Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

KEANEKARAGAMAN LICHENES DI PELATARAN BELAKANG GEDUNG BIRO


REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OLEH :
ANGGA DWI SAPUTRA (4163341007)
ELFRIDA ELISABETH TESALONIKA SIANIPAR (4163341021)
FIRDA NANINGGOLAN (4163341026)
NADIA VERMONI SUCI (4163341038)

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
Mini Riset yang berjudul Lichen dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memberikan informasi kepada para pembaca, khususnya
kepada kita calon guru supaya dapat mengaplikasikan berbagai ilmuyang telah dipaparkan
pada pembahasan makalah ini. Dan penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
banyak sekali di temukan kekurangan bahkan kesulitan yang mungkin kurang sesuai di hati
para pembaca, dan untuk itu penulis banyak meminta saran dan masukan kepada para
pembaca sehingga penulis mampu mengembangkan makalah ini menjadi karya tulis yang
berguna.

Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, karena
arahan dan kesabaran bapak, penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Dan penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung penulis, sehingga
penulis terdorong untuk menulis makalah dengan baik. Dan atas partisipasi dosen, dan para
teman-teman, penulis mengharapkan semoga dosen pembimbing dan teman-teman di berkahi
dan diridhoi oleh tuhan Yang Maha Esa.

Medan, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................i

DaftarIsi .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2

1.3 Tujuan ......................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Teori .........................................................................................................................3

2.2 Hipotesis ..................................................................................................................4

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan .............................................................................5

3.2 Alat Dan Bahan ........................................................................................................5

3.3 Prosedur Kerja .........................................................................................................5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tipe-tipe Lichenes ...................................................................................................6

4.2 Tabel Hasil Pengamatan ..........................................................................................6

4.3 Keanekaragaman Lichenes ......................................................................................7

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ..............................................................................................................12

5.2 Saran ........................................................................................................................12

Daftar Pustaka ..................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lichen sebagai tumbuhan pioneer memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan. Jenis ini menjadi tumbuhan perintis pada daerah-daerah yang keras dan kering
sehingga pada akhirnya dapat mendukung pertumbuhan organisme lainnya. Saat ini Lichen
telah banyak dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat, beberapa jenis Asolichen telah
dimanfaatkan dan dapat pula dikonsumsi, oleh karena itu perlu dijelaskan mengenai Lichen
tersebut khusunya pada pemanfaatan Lichen bagi kehidupan.

Simbiosis mutualisme adalah hubungan antar organisme yang saling menguntungkan.


Jamur pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap air serta mineral.
Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan melalui
fotosintesis. Lumut kerak adalah organisme hasil simbiosis mutualisme. Jamur pada lumut
kerak tidak dapat hidup sendiri di alam. Lumut kerak mampu hidup subur pada suhu dan
kelembaban yang ekstrim seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar luas di seluruh dunia
dan tumbuh di Indonesia lebih dari 1000 species yang diketahui dari 2500 species yang ada.

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara
morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-
pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai
atau gunung-gunung yang tinggi.

Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan
tanah. Tumbuhan ini bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam
hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan
air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering
karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup
kembali.

Lichenes menghasilkan lebih dari 500 senyawa biokimia yang unik untuk dapat
beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar
terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivora, membunuh mikroba dan mengurangi
kompetisi dengan tumbuhan, dll.

1
Diantaranya berbagai jenis pigmen dan antibiotik yang juga membuat lichenes ini
sangat berguna bagi manusia pada masyarakat tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna
yang bervariasi seperti putih, hijau keabu-abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.

Alga dan jamur bersimbiosis membentuk lichenes baru jika bertemu jenis yang tepat.
Para ahli mengemukakan berbagai pendapat mengenai pengelompokan atau klasifikasi
lichenes dalam dunia tumbuhan. Ada yang berpendapat bahwa lichenes dimasukkan ke dalam
kelompok yang tidak terpisah dari jamur, tapi kebanyakan ahli berpedapat bahwa lichenes
perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan tersendiri.

Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah karena jamur yang membangun tubuh
lichenes tidak akan membentuk tubuh lichenes tanpa alga. Hal lain didukung oleh karena
adanya zat-zat hasil metabolisme yang tidak ditemui pada alga dan jamur yang hidup
terpisah. Dengan demikian, Lichenes adalah suatu organisme majemuk yang merupakan
suatu bentuk simbiosis erat dari fungus (sebagai mycobiont) dengan mitra fotosintetik
(photobiont), yang dapat berupa alga hijau (biasanya Trebouxia) atau sianobakteri
(biasanyaNostoc). Kerja sama ini demikian eratnya sehingga morfologinya pun berbeda dari
komponen simbiotiknya. Pada beberapa kasus bahkan masing-masing komponen akan
mengalami kesulitan hidup apabila ditumbuhkan terpisah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengidentifikasi lichenes di lingkungan sekitar


2. Apakah spesises lichenes yang ada di lingkungan sekitar
3. Bagaimana mengamati morfologi lichenes
4. Apakah perbedaan tipe-tipe lichenes

1.3 Tujuan

1. Mengidentifikasi keanekaragaman lichenes di lingkungan sekitar


2. Dapat mengetahui spesies lichenes yang ada di lingkungan sekitar
3. Mengobservasi perbedaan tipe-tipe lichenes

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep

Menurut (Suhono, 2012) liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis


yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis
yang hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak
menyerupai komponen alga maupun fungi. Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan,
tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi ekstrim seperti
di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi
[erintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau
tanah yang baru terkena sinar matahari.
Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan pohon dan batu-
batuan serta dalam proses terjadinya tanah. Lichen sangat tahan terhadap kekeringan. Jenis-
jenis Lichen yang hidup pada bebatuan pada musim kering berkerut sampai terlepas alasnya
tetapi organisme tersebut tidak mati dan hanya berada dalam hidup laten/dormancy. Jika
segera mendapat air maka tubuh tumbuhan yang telah kering tersebut mulai menunjukkan
aktivitasnya kembali (Hasnunidah,2009).
Menurut Cahyono (1987) diacu dalam Pratiwi (2006), menyatakan bahwa lichen
dapat dijadikan sebagai tumbuhan indikator untuk pencemaran udara dari kendaraan
bermotor,dimana adanya pencemaran udara akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
lichen dan penurunan jumlah jenis dengan beberapa marga. Kelangkaan lumut kerak di
wilayah yang terpolusi merupakan suatu fenomena yang telah diketahui dan secara umum
dapat disimpulkan bahwa kelompok organisme-organisme ini beberapa memiliki kepekaan
yang sangat tinggi terhadap pencemaran udara (Treshow,1984 diacu dalam Istam, 2007)
dalam jurnal Siti Nurjanah. (Siti Nurjanah, -)
Struktur morfologi lichen yang tidak memiliki lapisan kutikula, stomata dan organ absorptif,
memaksa lichen untuk bertahan hidup di bawah cekaman polutan yang terdapat di udara.
Jenis lichen yang toleran dapat bertahan hidup didaerah dengan kondisi lingkungan yang
udaranya tercemar. Sementara itu, jenislichen yang sensitif biasanya tidak dapat ditemukan
pada daerah dengan kualitas udara yang buruk. Perbedaan sensitifitas lichen terhadap polusi
udara berkaitan erat dengan kemampuannya mengakumulasi polutan (Conti dan Ceccheti
2000) dalam jurnal Desi Maria Panjaitan. (Desi Maria Panjaitan)

3
2.2 Hipotesis

Hipotesis yang dapat kami ambil saat melakukan mini riset adalah
H0 = Hanya terdapat 1 jenis lichenes pada pelataran belakang gedung biro rektor
H1 = Terdapat variasi species lichenes di pelataran belakang gedung biro rektor

4
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu Dan tempat Pelaksanaan

Waktu : 27 November 2017

Tempat : Pelataran belakang kantor Biro Rektor Universitas Negeri Medan

Dimana mini riset in bertujuan untuk mencari spesies apa saja yang terdapat di lingkungan
sekitar pelataran kantor Biro Rektor Universitas Negeri Medan tersebut. Kemudian
mengamatinya dan mengklasifikasikannya.

3.2 Alat Dan Bahan

Adapun alat yang kami gunakan dalam mengamati lichen, yaitu:

1. Penggaris
2. Alat ukur meteran
3. Alat tulis
4. Kamera

Bahan yang kami gunakan yaitu lichenes yang terdapat di sekitar lingkungan pelataran
belakang biro rektor UNIMED.

3.3 Metode Kerja

Adapun metode kerja yang kami lakukan saat pengamatan yaitu:

1. Setiap kelompok yang telah dibagi menuju lokasi yang telah ditentukan
2. Masing-masing kelompok diminta untuk menemukan sebanyak mungkin jenis lichen
yang berbeda untuk diamati dan diambil fotonya
3. Mengukur tinggi lichenes yang telah di temukan dari ujung tanah hingga ke atas
4. Kemudian tulislah hasil pengamatan pada tabel pengamatan

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tipe-tipe lichens

Menurut bentuk pertumbuhan thallus Lichenes dapat dibedakan menjadi empat


macam, yaitu:

1). Crustose, Thallus yang bentuknya seperti berupa kerak yang menempel pada
subtract.
2). Foliose, Thallus yang bentuknya seperti helai daun.
3). Squamulose, Thallus yang berbentuk seperti sisik.
4). Frutiose, Thallus yang berbentuk seperti silinder yang bercabang yang tegak
atau menggantung. (Kimball, 2004)

4.2. Tabel hasil pengamatan

Talus Lokasi Kondisi Lingkungan


Jarak dari Tempat
No. Dekat Jauh Terpapar
Tipe Warna Tanah Tumbuh Lembab
jalan jalan Cahaya
1. Batang
Foliose Hijau-biru 154 cm
pohon
2. Batang
Foliose Hijau-biru 81 cm
pohon
3. Putih & bintik Batang
Crustose 5 cm
hitam pohon

4. Ranting
Crustose Putih 174 cm
pohon

5. Batang
Foliose Hijau-biru 78 cm
pohon

6. Batag
Foliose Hijau-biru 139 cm
pohon

6
Dari table hasil pengaatan jumlah sampel yang diambil adalah 6 sampel dimana :
1. Empat lichenes bertipe talus foliose.
2. Dua lichenes bertipe talus crustose.
Jika kita lihat dari table lichen yang memiliki frekuensi yang paling banyak ditemui
adalah lichen tipe talus foliose yakni sebanyak 4 kali dengan species yang sama ini berarti
jumlah species Parmelia sulcata mendominasi area teliti yakni pada pelataran belakang
gedung biro rektor UNIMED, meskipun masih terdapat keberagaman lichen yang lain dalam
area penelitian karena masih ditemui lichen species yang lain.

4.3. Keanekaragaman lichenes pada pelataran belakang gedung Rektorat UNIMED

Setelah pengamatan dilakukan kelompok penulis hanya mampu menemukan dan


mengidentifikasi 6 (enam) sampel lichens pada pelataran belakang gedung biro rektor
UNIMED. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang menjadi kendala, antara lain :
1. Waktu peninjauan lapangan yang terlalu singkat.
2. Keterbatasan jarak pandang kelompok peneliti pada pohon pohon tinggi.
3. Jumlah pohon yang cukup banyak.

Namun meskipun demikian penulis dapat menemukan beberapa species yang


mewakili semua lichen yang terdapat pada area penelitian. Lichens-lichenes tersebut adalah
sebagai berikut :

7
4.3.1. Species 1 (Graphis scripta)

Berdasarkan hasil pengamatan Talus spesies 1 memiliki warna putih, putih keabu-
abuan. Talus spesies 1 merupakan tipe talus crustose yang sifatnya langsung menempel erat
seluruh talusnya pada substrat kulit pohon yang ditumbuhinya, sehingga sulit untuk
dipisahkan dari substratnya. Talus ini memiliki bentuk yang cenderung membulat dan
membentuk koloni yang besar dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Pada talus ini
terdapat bintik-bintik hitam pada bagian tengah talus yang menonjol keluar dari kortek
bagian atas yang biasa dinamakan isidia. Isidia berfungsi sebagai alat propagasi vegetatif,
meningkatkan luas permukaan dan kapasitas asimilasi talus.
Graphis sp termasuk dalam tipe talus Crustose yang besar dan lebar. Talus ini
berwarna putih atau putih kekuningan, dengan lebar talus 2-5 cm. Apotesia berwarna hitam,
yang kira-kira panjangnya 0,2 mm. Habitat talus ini yaitu pada bagian bawah batang pohon
(Hale and Cole, 1988).
Archer (2009) Graphis termasuk tipe morfologi talus Crustose, biasanya corticolous,
sesekali saxicolous, jarang ditemukan soredia. Ascomata lirellae, tenggelam ke sessile,
bercabang, dengan atau tanpa thalline. Warna talus putih, putih keabuan. Permukaan halus
atau sulcate, Hymenium memiliki tebal 60-200

m. Graphis adalah genus kosmopolitan yang memiliki 400 spesies. Hal ini terutama
hidup pada daerah tropis maupun subtropis, dan sebagian besar spesies yang corticolous.
Adapun klasifikasi spesies ini adalah (Nash, 2008):

8
Kingdom: Fungi
Filum : Ascomycota
Divisio : Ascomycotina
Class : Lecanoromycetes
Order : Graphidales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis scripta

4.3.2. Species 2 (Hevellia levieri)

Talus Spesies 2 ini biasanya berbentuk bulat memanjang horisontal dengan tipe

morfologi talus crustose karena menempel erat pada substrat kulit pohon yang ditempatinya,

sehingga nampak tipis dan menyatu dengan substrat. Talus spesies ini memiliki warna putih

atau putih abu-abu yang tergantung pada kondisi lingkungan yang ditempatinya. Pada

bagian permukaan talus terdapat tonjolan- tonjolan hitam yang biasa di sebut isidia yang

berguna untuk alat propagasi vegetatif. Spesies ini memiliki lebar kira-kira 2-5 cm dan

melingkar mengelilingi substrat pohon yang di tempatinya.

Elix (2009) Hafellia merupakan tipe talus crustose, dangkal, tipis, halus ke rugulose,

terus menerus, membran untuk rimose dan areolate, lebar 1-5 cm yg berlapis luar atau tidak.

Hadir atau hadir sebagai garis tipis marjinal berwarna coklat tua atau hitam Prothallus.

Isidia dan soredia ada atau tidak ada. Bagian Atas permukaan putih, abu-abu-putih ke abu-

9
abu, kuning-abu-abu. Photobiont hijau alga uniseluler. Tidak membentuk kontinyu lapisan

Medula dan korteks yang lebih rendah ada atau tidak ada. Kebanyakan tumbuh pada kulit

dan kayu, dan satu spesies saxicolous.

Adapun klasifikasi spesies ini adalah (Nash, 2008):

Kingdom: Fungi
Filum : Ascomycota

Divisio : Ascomycotina
Class : Lecanoromycetes
Subclass : Lecanoromycetidae
Order : Lecanorales
Family : Physciaceae
Genus : Hafellia
Spesies : Hafellia levieri

4.3.3. Species 3 (Parmelia sulcata)

Berdasarkan hasil pengamatan talus Parmelia memiliki tipe talus foliose, karena
berbentuk seperti daun yang berlipat-lipat dan hanya menempel pada bagian tengah dan
bagian tepinya terangkat ke atas. sehingga talus ini tidak terlalu sulit untuk dipisahkan dari
substrat kulit pohon yang ditempatinya. pada bagian tengah talus memiliki warna yang lebih

10
gelap di bandingkan bagian tepinya. Talus Parmelia berwarna hijau tua pada bagian
tengahnya dan hijau pudar pada bagian tepi talus. Bagian tepi talus disebut apotesia. Lichenes
foliosa ini melekat pada substrat melalui rizin yaitu struktur yang terbentuk dari kumpulan
hifa fungi yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan talus sehingga dapat melekat
pada substrat. Substratnya yaitu berupa kayu.

Nash (2008) Talus Parmelia sulcata memiliki warna hijau dengan luas talus 3-10
cm, lobus 2-6 mm. Talus ini hidup atau tumbuh pada substart kayu, talus ini merupakan tipe
talus foliose dan memiliki rizin yang berwrna hitam. Menurut Baron (1999), pada tipe talus
foliose terbentuk rizoid yang terdiri dari kumpulan hifa yang dapat berbentuk bercabang
maupun sederhana.

Elix (2009) Parmelia memiliki tipe morfologi talus foliose yang jelas dorsiventral,
dengan luas talus kira-kira 2-60 cm. Lobus sublinear untuk subirregular, lebarnya 1-25 mm.
Permukaan atas abu-abu untuk abu-hijau atau abu-abu kecoklatan (atranorin dan
chloroatranorin), seringkali dengan atau tanpa soredia, isidia, medula putih. Permukaan
bawah hitam, rhizines sederhana, membelah dua, Revisi dari Parmeliaceae keluarga telah
sangat mengurangi jumlah taksa disertakan di Parmelia yang sekarang termasuk spesies
hanya sebelumnya ditempatkan di Parmelia subsect. Parmelia ditemukan pada kulit, tanah
atau batuan.
Adapun klasifikasi spesies ini adalah (Nash, 2008):

Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota

Divisio: Ascomycotina
Class: Lecanoromycetes
Subclass: Lecanoromycetidae
Order: Lecanorales
Family: Parmeliaceae
Genus: Parmelia
Spesies: Parmelia sulcata

11
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Lichenes adalah sejnis tumbuhan yang unik. Tumbuhan ini merupakan simbiosis
antara alga dan jamur tertentu, dan memilki morfologi, reproduksi dan klasifikasi
yang dapat dikelompokkan ke dalam kelompok sendiri.
2. Salah satu spesies yang ditemukan dalam praktikum adalah spesies Graphis scripta, di
mana spesies ini termasuk tipe talus crustose.
3. Tipe-tipe licenenes antara lain:
a) Tipe Crustose
Lichenes atau lumut keras jenis ini mempunyai thallus yang berukuran kecil,
datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau pun di
tanah.
b) Tipe Foliose
Lichenes foliose memiliki struktur seperti daun yang bentuknya tersusun oleh
lobus-lobus dan relatif lebih longgal melekat ada bagian substratnya.
c) Tipe Fructicose
Fructicose bentuk thallusnya berupa semak dengan banyak cabang dengan
bentuknya yang seperti pita.
d) Tipe Squamulose
Lichenes tipe ini memiliki lobus-lobus seperti sisik yang disebut squamulus
dengan ukuran yang lebih kecil dan sling bertindih serta sering memiliki
strukrur tubuh buah yang disebut dengan podetia.

5.2 Saran

Lichen adalah organisme perintis yang bermanfaat dalam kehidupan di alam sekitar,
salah satu organisme penyumbang oksigen dari alga yang terdapat di dalamnya, dan selain itu
beberapa jenis lichen merupakan bioindikator kebeersihan lingkungan oleh karena itu kita
hendaknya menjaga keanekaragaman lichen yang ada di lingkungan sekitar dan menjaga
habitat aslinya agar kita tetap dapat merasakan manfaat yang dapat kita peroleh darinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni. 2009. Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung: Unila


Nurjanah, Siti, Yousep Anitasari, Shofa Mubaidullah, dan Ahmad Bashri. -. Keragaman
dan Kemampuan Lichen Menyerap Air Sebagai Bioindikator Pencemaran
Udara di Kediri. Jurnal Biologi
Panjaitan, Desi Maria, Fitmawati dan Atria Martina. -. Keanekaragaman Lichen Sebagai
Bioindikator Pencemaran Udara di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal
FMIPA
Suhono, B. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta:
Lentera Abadi.

13

Anda mungkin juga menyukai