Anda di halaman 1dari 5

Chytridiomycota

Fungi yang diklasifikasikan dalam filum Chytridiomycota, disebut kitrid (chytrid), tersebar
luas di danau dan di tanah. Divisio Chytridiomycota adalah satu-satunya kelompok jamur
yang sporanya memiliki flagel. Kitrid merupakan organisme yang berfilamen yang
mengambil nutrient dengan cara absorbs dan mempunyai sebuah alat gerak yang terletak di
bagian posterior, chytrid demikian disebut zoospore berflagel tunggal (uniflagellated
zoospores). Beberapa spesies memiliki flagella dua atau lebih (biflagellated dan
polyflagellated zoospores) (Cmpbell, 2008).

Morfologi

Seperti fungi yang lain, kitrid memiliki dinding sel yang terbuat dari kitin dan glukan, dan
mereka juga memiliki enzim-enzim penting dan jalur-jalur metabolik tertentu yang sama
dengan kelompok-kelompok fungi yang lain. Beberapa kitrid memebentuk koloni dengan
hifa, sedangkan yang lain terdapat sebagai sel-sel tunggal yang bulat. Namun kitrid bersifat
unik di antara fungi-fungi yang lain karena memiliki spora berflagela yang disebut zoospora.
Beberpa ahli jamur percaya bahwa 750 spesies divisi Chytridiomycota merupakan jamur
yang sangat sederhana dan merupakan jamur purba. Chytrids bersifat uniseluler atau berupa
sel tersususun rantai dengan percabangan dikotomis dengan rhizoid yang runcing untuk
menancap dan absorpsi, biasanya haploid, tetapi beberapa (Allomyces) berganti antara fase
haploid dan diploid, berkoloni (Gandjar, 2006).

Sebagian besar spesies Chtridiomycota , terdapat di tanah sebagai saprofit yang hidup pada
bahan organic. Chytridiomycota merupakan pengurai awal bahan-bahan organic di alam,
seperti kitin, keratin, selulosa dan hemiselulosa. Beberapa diantaranya hidup sebagai halofil
yang ditemukan di estuaria. Banyak chytrid hidup di dalam alat pencernaan rumen hewan.
Banyak juga yang bersifat parasit pada mikroflora dan mikrofauna, seperti algae dan rotifer,
dan beberapa parasit pada tumbuhan berpembuluh (Sudarmadji, 1996).

Gambar : Zoospora kitrid berflagel (Campbell, 2008)

Contoh Chytridiomycota : Allomyces sp, Olpidium sp, Rhizophlyctis sp, Synchytrium


endobioticum (patogen pada umbi kentang), Chytridium, dan Physoderma maydis (noda
pirang pada jagung).
Gambar : Chytridium yang membentuk hifa Gambar : Allomyces sp
(Campbell, 2008) (Remy, 1994)

Gambar : Physoderma maydis Gambar : Synchytrium endobioticum


(forestryimages.org) (mendelu.cz)

Reproduksi

Reproduksi aseksual : dengan zoospora dengan flagela posterior. Hifa kapang


Chytriodiomycota adalah soenositik (coenocyctic), septum baru dibentuk apabila fungi akan
membuat alat reproduksi sporangium. Mula-mula sporangium mengandung protoplasma
berinti banyak yang kemudian membelah menjadi bagian-bagian kecil berinti tunggal yang
selanjutnya memperoleh flagella posterior dan disebut zoospore. Zoospore keluar dari
sporangium melalui papillae atau melalui lubang di dinding sporangium, dan berenanng
sebelum menjadi kista. Kista tersebut akan berkecambah menjadi hifa baru.
Reproduksi seksual : biasanya dengan fusi antara gamet jantan motil dan gamet betina motil,
tetapi kadang-kadang hanya jantan yang motil. Hasil fusi (zigot) dapat menjadi spora istirahat
(resting spores); alternatif lainnya (Allomyces) zigot tumbuh menjadi sebuah generasi
somatik diploid yang akhirnya juga menjadi sporangia istrirahat (Gandjar, 2006).

Peranan Chytridiomycota
Kebanyakan merupakan saprotrofik pada lingkungan air tawar atau tanah lembab dan untuk
pergerakannya mereka sangat tergantung pada daya kemotaksis dari zoospora dalam memilih
subtrat yang cocok. Biasanya mereka berkumpul pada sebuah perantara (baits) yang berupa
polen, eksoskeleton serangga dll. Beberapa diantaranya mempunyai aktivitas enzimatik yang
penting, Rhizophlytics rosea bersifat selulolitik kuat di tanah; Chytriomyces hyalinus mampu
mendegradasi khitin, dan beberapa lainnya merupakan parasit pada nematoda dan larva
nyamuk (Coelomomyces sp) (Sudarmadji, 1996). Sebagian besar dari spesies kitrid
merupakan dekomposer, sementara yang lain merupakan parasit pada protista, fungi lain,
tumbuhan atau hewan. Kitrid yang lain merupakan mutualis penting. Misalnya, kitrid
anaerobik yang hidup di saluran pencernaan domba dan sapi membantu memecah zat
tumbuhan, sehingga berperan besar dalam pertumbuhan hewan-hewan itu (Campbell, 2008).
Gambar : Beberapa karakter dari Chytridiomycota. (a) Siklus hidup Allomyces. Talus somatik
haploid menghasilkan gametangia jantan dan betina yang menghasilkan gamet motil. Gamet
ini jika berfusi akan membentuk kista yang kemudian membentuk zigot diploid yang akan
berkecambah membentuk sebuah talus diploid. Talus diploid menghasilkan sporangia yang
selanjutnya melepas zoospora diploid untuk mengulang lagi fase diploid. Pada kondisi yang
jelek akan menghasilkan sporangia istirahat yang akhirnya akan berkecambah untuk melepas
zoospora haploid, zoospora ini kemudian akan menghasilkan talus haploid. (b) Rhizophlyctis
rosea, merupakan spesies yang mempunyai sebuah sel somatik tunggal yang besar dengan
rhizoid; seluruh isi sel akan membelah untuk membentuk zoospora yang dilepas melalui
papila. (c) Olpidium brassicae pada akar tanaman kubis. Fungi ini tumbuh sebagai protoplast
telanjang di dalam sel-sel akar. Pada keadaan masak, protoplas akan berubah menjadi
sporangia yang menghasilkan buluh keluar melewati dinding sel inang untuk melepas
zoospora; spora-spora ini akan membentuk kista pada akar inang, dan kista tersebut akan
berkecambah untuk melepas protoplas ke dalam tubuh inang (Gandjar, 2006).
Remy, W., T.N. Taylor & H. Hass. 1994. Early Devonian fungi: a Blastocladalean fungus
with sexual reproduction. American Journal of Botany, 81(6):690-702.

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Gandjar, I., W. Sjamsuridzal, dan A. Oetari. 2006. Mikologi: dasar dan terapan. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.

Sudarmadji. 1996. Kingdom Fungi. Jember: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai