News / Regional
KOMPAS.com/ICHA RASTIKAJohan
Budi SP
KPK juga menemukan temuan yang mengkhawatirkan, terutama pada data dalam dokumen
kapal. Dalam temuan itu, hampir semula data dokumen kapal perikanan tidak sesuai
dengan data hasil verifikasi yang dilakukan di lapangan, baik ukuran panjang, lebar dan
dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin.
Untuk itu, pihak KPK bersama dengan empat pemerintah daerah untuk menyamakan
persepsi, terutama dalam rencana aksi yang sudah disepakati bersama tentang
penyelamatan SDA Indonesia di sektor kelautan. Empat fokus yang akan dibicarakan
melingkupi penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan perizinan, pelaksanaan kewajiban
para pihak, dan pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat.
Selain dalam bidang kelautan, KPK juga akan menggelar yang sama dalam bidang
pertambangan, kehutanan dan perkebunan pada hari selanjutnya. Kegiatan akan
dipusatkan di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang, yang akan dihadiri
pimpinan 18 kementerian/lembaga, gubernur, bupati dan wali kota dari empat provinsi, yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Penulis
Editor
: Bayu Galih
News / Regional
KOMPAS.com/ICHA RASTIKAJohan
Budi SP
Minimnya penerimaan negara itu berbanding terbalik dengan data pemilik kapal yang
bekerja di sektor kelautan. Menurut Johan, pemilik kapal yang telah memperoleh izin
mencapai 1.836 untuk kapal yang berukuran di bawah 30 gross ton.
Tapi hanya 1.204 yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Sebanyak 632
pemilik kapal, belum teridentifikasi NPWP-nya, ucap Johan.
KPK juga menemukan temuan yang mengkhawatirkan, terutama pada data dalam
dokumen kapal. Dalam temuan itu, hampir semula data dokumen kapal perikanan
tidak sesuai dengan data hasil verifikasi yang dilakukan di lapangan, baik ukuran
panjang, lebar dan dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin.
Untuk itu, pihak KPK bersama dengan empat pemerintah daerah untuk
menyamakan persepsi, terutama dalam rencana aksi yang sudah disepakati
bersama tentang penyelamatan SDA Indonesia di sektor kelautan. Empat fokus yang
akan dibicarakan melingkupi penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan
perizinan, pelaksanaan kewajiban para pihak, dan pemberian dan perlindungan hakhak masyarakat.
Selain dalam bidang kelautan, KPK juga akan menggelar yang sama dalam bidang
pertambangan, kehutanan dan perkebunan pada hari selanjutnya. Kegiatan akan
dipusatkan di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang, yang akan dihadiri
pimpinan 18 kementerian/lembaga, gubernur, bupati dan wali kota dari empat
provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Penulis
Editor
: Bayu Galih
Johan Budi
SEMARANG, RAJA - Sejumlah gubernur tidak hadir dalam kegiatan Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kelautan yang digelar di Gedung Gradika
Bakti Praja, kompleks Kantor Gubernur Jateng, kemarin. Dari semua kepala daerah yang
diundang, hanya kepala daerah Provinsi Jateng, Jabar, Jatim dan DIY tidak hadir dalam
kesempatan tersebut.
Pelaksana tugas (Plt) Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi SP
menyindir beberapa kepala daerah yang tidak hadir.
Sektor sumber daya alam sangat penting, presiden memberikan pesan khusus harus bergerak
cepat untuk menyelamatkan sumber daya alam yang tersisa. Seharusnya dibahas serius tetapi
banyak yang tak hadir, kata Johan Budi.
Menurutnya acara rapat Monitoring dan Evaluasi (monev) Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kelautan sangat penting, bukan hanya acara seremonial
biasa. Seharusnya semua bisa hadir.
Kegiatan itu kepala daerah masing-masing diwakili oleh wakil Gubernur dan asistennya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo diwakili Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko, Gubernur
Jabar Ahmad Heryawan diwakili Wakil Gubernur Deddy Mizwar, Gubernur DIY Sultan
Hamengku Buwono X diwakili Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Dr Didik
Purwadi.
Lalu, Gubernur Jatim Soekarwo diwakili dari Dinas Kelautan dan Perikanan Fathurrozaq.
Dalam kegiatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan diwakili Staff Ahli Menteri Bidang
Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Iin Siti Djunaidah.
Johan Budi menjelaskan, KPK menemukan sejumlah indikasi terjadinya penyimpangan pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di sektor kelautan sehingga menyebabkan
kerugian keuangan negara.
"Kami belum menghitung jumlah kerugian keuangan negara, tapi potensi sumber daya alam
kelautan yang diduga diselewengkan cukup banyak dan membuat pengelolaannya tidak
maksimal," kata Johan Budi usai rapat.
Johan mengungkapkan bahwa pada awal 2015 KPK mendeteksi terjadinya kerugian
keuangan negara terkait dengan perizinan kapal penangkap ikan milik nelayan.
Menurut dia, cukup banyak kapal penangkap ikan yang beroperasi di Indonesia itu tidak
mempunyai izin.
"Kalau kapal tidak ada izin itu artinya tidak ada laporan dan penerimaan pajak kepada negara,
selain itu banyak laporan mengenai ukuran kapal yang tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan," ujarnya.
Terkait dengan kegiatan rapat monitoring dan evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumber Daya Alam Indonesia, Johan mengharapkan terjalin koordinasi antara kementerian,
pemerintah daerah dengan KPK dalam pengelolaan sumber daya alam kelautan.
"Ada beberapa hal dan peraturan yang tumpang tindih atau 'overlapping', termasuk adanya
perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, ini yang akan diurai serta dicari solusinya," katanya.
(dbs)
Foto: Istimewa
sektor kelautan. Sebab, kajian KPK di sektor ini menemukan rendahnya kontribusi
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang hanya sebesar rata-rata 0,3 persen per
tahun.
Johan menjelaskan, kontribusi PNBP dari sektor perikanan, dalam kurun lima tahun
terakhir, hanya sekitar 0,02 persen terhadap total penerimaan pajak nasional.
Nilai produksi perikanan laut di 2013, 2012, dan 2011 berturut-turut adalah
sebanyak Rp 77 triliun, Rp 72 triliun, dan Rp 64,5 triliun. Namun, faktanya, PNBP
sumber daya perikanan tidak sebesar nilai produksi ikan laut seperti terdata di atas.
Pada 2013, 2012, dan 2011, PNBP sumberdaya perikanan berturut-turut hanya
sebesar 0,3 persen (atau hanya Rp 229 miliar), 0,3 persen (atau Rp 215 miliar), dan
0,29 persen (Rp 183 miliar).
Selain itu, berdasarkan data umum perpajakan pemilik kapal (Data Pemilik Kapal >
30 GT, per Januari 2015) dari Direktorat Jenderal Pajak, jumlah pemilik kapal yang
telah memperoleh izin mencapai 1.836. Tetapi, dari jumlah itu, pemilik kapal yang
telah memperoleh izin, hanya 1.204 yang memiliki NPWP. Sisanya, 632 pemilik kapal,
belum teridentifikasi NPWP-nya.
Berdasarkan temuan di atas, Johan mengatakan hampir semua data pada dokumen
kapal perikanan tidak sesuai dengan data hasil verifikasi di lapangan, antara lain
ukuran panjang, lebar dan dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin. Beberapa
kapal ada yang berbeda tanda selarnya, atau melakukan pergantian kapal untuk
nama yang sama, katanya.
Karena itu, salah satu agenda utama dalam rapat Monev ini adalah paparan
pemerintah daerah yang disampaikan oleh gubernur atas kemajuan implementasi
empat fokus area Rencana Aksi yang sudah disepakati. Empat fokus itu adalah,
penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan perizinan, pelaksanaan kewajiban
para pihak, dan pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat.
(Hanung Soekendro/CN19/SMNetwork)