Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH FITOKIMIA

TERPENOID / STEROID
Dari Buku Harborne

Dosen

: Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt.

Kelompok

: XIII

Anggota

: Kiki Rizki Andani Nst

121501021

Putri Anggreini

121401041

Conny Febiola

121501063

Karina Adirra I A

121501064

Christina Lois

121501135

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
1. Pendahuluan

Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah


ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesissemua senyawa
tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari
molekul isoprena CH2=C(CH3)-CH=CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan dua atau lebih satuan C 5 ini. Terpenoid terdiri atas bebrapa macam
senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu monoterpena dan
seskuiterpena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena yang lebih sukar
menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan
sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu
penting, baik pada pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi
tumbuhan.
Tabel. Golongan utama terpenoid tumbuhan
Jumlah

Jumla

satuan

isoprena
1
2

Golongan

karbon
C5
isoprena
C10

monoterpenoid

Jenis utama dan sumbernya

dideteksi

dalam

japonica
monoterpena
tumbuhan

C15

dalam

Hamamelis

minyak

(misalnya

Mentha)
monoterpena

daun

lakton

mentol

atsiri
dari

(misalnya

nepetalakton)
tropolon (dalam kayu Gymnospermae)
seskuiterpenoid seskuiterpena dalam minyak atsiri
seskuiterpena lakton (terutama dalam

C20

diterpenoid

C30

triterpenoid

8
n

C40
Cn

tetraterpenoid
poliisoprena

Compositae)
abisin (misalnya asam abisat)
asam diterpena dalam damar tumbuhan
giberelin (misalnya asam giberelat)
sterol (misalnya sitisterol)
triterpena (misalnya -amirin)
saponin (misalnya yamogenin)
glikosida jantung
karotenoid (misalnya -karotena)
karet,
misalnya
dalam
Hevea
brasiliensis

Walaupun secara biosintesis terpenoid diperoleh dari molekul isoprena,


senyawa tersebut bukanlah prazat in vivo. Senyawa yang sebenarnya terlibat ialah
isopentenil pirofosfat, CH2=C(CH3)CH2CH2 OPP, yang terbentuk dari asetat
melalui asam mevalonat, CH2OHCH2C(OH,CH3) CH2COOH. Isopentenil
pirofosfat terdapat di dalam sel hidup dan berkesetimbangan dengan isomernya,
yaitu dimetilalil pirofosfat (CH3)2 C=CHCH2 OPP. Pada biosintesis, satu molekul
isopentenil pirofosfat disambung dengan satu molekul dimetilalil pirofosfat
membentuk geranil pirofosfat (C10), yaitu senyawa antara yang merupakan kunci
pada pembentukan monoterpena; kemudian geranil pirofosfat disambung lagi
dengan isopentenil pirofosfat sehingga terbentuk farnesil pirofosfat (C15), yaitu
senyawa-antara pada sintesis seskuiterpena.
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat di dalam
sitoplasma sel tumbuhan. Kadang-kadang minyak atsiri terdapat di dalam sel
kelenjar khusus pada permukaan daun, sedangkan karotenoid terutama
berhubungan dengan kloroplast di dalam daun dan dengan kromoplast di dalam
daun bunga (petal). Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan tumbuhan dengan
memakai eter minyak bumi, eter atau kloroform, dan dapat dipisahkan secara
kromatografi pada silika gel atau alumina memakai pelarut tersebut. Tetapi, sering
kali ada kesukaran sewaktu mendeteksi dalam skala mikro karena semuanya
(kecuali karotenoid) tidak berwarna dan tidak ada pereaksi kromogenik yang
peka. Sering kali digunakan cara deteksi menggunakan plat KLT, yaitu
penyemprotan dengan asam sulfat pekat, diteruskan dengan pemanasan.
Sudah banyak dan bermacam-macam peran terpenoid tumbuhan yang
diketahui. Sifatnya yang dapat mengatur pertumbuhan sudah terbukti, dua dari
golongan utama pengatur tumbuh ialah seskuiterpenoid absisin dan giberelin yang
mempunyai kerangka dasar diterpenoid. Karotenoid penting untuk warna
tumbuhan dan sudah pasti terpenoid C40 ini terlibat pula sebagai pigmen pembantu
pada fotosintesis. Mono- dan seskuiterpena bagi tumbuhan untuk memberi bau
dan wangi yang khas.

Anda mungkin juga menyukai