo, 2010).
Reproduksi :
-

Vegetatif : Dengan spora tak berflagel (aplanospora)


Generatif : Dengan gametangiogami dari dua hifa yang
kompatibel/ konyugasi hifa (+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan

zigospora

yang

nantinya

akan

tumbuh

menjadi individu baru (Pratiwi, 2008).


Contoh spesies:
a) Mucor mucedo : biasa hidup di kotoran ternak dan roti.
b) Rhizopus sp.
- Miseliumnya mempunyai tiga tipe hifa yaitu : stolon (hifa
yang membentuk jaringan di permukaan substrat seperti
roti), rhizoid (hifa yang mnembus substrat dan berfungsi
untuk

menyerap

makanan),

sporangiofor

(tangkai

sporangium) (Pratiwi, 2008).


- Berkembangbiak dengan cara vegetatif yaitu membuat
sporangium yang menghasilkan spora. Generatif yaitu
dengan konjugasi dua hifa (-) dan hifa (+) (Pratiwi, 2008).
c) Rhizopus oligosporus: Jamur tempe. ophora infestans:
penyebab penyakit busuk pada kentang.
d) Rhizopus nigricans Menghasilkan asam fumarat, pemasak
buah.
e) Rhizopus oryzae Jamur tempe/untuk membuat tempe.
f) Rhizopus nodusus Menghasilkan asam laktat.
g) Plasmopora viticola Parasit pada anggur (Yatim, 1974).

17

4. Ascomycotina
Struktur : tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multi seluler.
Ascomycotina, multiseluler, hifanya bersekat dan berinti banyak.
Habitat : ada yang parasit , saprofit di dalam tanah atau
hipogean, hidup di kotoran ternak disebut koprofil, ada yang
bersimbiosis dengan ganggang membentuk Lichenes (Lumut
kerak) (Waluyo, 2010).
Reproduksi:
-

Vegetatif : Dengan cara kalmidospora (spora berdinding


tebal), fragmentasi (pemisahan sebagian cabang dari
miselium yang selanjutnya tumbuh menjadi individu baru),
tunas/kuncup (budding) yaitu pada Saccharomyces. Pada
jamur uniseluler membentuk tunas-tunas, pada yang

multiseluler membentuk spora dari konidia.


Generatif: Membentuk askus yang menghasilkan askospora
(Waluyo, 2010).

Contoh spesies:
a) Sacharomyces cerevisae: sehari-hari dikenal sebagai ragi.
b) Neurospora sitophila : jamur oncom.
c) Peniciliium nojajum dan Penicillium chrysogenum penghasil
antibiotika penisilin.
d) Penicillium camemberti dan Penicillium roqueforti berguna
untuk mengharumkan keju.
e) Aspergillus oryzae untuk membuat tape.
f) Aspergillus wentii untuk membuat kecap
g) Aspergillus flavus menghasilkan racun aflatoksin, hidup
pada biji-bijian. flatoksin salah satu penyebab kanker hati.
h) Aspergillus fumigatus parasit paru-paru burung.
i) Aspergillus nidulans penyebab automikosis/ penyakit
telinga.
j) Claviceps purpurea hidup sebagai parasit pada bakal buah
Gramineae.
k) Reosellina arcuata hidup pada potongan akar.

18

l) Nectria cinabarina parasit pada kayu manis.


m) Laboulbenia parasit pada serangga (Waluyo, 2010).
5. Basidiomycotina
Ciri khas: alat repoduksi generatifnya berupa basidium
sebagai badan penghasil spora. Kebanyakan anggota spesies
berukuran

makroskopik

atau

mudah

dilihat

dengan

mata

telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi


dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya
berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora)
dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti
dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer
atau persatuan dua basidiospora) (Waluyo, 2010).
Cara reproduksinya, yaitu:
-

Secara

vegetatif

(dengan

membentuk

tunas,

dengan

konidia, dan fragmentasi miselium) .


Secara generatif : Dengan alat yang disebut basidium,
basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp,
yang

menghasilkan

spora

yang

disebut

basidiospora

(Waluyo, 2010).
Contoh spesies:
a) Volvariella volvacea: jamur merang, dapat dimakan dan
sudah dibudidayakan.
b) Auricularia polytricha: jamur kuping, dapat dimakan dan
sudah dibudidayakan.
c) Exobasidium vexans: parasit pada pohon teh penyebab
penyakit cacar daun teh atau blister blight.
d) Amanita muscaria dan Amanita phalloides: jamur beracun,
habitat di daerah subtropik.
e) Amanita phalloides : menghasilkan racun falin yang merusak
darah.
f) Amanita muscaria : menghasilkan racun muskarin yang
dapat membunuh lalat.

19

g) Ustilago maydis : jamur api, parasit pada jagung.


h) Ustilago compestris : jamur kaleng.
i) Ustilago vireus : parasit pada padi.
j)
Puccinia graminis : jamur karat, parasit pada gandum,
rumput-rumputan
k) Pleurotes (jamur tiram) : enak dimakan.
l) Corticium salmonella : jamur upas, parasit pada pohon
buah-buahan dan karet (Waluyo, 2010).
6. Deuteromycotina / Fungi Imperfecti (jamur tidak sempurna)
Dinamakan demikian karena pada jamur ini belum
diketahui dengan pasti cara pembiakan secara generative
(Waluyo, 2010).
Contoh spesies :
a) Jamur Oncom sebelum diketahui pembiakan generatifnya
dinamakan

Monilia

Deuteromycotina

tetapi

sitophila
setelah

jamur
diketahui

ini

masuk

pembiakan

generatif oleh Dodge (1927) dan Dwijosoeputro (1961), alat


pembiakan nya berupa askus namanya diganti menjadi
Neurospora sitophila dimasukkan ke dalam Ascomycotina.
Epidermophyton fluocosum penyebab penyakit kaki atlit
b)
c)
d)
e)
f)
g)

(Waluyo, 2010).
Microsporum sp, Trichophyton sp.penyebab penyakit kurap.
Helminthosprium oryzae, parasit pada padi.
Sclerotium rolfsii, parasit pada bawang merah
Monila sitophila, jamur oncom, enak dimakan.
Tinea versicolor, jamur panu.
Epidermophyton floocossum, jamur kulit, parasit pada kaki

atlit.
h) Verticillium, penyebab layu pada bibit-bibit tanaman.
i) Curvularia, parasit pada rerumputan (Waluyo, 2010).
F. Hubungan fungi dengan organisme lain
Adapun hubungan fungi dengan organisme lain adalah
simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain
menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat

20

tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Hubungan tersebut


adalah sebagai berikut:
1. Mikorhiza
Mikorhiza bukan takson dalam kingdom jamur. Mikorhiza
adalah simbiosis antara jamur dengan tumbuhan tingkat tinggi,
jamur

yang

dari

Basidiomycotina.

Divisi

Zygomycotina,

Berdasarkan

Ascomycotina

kedalaman

jaringan

dan
yang

digunakannya mikoriza dapat digolongkan menjadi dua tipe


mikoriza, yaitu:
a) Ektomikoriza
Yaitu jika hifa jamur hanya hidup di daerah permukaan
akar, yakni pada jaringan epidermis. Dari tumbuhan inangnya
memperolah bahan makanan seperti vitamin, gula, asam amino.
Sedangkan inangnya mendapatkan air dan unsur-unsur dari
tanah lebih banyak. Contohnya jamur ektomikoriza bersimbiosis
dengan tanaman pinus, bentuknya seperti paying (Pratiwi, 2008).
b) Endomikoriza
Yaitu hifa jamur menembus akar hingga masuk ke jaringan
korteks.

Endomikoriza

tidak

mempunyai

inang

khusus.

Contohnya jamur yang hidup pada akar anggrek, sayuran, dan


berbagai pohon (Pratiwi, 2008).
2. Lichenes
Lichenes adalah simbiosis antara ganggang dengan jamur
dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion),
ganggangnya berasal dari ganggang hijau (Cholorophyta) atau
ganggang

biru

(Cyanophyta).

Likenes

tergolong

tumbuhan

pionir/vegetasi perintis karena mampu hidup di tempat-tempat


yang ekstrim. Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak
terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
a) Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras) dan
melekat

erat

pada

substratnya.Contohnya

Physcia

(Pratiwi, 2008).
b) Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Contohnya :
Umbillicaria, Parmelia (Pratiwi, 2008).

21

c) Fruktikos,

jika

talus

tegak

seperti

semak

atau

menggantung seperti jumbai atau pita. Contohnya Usnea


longissima (Pratiwi, 2008).
G. Reproduksi
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora.
Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya
uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi
habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi
sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air
atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora
akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa (Pratiwi,
2008).
Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak
gametangium

dan

konjugasi.

Kontak

gametangium

mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua


individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah
plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah
kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel
dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan
membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau
miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga
beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid
yang segera melakukan pembelahan meiosis (Pratiwi, 2008).
H. Siklus hidup Fungi
1. Zygomycota
Zygomycota memiliki anggota sekitar 600 spesies. Genus
Zygomycetes yang terkenal adalah Rhizopus oryzae. Jamur ini
biasa dipergunakan untuk membuat tempe dan merupakan
jamur hitam yang biasa tumbuh pada roti. Contoh spesies lain

22

dari divisi ini, antara lain Mucor sp. dan Pilobolus sp. (Pratiwi,
2008).
Siklus hidup dari jamur Rhizopus stolonifer yang tumbuh
pada

roti,

memperlihatkan

siklus

seksual

dan

aseksual

Zygomycota. Hifa haploid dari Zygomycota tampak serupa,


tetapi sebenarnya memiliki cara perkawinan yang berbeda
(Pratiwi, 2008).
Pada tipe perkawinan seksual, terjadi penggabungan dua
nukleus memproduksi zigospora yang diploid. Struktur yang
memiliki ketahanan terhadap lingkungan ekstrim ini menyebar
melalui udara dan tetap berada dalam keadaan istirahat
(dorman) sampai menemukan tempat yang memungkinkan
untuk tumbuh. Zigospora kemudian melakukan meiosis dan
membentuk sporangium yang berisi spora haploid. Spora haploid
membentuk hifa baru. Hifa ini dapat berkembang biak secara
aseksual dengan membentuk spora haploid atau melakukan
perkawinan dengan membentuk zigospora (Pratiwi, 2008).
Perhatikan Gambar berikut:

Gambar: Siklus hidup Rhizopus sp.


(Sumber: Mader, 2000).

2. Ascomycota

23

Siklus hidup Ascomycota terjadi secara seksual maupun


aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk
konidia yang merupakan hasil pembelahan ujung hifa. Ujung hifa
membentuk konidiospora yang akan menghasilkan konidia.
Konidia mampu membelah secara mitosis membentuk tunas
baru (Pratiwi, 2008).
Perkembangbiakan

secara

seksual

terjadi

dengan

peleburan inti askogonium. Peleburan ini menghasilkan hifa


diploid (2n) dan ujung hifa akan membentuk tubuh buah
(askokarp) (Pratiwi, 2008).
Perhatikan Gambar berikut:

Gambar: Siklus hidup Ascomycota


(Sumber: Mueller, et all, 2004).

Divisi ini terdiri atas banyak jamur berwarna-warni yang


tumbuh pada makanan, merusak buah, tanaman ladang, dan
tumbuhan lain. Beberapa Ascomycota menyekresikan enzim
selulase dan protease yang dapat merusak kain katun dan kain
wool, terutama di tempat yang hangat dan lembap. Keadaan
lingkungan tersebut dapat membuat jamur tumbuh dengan baik
(mueller, et all, 2004).

24

Akan tetapi, Ascomycota juga membawa keuntungan bagi


tumbuhan melalui hubungan mutualisme dengan akar tanaman.
Jamur Neurospora, di Jawa Barat dikenal sebagai jamur oncom
untuk membuat oncom. Aspergillus wentii digunakan untuk
mengubah

amilum

dan

selulosa

menjadi

glukosa

dalam

pembuatan kecap dan tauco (mueller, et all, 2004).


Claviceps purpurea, salah satu jamur anggota divisi
Ascomycota, dapat menyerang tumbuhan dan memproduksi
struktur yang disebut ergot. Struktur ini melepaskan mineral
beracun yang salah satu bahan aktifnya adalah lysergic acid
diethylamide (LSD). Jika zat halusinogen ini termakan oleh
manusia, dapat menyebabkan orang tersebut tertawa terbahakbahak, mengalami halusinasi, dan akhirnya mengalami kematian.
Saccharomyces sp. (ragi) yang mengubah glukosa menjadi
alkohol, serta Penicillium notatum termasuk anggota divisi ini
(mueller, et all, 2004).
3. Basidiomycota
Divisi

Basidiomycota

beranggotakan

sekitar

25.000

spesies. Jamur ini mudah dikenal karena umumnya memiliki


tubuh buah seperti payung. Walaupun sebagian jamur divisi ini
dapat dikonsumsi, beberapa jamur dapat pula mematikan.
Beberapa anggota dari genus Amanita mengandung racun yang
sangat mematikan. Beberapa jenis Basidiomycota juga dapat
membahayakan tumbuhan, misalnya menyebabkan kematian
pada tanaman ladang. Contoh Basidiomycota lainnya, yaitu
Auricularia

polytricha

(jamur

kuping),

Volvariella

(jamur merang), dan Ganoderma (Waluyo, 2010).

volvaceae

25

(a) Amanita merupakan jamur beracun;


(b) Jamur kuping (Auricularia polytricha) yang dapat dimakan
(Sumber: Mader, 2000).

Basidiomycota umumnya melakukan reproduksi secara


seksual

dalam

siklus

hidupnya.

Basidiomycota

melakukan

konjugasi dalam kondisi yang menguntungkan dan membentuk


miselium. Di bagian bawahnya terdapat bentuk seperti insang
yang memproduksi sel diploid yang disebut basidia. Basidia
membentuk

basidiospora

melalui

meiosis

dan

melepaskan

miliaran basidiospora ke udara atau ke air (Pratiwi, 2008).

Gambar: Siklus hidup Basidiomycota


(Sumber: Mader, 2000).

4. Deuteromycota (deutero: kedua, myces:jamur)

26

Siklus hidup: reproduksi aseksual dengan menghasilkan


konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut konidiofor.
Kemungkinan jamur ini merupakan suatu perkembangan jamur
yang tergolong Ascomycocetes ke Basidiomicetes tetapi tidak
diketahui hubungannya.

Gambar: Struktur Penicillium


(Sumber: Mueller, 2004).

Gambar: Cara hidup jamur Deuteromycota


(Sumber: Mueller, 2004).

Jamur ini bersifat saprofit dibanyak jenis materi organic,


sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi , dan perusak
tanaman

budidaya

dan

tanaman

hias.

Jamur

ini

juga

menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis

27

(kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu.


Contoh klasik jamur ini adalah monilia sitophila , yaitu jamur
oncom. Jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan oncom
dari bungkil kacang. Monilia juga dapat tumbuh dari roti , sisasisa makanan, tongkol jagung , pada tonggak tonggak atau
rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna
jingga (Mueller, 2004).
Fase pembiakan pada monilia sp., yaitu secara vegetative
kemudian diteliti ternyata juga terdapat fase generatif. Setelah
diketahui fase generatifnya, kemudian jamur ini dimasukkan
golongan

ascomycocetes

dan

diganti

namanya

menjadi

Neurospora sitophilla atau Neurospora crassa (Mueller, 2004).


Reproduksi generative Monilia sp., dengan menghasilkan
askospora.

Askus-askus

yang

tumbuh

pada

tubuh

buah

dinamakan peritesium, tiap askus mengandung delapan spora.


Contoh

lain

seksualnya
gleosporium,

jamur

yang

antara

lain

dan

diploria.

tidak
:

diketahui

Chalado
Untuk

alat

reproduksi

sporium,

curvularia,

memberantas

jamur

ini

digunakan fungisida, misalnya lokanol dithane M-45 dan copper


Sandoz.

BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai Biodiversitas
Fungi dapat disimpulkan bahwa: keanekaragaman hayati atau
biodiversitas menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada
makhluk hidup baik variasi gen, jenis dan ekosistem yang ada di
suatu lingkungan tertentu. Keanekaragaman hayati dapat
dikelompokkan atas keanekaraman gen, jenis dan ekosistem.
Fungi merupakan organisme eukariotik, tidak berklorofil,
dan bersifat heterotrof. Tubuhnya terdiri dari benang-benang

28

yang disebut hifa yang dapat membentuk anyaman bercabangcabang disebut miselium.
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur
bersel satu (uniseluler), misalnya khamir, ada pula jamur yang
multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnya jamur kayu.
Semua jenis jamur bersifat heterotrof. Untuk memperoleh
makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui
hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk
glikogen.
Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat
parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan
berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan
hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan
berasosiasi dengan organisme air.
Klasifikasi Fungi dibagi menjadi dua subclass, yaitu
Phycomycetes dan Eumycetes. Berdasarkan perberbedan dalam
hal struktur hifa dan struktur penghasil spora Fungi dibagi
menjadi
6
divisi
yaitu
:
Myxomycotina,
Oomycotina,
Zygomycotina,
Ascomycotina,
Basidiomycotina,
Deuteromycotina.
Hubungan fungi dengan organisme lain adalah simbiosis
mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap
makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu
yang bermanfaat bagi simbionnya. Hubungan tersebut yaitu :
Mikorhiza, Ektomikoriza, Endomikoriza, Lichenes.
Reproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan
aseksual (vegetatif). Secara aseksual, jamur menghasilkan spora.
Sedangkan reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak
gametangium dan konjugasi.
4.2 Saran
Sebaiknya

didalam

penyusunan

makalah

diperbanyak

gambarnya agar pembaca tidak bosan dengan tulisan saja.


Penulis berharap kritik dan saran dari pembaca yang dapat
membangun dan menjadikan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

29

Fried, G. H. & Hademenos, G.J. 1999. Schaums Outline Of Teori


dan Soal-soal Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Mader, S.S. 2000. Biology Four Edition. Part 3, Biology of
Evolution and Diversity. Amerika: Wm. C. Brown Publisher.
Mueller, G. M., et all. 2004. Biodiversity Of Fungi. China: Elseiver
Academic Press.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM
Press.
Yatim, W. 1974. Biologi. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai