Anemia sering dijumpai pada pasien dengan infeksi atau inflamasi kronis maupun
keganasan. Anemia ini umumnya ringan atau sedang, disertai oleh rasa lemah dan
penurunan berat badann dan disebut anemia pada penyakit kronis. Diketahui di kemudian
hari bahwa penyakit infeksi seperti pneumonia, sifilis, HIV_AIDS dan juga pada penyakit
lain seperti artritis reumatoid, limfoma Hodgkin dan kanker sering disertai anemia dan
disebut sebagai anemia pada penyakit kronis.
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Laporan/data penyakt tuberkulosis, abses paru, endokarditis bakteri subakut,
osteomielitis dan infeksi jamur kronis serta HIV membuktikan bahwa hampir semua
infeksi supuratif kronis berkaitan dengan anemia. Derajat anemia sebanding dengan berat
ringannya gejala, seperti demam, penurunan berat badan dan debilitas umum, untuk
terjadinya anemia memerlukan waktu 1-2 bulan setelah infeksi terjadi dan menetap,
setelah terjadi keseimbangan antara produksi dan penghancuran eritrosit dan Hb menjadi
stabil.
Anemia pada inflamasi kronis secara fungsional sama seperti pada infeksi kronis,
tetapi lebih sulit karena terapi yang efektif lebih sedikit. Penyakit kolagen dan artritis
reumatoid merupakan penyebab terbanya. Enteritis regional, kolitis ulceratif serta
sindrom inflamasi lainnya juga dapat disertai anemia oada penyakit kronis. Penyakiy lain
yang sering disertai anemia adalah kanker, walaupun masih dalam stadium dini dan
asimptomatik, serperti pada sarkoma dan lmfoma. Anemia ini biasanya disebut anemia
pada kanker (cancer-relate anemia).
A. Pemenedekan masa hidup eritrosit
Diduga anemia yang terjadi merupakan bagian dari sindrom stres hematologik
(hematological stress syndrome), dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan karena
kerusakan jaringan, inflamasi atau kanker. Sitokin tersebut dapat menyebabkan
sekuestrasi makrofag sehingga mengikat zat besi, meningkatkan destruksi erotrosit di
limpa, menekan produksi eritropoetin oleh ginjal, serta menyebabkan perangsangan yang
inadekuat pada eritropoesis di sumsum tulang Pada keadaan lebih lanjut, malnutrisi
Anemia Defiensi Fe
Anemia
Fe plasma (mg/L)
70-90
TIBC
250-400
Kandungan Fe di 30
30
>450
7
Kronis
30
<200
15
makrofag
Feritim serum
20-200
Reseptor Transferin 8-28
10
>28
150
8-28
Penyakit
serum
Pengukuran kecepatan penyerapan besi oleh saluran cerna pada beberapa kasus
dengan kelainan kronis memberika hasil yang sangat bervariasi, sehingga tidak dapat
disimpulkan. Pada umumnya memang terdapat gangguan absorbsi walaupun ringan.
Fungsi sumsum tulang. Meskipun sumsum tulang yang normal dapat mengkompensasi
pemendekan masa hidup eritrosit, diperlukan stimulus eritropoetin oleh hipoksia akibat
anemia. Pada penyakit kronis, kompensasi yang terjadi kurang dar yang diharapkan
akibat berkurangnya penglepasan atau menurunnya repons terhadap eritropoetin.
umumnya
adalah
normokom-normositer
meskipun
banyak
pasien
mempunyai gambaran hipokrom dengan MCHC <31 g/dL dan beberapa mempunyai sel
mikrositer dengan MCV <80 fL. Nilai etikuloit absolut dalam batas normal atau sedikit
meningkat. Perubahan pada leukosit dan trombosit tidak konsisten, tergntung dari
penyakit dasarnya.
Penurunan Fe serum (hipoferemia) merupakan kondisi sine qua non untuk diganosis
anemia penyakit kronis. Keadaan ini timbul segera setelah onset suatu infeksi atau
inflamasi dan mendahului terjadinya anemia. Konsentrasi protein pengikat Fe (transferin)
menurun menyebabkan saturasi Fe yang lebih tinggi daripada anemia defisiensi besi.
Proteksi saturasi Fe ini relatif mungkin mencukupi dengan meningkatkan transfer Fe dari
suatu persediaan yang kurang dari Fe dalam sirkulasi kepada sel eritoid imatur.
Penurunn kadar transferin seelah suatu jejas terjadi lebih lambat daripada penurunan
kadar Fe serym, disebabkan karena waktu paruh transferin lebih lama (8-12 hari)
dibandingkan denganFe (90 menit) dan karena fungsi metabolik yang berbeda.