Anda di halaman 1dari 14

1.

LATAR BELAKANG
Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang
seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.
Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran
(qaidah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam
sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu
pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya
yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti
yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek,
didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh
memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek
iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,
walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban
barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.
Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut
ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: menuntut ilmu
adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan. Ilmu adalah
kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.
2. PERMASALAHAN.
Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian iptek dan apa kaitannya dengan islam?


2. Seberapa wajibkah manusia dituntut mencari ilmu?
3. Apa sajakah keutamaan mencari ilmu?
4. Seberapa besarkah tanggung jawab ilmuwan terhadap alam?
3. TUJUAN
Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang iptek dalam paradigma islam.
2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah.
3. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Materi PAI.

BAB II PEMBAHASAN
1.Pengertian iptek dan kaitannya dengan islam
Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu
pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses
yang disebut metode ilmiah (scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan
ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia seharihari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,
memperdalam, dan mengembangkan iptek
Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang
tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.
2.Kewajiban mencari ilmu
Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.
Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Quran dan AlHadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh
perpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,
sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah
ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Quran yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah
dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh
yang adil)
Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, mencari ilmu itu wajib bagi setiap
muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan
menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.(HR. Ibnu Majah dan lainya)

Juga pada hadist rasulullah yang lain,carilah ilmu walau sampai ke negeri cina.
Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah
menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.
Dalam kitab Talimul mutaalim disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih
dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi
setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang
ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika,
matematika, dan lainya.
Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan
ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan
menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali
memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.
Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, sedekah yang paling utama adalah
orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.(HR.
Ibnu Majah)
Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu
kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding
sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti
menenan amal yang mutaadi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam
orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.
3. Keutamaan orang yang berilmu
Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan
masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat
yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan
makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai al-Raasikhun fil Ilm (Al Imran : 7), Ulul al-Ilmi
(Al Imran : 18), Ulul al-Bab (Al Imran : 190), al-Basir dan as-Sami' (Hud : 24), alA'limun (al-A'nkabut : 43), al-Ulama (Fatir : 28), al-Ahya' (Fatir : 35) dan berbagai
nama baik dan gelar mulia lain.
Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman:

"Allah menyatakan bahwasanya

tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.

Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada

Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi

Maha

Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat
istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi
saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap
kalangan

yang

menyembunyikan

kebenaran/ilmu,

sebagaimana

firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan


berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya
kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua
(mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda:
"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari
kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.
Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits
ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia
peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan
pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat[1].

4. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam


Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.
Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga
menhancurkan hingga tak bersisa.
Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul
pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang
pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber
energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar
manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi
kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu
sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari
tragedi masa depan tersebut.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan
kerusakan

di

bumi.

Namun,

manusia

mengingkari

Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Quran:

peringatan

tersebut.

Dan bila dikatakan kepada mereka, Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi, mereka menjawab, Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.
(QS

Al-Baqarah:11)

Allah SWT juga mengingatkan manusia: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Katakanlah, Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang

dahulu.

Kebanyakan

dari

mereka

itu

adalah

orang-orang

yang

mempersekutukan (Allah). (QS Ar-ruum: 41-42)


Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya
mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan
menjadi hancur, tercemar, atau rusak.
Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa
melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan,
teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.
5. Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al quran.
1.Nebula
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
2.Kesempurnaan Di Alam Semesta
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulangulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi
niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan
penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.

(QS. Al Mulk: 3-4)


Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam
orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet,
dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya
masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui
satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang
diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada
keteraturan alam semesta.
3.Orbit
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
(QS. Al Anbiya: 33)
Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta
yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.
4.Perjalanan Matahari
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.(QS. Yasin:38)
Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan
dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa
yang dekat dengan bintang Vega.
5.Langit Tujuh Lapis
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.
(QS. Ath-Thalaq:12)

Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.
6.Gunung Mencegah Gempa Bumi
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gununggunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.
(QS. Luqman:10)
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai
pasak?
(QS. An-Naba:7)
Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan
ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada
titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan
gunung ini mengikat lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan
dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.
Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas
magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma
menghancurkan kerak bumi.
7.Air Laut Tidak Saling Bercampur
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
(QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur
akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu,
diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung

seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya,
meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara
fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat
batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut
Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.

BAB III
PENUTUP
Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami,
bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,
menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,
menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek . Jadi, syariah Islam-lah,
bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam
dalam mengaplikasikan iptek.
Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk
perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu
dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syariat
Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Munawar, Said Aqil, 2002. Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta : Ciputat
Press
Shihab, Quraish, 1999. Mukjizat Al-Quran. Bandung :Mizan
http://bukucatatan-part1.blogspot.com
http://al-jamaah.net

http://m3na.multiply.com

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI


PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI
Author: jus_ega
Jusmarwan Nacing, SP
Bogor, 21 Mei 2010
Manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi
Manusia diciptakan Allah SWT dalam kejadian yang memiliki struktur sebaik-baiknya.
Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk ciptaan Allah yang lainnya, karena manusia dibekali akal, hati dan jasmani.
Sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya diantara
makhluk-makhluk lain di alam raya ini. Berbekal akal fikiran tersebut, manusia mampu
melaksanakan perintah Allah sebagaimana digariskan dalam agama. Dan mampu menjauhi
segala larangannya. Juga mampu menciptakan ilmu dan teknologi.
Nabi pernah bersabda akal fikiran itu menyinari hati manusia yang dapat membedakan antara
hal-hal yang bathil dan yang haq. Sehingga Iman seseorang belum memperoleh
kesempurnaan dari agamanya sebelum menjadikan akal fikirannya sempurna. Sabda Nabi
tersebut adalah;
Artinya: Akal adalah cahaya yang bersinar di dalam hati yang dengannya ia dapat
membedakan hal-hal yang benar dan hal-hal yang batil
Manusia yang hakiki dalam pandangan Islam adalah manusia yang menyadari
dirinya/statusnya sebagai ciptaan Allah dan menyadari serta mengaplikasikan tugasnya
dihadapan Allah dalam bentuk ibadah. Sehingga manusia dengan segala potensinya tidak
perlu ragu sedikit pun untuk mempelajari dan meneliti alam semesta. Sang Pencipta telah
menyediakan segala sesuatu di alam ini untuk digali agar manusia sejahtera dan bahagia.
Allah memberikan fitrah potensi kepada manusia untuk mampu membangun peradabannya.
Dalam rangka mewujudkan suatu peradaban haruslah memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi agar;
1. Mampu meningkatkan kualitas hidup manusia.
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Quran yaitu;
Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa, hingga mereka berusaha keras untuk
merubahnya (Qs, Ar-Rad:11 )

Ayat tersebut memiliki sifat dinamis, karena mengajarkan untuk selalu berusaha dengan
sungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas diri.
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan (Qs. Al-Qashash:77)
1. Mampu menjalankan fungsi manusia sebagai khalifatullah
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman bahwa;
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.(Qs. Al-Baqarah:
30)
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah
(pemimpin). Sebagai khalifah, kita memiliki tugas untuk melakukan pengaturan terhadap
bumi dan seisinya agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik. Di sinilah kita, umat
Islam, dituntut memiliki kemampuan mengelola bumi dan isinya dengan mampu memahami,
menguasai dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.
1. Mampu mengembangakan potensi fitrah
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur (Qs. An-Nahl:78)
Dari ayat diatas menjelaskan bahwa setiap insan manusia dilahirkan dari perut seorang ibu
dalam keadaan yang bersih (suci), ibaratnya kertas putih tanpa noda.
Lebih lanjut Nabi SAW bersabda;
Tidaklah seorang anak itu dilahirkan, melainkan mempunyai fitrah Islam, maka orang
tuanyalah yang mempengaruhi menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.
Hadist diatas menekankan bahwa fitrah yang dibawa semenjak lahir bagi anak itu sangat
besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa
dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Sehingga konsep fitrah inilah menuntut agar ilmu
pengetahuan dapat diarahkan kepada nilai-nilai Ilahiyah agar terjalin ikatan yang kuat antara
manusia dengan Allah SWT.
Telah difahami bahwa manusia adalah makhluk berfikir (homo rationale), yaitu selalu
mencari dan menyelidiki rahasia-rahasia ilmu yang terdapat dalam kandungan alam semesta
ini. Dengan berfikir dan menyelidiki, manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan yang
makin dalam dan luas. Ilmu pengetahuan yang diperolehnya diharapkan akan bermanfaat
bagi kehidupannya.

Seorang ahli fikir bernama Einstein pernah mengingatkan kepada kita bahwa Science
without religion is blind, religion without science is lame artinya Ilmu tanpa agama akan
buta, Agama tanpa ilmu akan lumpuh. Hasil kajian Einstein tersebut sangat jelas maknanya
bagi umat beragama, bahwa agama merupakan pelita yang menerangi alam fikir, sedangkan
ilmu merupakan pilar yang memberikan dukungan penyangga atau kekuatan.
Ilmu pengetahuan berkembang sejalan dengan proses kehidupan manusia yang terus
berlangsung. Proses kehidupan manusia berjalan diatas nilai-nilai baik-buruk, benar-salah,
halal-haram, dan sebagainya yang hasilnya akan dirasakan di alam akhirat kelak. Untuk
mengetahi, mana nilai yang benar atau sesat, yang haq atau bathil, halal atau haram, yang
membahagiakan atau yang menderitakan, manusia dianugerahi akal kecerdasan sebagai alat
utama untuk menganalisis dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan
Agama Islam bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga memberikan dasar-dasar pedoman
yang obyektif yang berlaku umum (universal) bagi seluruh umat manusia di muka bumi,
sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil
penyelidikan alam. Ilmu pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran
yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Menurut ukuran nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya nilai-nilainya tidak hanya
diukur menurut tuntutan hidup manusia di dunia semata, melainkan juga tuntutan hidup
setelah mati. Antara nilai-nilai untuk kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilainilai di alam akhirat. Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai
kehidupan di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab
suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku hamba Allah.
Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang mengandung nilai-nilai
kebahagiaan di alam akhirat nanti.
Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu pengetahuan,
melainkan juga mendorong dicapainya kemajuan bidang tersebut. Dorongan ke arah
penguasaan ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan banyaknya firman Allah SWT yang
menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam adalah ciptaan Allah yang menjadi
obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita lihat pada firman Allah dibawah ini;
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan
awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Qs. Al- Baqarah:164).
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari
sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan (Qs. Ar- Rum:22-23).

Islam dengan kitab suci Al-Quran mendorong umat manusia berfikir dan menyelidiki rahasia
kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa ajaran agama demikian itu tidak lain adalah suatu agama untuk berilmu.
Ilmu yang mendorong Islam adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi yang saat
sekarang telah dijabarkan menjadi berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang
termasuk kelompok sosial dan ilmu-ilmu natural (alam). Sedangkan yang dijadikan objek
penelitian dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia sendiri, baik orang
perorangan maupun kelompok, serta kenyataan alam semesta yang penuh rahasia kebesaran
Tuhan.
Sesungguhnya Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata, melainkan juga agama
untuk peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang mengandalkan kekuatan akal-budi
untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan tentang perlunya
manusia mempergunakan akal kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia maupun di
akhirat dengan berlandaskan ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;
Artinya: Barang siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan
barangsiapa menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa menghendaki
keduanya haruslah dengan ilmu
Dengan demikian jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan, profesi, dan keahlian, manusia
wajib memperjuangkan demi kemajuan masing-masing bidang sesuai yang digelutinya, yang
bertolak dari disiplin ilmu masing-masing. Demikian ini merupakan hakikat hidup di dunia,
tanpa ilmu pengetahuan seseorang tidak akan dapat memperoleh puncak keberhasilan.
Islam memandang teknologi
Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam
adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang
menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilainilai Islam. Begitu pula dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam
kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita
meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai
teknologi.
Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqh, dan yang
lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga
pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan
Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan
Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah
lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal
saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan
para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya
dimana-mana.
Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru
menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi
telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para
pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga
memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.

Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana
Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya tertanam kuat dalam dunia teknologi kita.
Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan
diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia
teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi
juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.
Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda
yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak
hanya mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya.
Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu
keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena,
tersibukkan pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita
melupakan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.
Bukankah sebenarnya Islam dan Teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Pertama kali Islam diturunkan, telah tersirat jelas bahwa Islam juga menganjurkan umatnya
untuk belajar, mempelajari apa yang ada di alam ini, dan memanfaatkannya demi
kepentingan umat.

Anda mungkin juga menyukai