Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yuni Rosa Lina

Nim : 1301492
Kelompok : 2 (dua)
Materi : Ciri Umum dan Struktur Tubuh serta Ekologi Divisi
Chytridiomycota

Divisi Chytridiomycota
A. Ciri Umum Dan Sturktur Tubuh
Filum Chtridiomycota diduga merupakan nenek moyang langsung
dari kelompok fungi tingkat tinggi. Divisi chytridiomycota hanya terdiri
dari satu kelas, yaitu chytridiomyceles. Divisi ini merupakan satu-satunya
dari keempat Divisi fungi yang memiliki spora berflagel tipe whiplash
pada bagian posterior (zoospora) dalam daur hidupnya. Ciri khusus
lainnya dari divisi ini adalah thalus dengan tipe hifa senosit berbentuk
globose atau ovoid. Zigot berkembang menjadi spora atau sporangium
rehat (dorman) dan komponen dinding sel utama adalah kitin dan glukan.
Secara keseluruhan, Chytridiomycota sering disebut juga sebagai
chytrids walaupun semula istilah tersebut hanya untuk ordo Chytridiales.

Morfologi
Chytrids bersifat uniseluler, berkoloni, atau atau berupa sel
tersususun rantai dengan percabangan dikotomis dengan rhizoid yang
runcing untuk menancap dan absorpsi. Biasanya haploid, tetapi beberapa
(Allomyces) berganti antara fase haploid dan diploid. Merupakan
organisme yang berfilamen yang mengambil nutrient dengan cara absorbs
dan mempunyai sebuah alat gerak yang terletak di bagian posterior,
chytrid demikian disebut zoospore berflagel tunggal (uniflagellated
zoospores). Beberapa spesies memiliki flagella dua atau lebih (bi- dan
polyflagellated zoospores). Berukuran mikroskopis.
Secara tradisional, Chytridiomycota disebut fungi akuatik, tetapi
pernyataan tersebut adalah anggapan yang salah. Sebagian besar spesies
Chtridiomycota , terdapat di tanah sebagai saprofit yang hidup pada bahan
organic. Chytridiomycota merupakan pengurai awal bahan-bahan organic
di alam, seperti kitin, keratin, selulosa dan hemiselulosa. Beberapa
diantaranya hidup sebagai halofil yang ditemukan di estuaria. Banyak
chytrid hidup di dalam alat pencernaan rumen hewan. Banyak juga yang
bersifat parasit pada mikroflora dan mikrofauna, seperti algae dan rotifer,
dan beberapa parasit pada tumbuhan berpembuluh.
Hifa kapang Chytriodiomycota adalah soenositik (coenocyctic),
septum baru dibentuk apabila fungi akan membuat alat reproduksi
sporangium. Mula-mula sporangium mengandung protoplasma berinti
banyak yang kemudian membelah menjadi bagian-bagian kecil berinti
tunggal yang selanjutnya memperoleh flagella posterior dan disebut
zoospore. Zoospore keluar dari sporangium melalui papillae atau melalui
lubang di dinding sporangium, dan berenanng sebelum menjadi kista.
Kista tersebut akan berkecambah menjadi hifa baru.

Anatomi
Chytridiomycetes merupakan fungi yang paling primitif.
Anggotanya aquatic dengan dinding sel mengandung chitin tanpa selulosa,
dan sporanya berflagel.


B. Ekologi
Chytridiomycota berjumlah kira-kira 100 genus +/- 1000 spesies.
Umumnya hidup sebagai saprofit pada tanah dan air (khususnya air tawar),
namun demikian banyak pula chytrid yang bersifat patogen baik pada
tanaman, hewan atau bahkan pada fungi lain.

Peran
Pengetahuan manusia mengenai kegunaan Divisi ini masih belum
banyak. Bar (1990) menyatakan opini bahwa peranan chytrid adalah
sebagai infader atau decomposer pertama bahan-bahan organik terutama
yang mengandung kitin, keratin, selulosa, dan hemiselulosa.
Ada sejumlah chytrid yang berhubungan langsung dengan
kepentingan manusia. Contoh spesies patogen adalah Synchytrium
endobioticum menyebabkan black ward decase pada tanaman kentang,
Olpium brassicae adalah parasit pada akar tanaman kubis dan merupakan
vektor dari berbagai virus tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (Teakle,
1983). Physodermamaydis dan Urophlyctis alfalfae menyebabkan
penyakit bercak coklat pada tanaman jagung dan crown wari tanaman
alfalfa.
Genus Coelomyses parasit pada larva nyamuk sehingga kemudian
hari mungkin bisa digunakan sebagai agens hayati. Blastocladiella
emersonii dan Allomyces macrogymus adalah saprofit yang hidup bebas
dan banyak digunakan sebagai objek percobaan pada laboratorium
molekular.
Untuk pergerakannya mereka sangat tergantung pada daya
kemotaksis dari zoospora dalam memilih subtrat yang cocok. Biasanya
mereka berkumpul pada sebuah perantara (baits) yang berupa polen,
eksoskeleton serangga dll. Beberapa diantaranya mempunyai aktivitas
enzimatik yang penting, Rhizophlytics rosea bersifat selulolitik kuat di
tanah; Chytriomyces hyalinus mampu mendegradasi khitin, dan beberapa
lainnya merupakan parasit pada nematoda dan larva nyamuk
(Coelomomyces spp).

Gambar 1.7. Beberapa karakter dari Chytridiomycota. (a) Siklus hidup
Allomyces. Talus somatik haploid menghasilkan gametangia jantan dan betina
yang menghasilkan gamet motil. Gamet ini jika berfusi akan membentuk kista
yang kemudian membentuk zigot diploid yang akan berkecambah membentuk
sebuah talus diploid. Talus diploid menghasilkan sporangia yang selanjutnya
melepas zoospora diploid untuk mengulang lagi fase diploid. Pada kondisi yang
jelek akan menghasilkan sporangia istirahat yang akhirnya akan berkecambah
untuk melepas zoospora haploid, zoospora ini kemudian akan menghasilkan talus
haploid. (b) Rhizophlyctis rosea, merupakan spesies yang mempunyai sebuah sel
somatik tunggal yang besar dengan rhizoid; seluruh isi sel akan membelah untuk
membentuk zoospora yang dilepas melalui papila. (c) Olpidium brassicae pada
akar tanaman kubis. Fungi ini tumbuh sebagai protoplast telanjang di dalam sel-
sel akar. Pada keadaan masak, protoplas akan berubah menjadi sporangia yang
menghasilkan buluh keluar melewati dinding sel inang untuk melepas zoospora;
spora-spora ini akan membentuk kista pada akar inang, dan kista tersebut akan
berkecambah untuk melepas protoplas ke dalam tubuh inang.

Daftar pustaka
Handayani, Dezi dan M, Des.2009.Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan Tingkat
Rendah.Padang:Jurusan Biologi Universitas Negeri Padang

Anda mungkin juga menyukai