Anda di halaman 1dari 10

o

News / Regional

KPK dan Empat Gubernur di Jawa Bahas Penyelematan SDA


Laut Pantura
Senin, 18 Mei 2015 | 21:42 WIB

KOMPAS.com/ICHA RASTIKAJohan

Budi SP

SEMARANG, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan sejumlah


indikasi terkait rendahnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (BNPB) dari sektor kelautan.
Berdasarkan kajian KPK, PNBP dari sektor kelautan hanya menyumbang sekitar 0,3 persen
per tahun.
Atas hal itu, KPK bersama empat Pemerintah Provinsi akan menggelar konsolidasi terkait
gerakan nasional penyelamatan sumber daya alam di Kantor Gubenur Jawa Tengah, di Kota
Semarang, Selasa (19/5/2015). Empat provinsi yang digandeng untuk penyelamatan sektor
laut di Pantai Utara Pulau Jawa itu adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kontribusi PNBP dari sektor perikanan, dalam kurun lima tahun terakhir hanya sekitar 0,02
persen terhadap total penerimaan pajak nasional. Nilai produksi perikanan laut di 2013,
2012, dan 2011 berturut-turut adalah sebanyak Rp 77 triliun, Rp 72 triliun, dan Rp 64,5
triliun, kata Pimpinan sementara KPK Johan Budi SP dalam rilis yang
diterima Kompas.com, Senin (18/5/2015) malam.
KPK, menurut Johan, melihat fakta bahwa penerimaan dari kelautan tidak sebesar dari nilai
produksi ikan. Pada rentang tiga tahun misalnya, 2011-2013, PNBP paling tinggi hanya Rp
229 miliar, serta paling rendah tahun 2011 sebesar Rp 183 miliar.
Minimnya penerimaan negara itu berbanding terbalik dengan data pemilik kapal yang
bekerja di sektor kelautan. Menurut Johan, pemilik kapal yang telah memperoleh izin
mencapai 1.836 untuk kapal yang berukuran di bawah 30 gross ton.
Tapi hanya 1.204 yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Sebanyak 632 pemilik
kapal, belum teridentifikasi NPWP-nya, ucap Johan.

KPK juga menemukan temuan yang mengkhawatirkan, terutama pada data dalam dokumen
kapal. Dalam temuan itu, hampir semula data dokumen kapal perikanan tidak sesuai
dengan data hasil verifikasi yang dilakukan di lapangan, baik ukuran panjang, lebar dan
dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin.
Untuk itu, pihak KPK bersama dengan empat pemerintah daerah untuk menyamakan
persepsi, terutama dalam rencana aksi yang sudah disepakati bersama tentang
penyelamatan SDA Indonesia di sektor kelautan. Empat fokus yang akan dibicarakan
melingkupi penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan perizinan, pelaksanaan kewajiban
para pihak, dan pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat.
Selain dalam bidang kelautan, KPK juga akan menggelar yang sama dalam bidang
pertambangan, kehutanan dan perkebunan pada hari selanjutnya. Kegiatan akan
dipusatkan di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang, yang akan dihadiri
pimpinan 18 kementerian/lembaga, gubernur, bupati dan wali kota dari empat provinsi, yaitu
Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Penulis

: Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Editor

: Bayu Galih

News / Regional

KPK dan Empat Gubernur di Jawa Bahas Penyelematan SDA


Laut Pantura
Senin, 18 Mei 2015 | 21:42 WIB

KOMPAS.com/ICHA RASTIKAJohan

Budi SP

SEMARANG, KOMPAS.com Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan


sejumlah indikasi terkait rendahnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (BNPB) dari
sektor kelautan. Berdasarkan kajian KPK, PNBP dari sektor kelautan hanya
menyumbang sekitar 0,3 persen per tahun.
Atas hal itu, KPK bersama empat Pemerintah Provinsi akan menggelar konsolidasi
terkait gerakan nasional penyelamatan sumber daya alam di Kantor Gubenur Jawa
Tengah, di Kota Semarang, Selasa (19/5/2015). Empat provinsi yang digandeng
untuk penyelamatan sektor laut di Pantai Utara Pulau Jawa itu adalah Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kontribusi PNBP dari sektor perikanan, dalam kurun lima tahun terakhir hanya
sekitar 0,02 persen terhadap total penerimaan pajak nasional. Nilai produksi
perikanan laut di 2013, 2012, dan 2011 berturut-turut adalah sebanyak Rp 77 triliun,
Rp 72 triliun, dan Rp 64,5 triliun, kata Pimpinan sementara KPK Johan Budi SP
dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (18/5/2015) malam.
KPK, menurut Johan, melihat fakta bahwa penerimaan dari kelautan tidak sebesar
dari nilai produksi ikan. Pada rentang tiga tahun misalnya, 2011-2013, PNBP paling
tinggi hanya Rp 229 miliar, serta paling rendah tahun 2011 sebesar Rp 183 miliar.

Minimnya penerimaan negara itu berbanding terbalik dengan data pemilik kapal yang
bekerja di sektor kelautan. Menurut Johan, pemilik kapal yang telah memperoleh izin
mencapai 1.836 untuk kapal yang berukuran di bawah 30 gross ton.
Tapi hanya 1.204 yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP). Sebanyak 632
pemilik kapal, belum teridentifikasi NPWP-nya, ucap Johan.
KPK juga menemukan temuan yang mengkhawatirkan, terutama pada data dalam
dokumen kapal. Dalam temuan itu, hampir semula data dokumen kapal perikanan
tidak sesuai dengan data hasil verifikasi yang dilakukan di lapangan, baik ukuran
panjang, lebar dan dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin.
Untuk itu, pihak KPK bersama dengan empat pemerintah daerah untuk
menyamakan persepsi, terutama dalam rencana aksi yang sudah disepakati
bersama tentang penyelamatan SDA Indonesia di sektor kelautan. Empat fokus yang
akan dibicarakan melingkupi penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan
perizinan, pelaksanaan kewajiban para pihak, dan pemberian dan perlindungan hakhak masyarakat.
Selain dalam bidang kelautan, KPK juga akan menggelar yang sama dalam bidang
pertambangan, kehutanan dan perkebunan pada hari selanjutnya. Kegiatan akan
dipusatkan di Kantor Gubernur Jawa Tengah di Kota Semarang, yang akan dihadiri
pimpinan 18 kementerian/lembaga, gubernur, bupati dan wali kota dari empat
provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur.
Penulis

: Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Editor

: Bayu Galih

KPK temukan indikasi penyimpangan


pengelolaan SDA kelautan
Selasa, 19 Mei 2015 17:34 WIB | 2.174 Views

Pewarta: Wisnu Adhi N.

Semarang (ANTARA News) - Komisi Pemberantasan Korupsi menemukan sejumlah indikasi


penyimpangan pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di sektor kelautan
sehingga menyebabkan kerugian keuangan negara.
"Kami belum menghitung jumlah kerugian keuangan negara, tapi potensi sumber daya alam
kelautan yang diduga diselewengkan cukup banyak dan membuat pengelolaannya tidak
maksimal," kata Pelaksana Tugas Wakil Ketua KPK Johan Budi di Semarang, Selasa.
Hal tersebut disampaikan Johan Budi usai rapat monitoring dan evaluasi Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia di gedung Gradhika Bhakti Praja di kompleks
kantor Gubernur Jateng.
Johan mengungkapkan bahwa pada awal 2015 KPK mendeteksi terjadinya kerugian
keuangan negara terkait dengan perizinan kapal penangkap ikan milik nelayan.
Menurut dia, cukup banyak kapal penangkap ikan yang beroperasi di Indonesia itu tidak
mempunyai izin.
"Kalau kapal tidak ada izin itu artinya tidak ada laporan dan penerimaan pajak kepada
negara, selain itu banyak laporan mengenai ukuran kapal yang tidak sesuai dengan kondisi
di lapangan," ujarnya.
Terkait dengan kegiatan rapat monitoring dan evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumber Daya Alam Indonesia yang dihadiri perwakilan dari Provinsi Jawa Tengah, Provinsi
Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Johan
mengharapkan terjalin koordinasi antara kementerian, pemerintah daerah dengan KPK

dalam pengelolaan sumber daya alam kelautan.


"Ada beberapa hal dan peraturan yang tumpang tindih atau overlapping, termasuk adanya
perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, ini yang akan diurai serta dicari
solusinya," katanya.
Editor: Aditia Maruli
COPYRIGHT ANTARA 2015

Ganjar Tak Hadiri Rapat, Johan Budi Menyindir


Dikirim oleh webmaster pada Rab, 20/05/2015 - 06:41

KPK Temukan Indikasi Penyimpangan Pengelolaan SDA Kelautan

Johan Budi

SEMARANG, RAJA - Sejumlah gubernur tidak hadir dalam kegiatan Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kelautan yang digelar di Gedung Gradika
Bakti Praja, kompleks Kantor Gubernur Jateng, kemarin. Dari semua kepala daerah yang
diundang, hanya kepala daerah Provinsi Jateng, Jabar, Jatim dan DIY tidak hadir dalam
kesempatan tersebut.
Pelaksana tugas (Plt) Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Johan Budi SP
menyindir beberapa kepala daerah yang tidak hadir.
Sektor sumber daya alam sangat penting, presiden memberikan pesan khusus harus bergerak
cepat untuk menyelamatkan sumber daya alam yang tersisa. Seharusnya dibahas serius tetapi
banyak yang tak hadir, kata Johan Budi.
Menurutnya acara rapat Monitoring dan Evaluasi (monev) Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kelautan sangat penting, bukan hanya acara seremonial
biasa. Seharusnya semua bisa hadir.

Kegiatan itu kepala daerah masing-masing diwakili oleh wakil Gubernur dan asistennya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo diwakili Wakil Gubernur Heru Sudjatmoko, Gubernur
Jabar Ahmad Heryawan diwakili Wakil Gubernur Deddy Mizwar, Gubernur DIY Sultan
Hamengku Buwono X diwakili Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Dr Didik
Purwadi.
Lalu, Gubernur Jatim Soekarwo diwakili dari Dinas Kelautan dan Perikanan Fathurrozaq.
Dalam kegiatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan diwakili Staff Ahli Menteri Bidang
Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga Iin Siti Djunaidah.
Johan Budi menjelaskan, KPK menemukan sejumlah indikasi terjadinya penyimpangan pada
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam di sektor kelautan sehingga menyebabkan
kerugian keuangan negara.
"Kami belum menghitung jumlah kerugian keuangan negara, tapi potensi sumber daya alam
kelautan yang diduga diselewengkan cukup banyak dan membuat pengelolaannya tidak
maksimal," kata Johan Budi usai rapat.
Johan mengungkapkan bahwa pada awal 2015 KPK mendeteksi terjadinya kerugian
keuangan negara terkait dengan perizinan kapal penangkap ikan milik nelayan.
Menurut dia, cukup banyak kapal penangkap ikan yang beroperasi di Indonesia itu tidak
mempunyai izin.
"Kalau kapal tidak ada izin itu artinya tidak ada laporan dan penerimaan pajak kepada negara,
selain itu banyak laporan mengenai ukuran kapal yang tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan," ujarnya.
Terkait dengan kegiatan rapat monitoring dan evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan
Sumber Daya Alam Indonesia, Johan mengharapkan terjalin koordinasi antara kementerian,
pemerintah daerah dengan KPK dalam pengelolaan sumber daya alam kelautan.
"Ada beberapa hal dan peraturan yang tumpang tindih atau 'overlapping', termasuk adanya
perbedaan persepsi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, ini yang akan diurai serta dicari solusinya," katanya.
(dbs)

Empat Gubernur Diwakili, Johan Budi Kecewa


19 Mei 2015 11:49 WIB Category: Nasional Dikunjungi: kali A+ / A-

Foto: Istimewa

SEMARANG, suaramerdeka.com Empat gubernur absen pada acara Monitoring


dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia pada
sektor kelautan yang diselenggarakan oleh KPK di Gedung Gradhika Bhakti Praja
Kompleks Kantor Gubernur Jateng di Kota Semarang, Selasa (19/5).
Padahal kehadiran empat gubernur sangat diharapkan, karena kegiatan ini dinilai
penting oleh KPK sebagai upaya penyelamatan potensi kelautan.
Gubernur Jateng diwakili Wakilnya Heru Sudjatmoko, Gubernur Jabar diwakili
Wakilnya Deddy Mizwar, Gubernur Jatim dan DIY diwakili oleh asisten II. Menteri
Kelautan dan Perikanan juga tidak hadir dan diwakili Staf Ahli Menteri Iin Siti
Djunaedah.
Plt Pimpinan KPK Johan Budi dalam pidatonya terlihat merasa kecewa saat membuka
acara. Hampir semua tidak bisa hadir di acara yang saya kira sangat penting untuk
penyelamatan sumber daya alam kelautan. Kemudian Menteri Kelautan juga tidak
bisa hadir diwakili, ungkap Johan.
Menurut Johan, kegiatan ini merupakan upaya KPK dalam menjalankan fungsi
mekanisme pemicu untuk mengatasi sejumlah persoalan pada pengelolaan SDA

sektor kelautan. Sebab, kajian KPK di sektor ini menemukan rendahnya kontribusi
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang hanya sebesar rata-rata 0,3 persen per
tahun.
Johan menjelaskan, kontribusi PNBP dari sektor perikanan, dalam kurun lima tahun
terakhir, hanya sekitar 0,02 persen terhadap total penerimaan pajak nasional.
Nilai produksi perikanan laut di 2013, 2012, dan 2011 berturut-turut adalah
sebanyak Rp 77 triliun, Rp 72 triliun, dan Rp 64,5 triliun. Namun, faktanya, PNBP
sumber daya perikanan tidak sebesar nilai produksi ikan laut seperti terdata di atas.
Pada 2013, 2012, dan 2011, PNBP sumberdaya perikanan berturut-turut hanya
sebesar 0,3 persen (atau hanya Rp 229 miliar), 0,3 persen (atau Rp 215 miliar), dan
0,29 persen (Rp 183 miliar).
Selain itu, berdasarkan data umum perpajakan pemilik kapal (Data Pemilik Kapal >
30 GT, per Januari 2015) dari Direktorat Jenderal Pajak, jumlah pemilik kapal yang
telah memperoleh izin mencapai 1.836. Tetapi, dari jumlah itu, pemilik kapal yang
telah memperoleh izin, hanya 1.204 yang memiliki NPWP. Sisanya, 632 pemilik kapal,
belum teridentifikasi NPWP-nya.
Berdasarkan temuan di atas, Johan mengatakan hampir semua data pada dokumen
kapal perikanan tidak sesuai dengan data hasil verifikasi di lapangan, antara lain
ukuran panjang, lebar dan dalam kapal, jenis, nomor dan kekuatan mesin. Beberapa
kapal ada yang berbeda tanda selarnya, atau melakukan pergantian kapal untuk
nama yang sama, katanya.
Karena itu, salah satu agenda utama dalam rapat Monev ini adalah paparan
pemerintah daerah yang disampaikan oleh gubernur atas kemajuan implementasi
empat fokus area Rencana Aksi yang sudah disepakati. Empat fokus itu adalah,
penyusunan tata ruang wilayah laut, penataan perizinan, pelaksanaan kewajiban
para pihak, dan pemberian dan perlindungan hak-hak masyarakat.
(Hanung Soekendro/CN19/SMNetwork)

Anda mungkin juga menyukai