RANCANGAN KERANGKA
EKONOMI DAERAH DAN
KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Arah kebijakan nasional bidang ekonomi yang bersumber dari
dokumen Rencana Kerja Pembangunan (RKP) yaitu :
1. Transformasi sektor industri dalam arti luas.
2. Peningkatan daya saing tenaga kerja.
3. Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi.
4. Peningkatan efisiensi sistem logistik dan distribusi.
5. Reformasi keuangan negara.
Arah kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Timur meliputi :
1. Penguatan daya saing daerah.
2. Pengembangan dan pemberdayaan lembaga keuangan non bank
berbasis ekonomi kerakyatan.
3. Pengembangan dan pemberdayaan agroindustri.
4. Pengembangan karang kitri.
5. Peningkatan produksi tanaman pangan.
6. Penguatan dan pengembangan Kantor Perwakilan Dagang.
7. Peningkatan investasi PMA dan PMDN.
8. Pengembangan industri pengolahan non agro.
9. Peningkatan pembangunan jitut-jides.
10. Pengembangan forum kerjasama ekonomi lintas agama.
Arahan kebijakan bidang ekonomi dalam RPJMD Kota Batu tahun
2012-2017 yang berpedoman pada RPJD 2005-2025 memegang peranan
penting didalam peningkatan kualitas pembangunan ekonomi meliputi :
Halaman | III-1
pemantapan,
penguatan
dan
pelestarian
sarana
pemanfataan
dan
penguatan
agrobisnis
berbasis
struktur
ekonomi
kerakyatan
di
daerah
dengan
sistem
distribusi
penyediaan
kebutuhan
pokok
Halaman | III-2
sistem
ekonomi
yang
berkelanjutan
dengan
pembangunan
pelaku
dan
ekonomi
potensi
daerah
ekonomi
daerah,
dengan
serta
tersedia di daerah.
3.1.1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita Kota Batu
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana pada tahun 2013
PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 25.369.170 kemudian
berdasarkan
proyeksi
Halaman | III-3
proyeksi
Tabel. 3.1.
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2009 s.d. 2014 Kota Batu
PDRB
Per
Kapita
(1)
ADHB
ADHK
Tahun
2009*)
2010*)
2011*)
2012*)
2013**)
2014***)
(2)
11.555.130
7.079.610
(3)
17.119.030
7.530.570
(4)
19.220.030
8.042.890
(5)
21.507.900
8.606.180
(6)
25.369.170
9.189.390
(7)
28.559.337
9.678.279
dari segi
industri,
rumah tangga,
maupun
angkutan
Halaman | III-4
Halaman | III-5
Tabel 3.2.
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2010 s.d. 2014
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Kota Batu
No
1
2
3
4
5
Uraian
2010
Rp
291.877,84
3.223,58
104.082,34
22.178,68
23.261,36
668.027,72
%
19,79
0,22
7,13
1,56
1,71
47,16
Tahun
2012
Rp
321.734,63
3.597,39
115.996,05
25.893,33
28.960,29
775.728,93
%
19,61
0,22
7,07
1,58
1,76
47,27
2013 *)
Rp
336.889,96
3.783,58
121.872,30
27.713,49
31.664,41
827.021,27
%
19,34
0,22
7,00
1,59
1,82
47,48
3,64
4,59
59.815,65
75.583,40
3,65
4,61
63.655,99
80.533,21
3,65
4,62
2011
%
20,38
0,23
7,27
1,55
1,62
46,64
Rp
306.163,18
3.417,00
110.355
24.148,01
26.514,25
729.736,87
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik,Gas & Air bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel &
6
Restoran
7 Pengangkutan & Komunikasi
51.695,08
3,61
56.363,52
Keuangan, sewa, & Jasa
65.405,56
4,57
71.027,65
8
Perusahaan
9 Jasa-jasa
202.441,74
14,14
219.661,37
PDRB
1.432.193,90
100 1.547.387,28
Pertumbuhan Ekonomi
7,52%
8,04%
Keterangan : * )Angka Sementara **) Angka Proyeksi (diolah)
Sumber : LKPJ Kota Batu Tahun 2013.
14,20
100
233.700,86
1.674.983,00
8,25%
14,24
100
248.628,54
1.624.225,94
8,00%
14,27
100
2014**)
Rp
%
352.045,30
19,11
3.969,77
0,22
127.748,55
6,93
29.533,65
1,60
34.368,53
1,87
878.313,60
47,67
67.496,32
85.483,03
263.556,22
1.628.286,50
8,02%
Halaman | III-6
3,66
4,64
14,30
100
Tabel 3.3.
Laju Inflasi Rata-Rata tahun 2008 s/d 2014 Kota Batu
Uraian
2008
2009
Inflasi 9,53% 5,82%
*) Angka Proyeksi (diolah)
2010
6,18%
Tahun
2011
5,12%
2012
4,58%
2013*
4,46%
2014*
4,8%
Rata-Rata
Pertumbuhan
6,01%
mengalami
tahun 2012
2012 yang tumbuh sebesar 9,88%, hal ini disebabkan kenaikan peranan
sektor industri pengolahan walaupun kenaikannya tidak begitu besar tetapi
untuk tahun mendatang diharapkan perlunya strategi pembangunan
Halaman | III-7
Tabel 3.4
Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2000 s.d. 2014 (%)
Berlaku
Konstan
Sektor
2000* 2012** 2013*** 2014*** 2000* 2012** 2013*** 2014***
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1. Primer
22,64 17,88
17,27
17,09
22,64 19,30
19,02
18,74
a. Pertanian
22,43 17,68
17,07
16,89
22,43 19,08
18,80
18,80
b. Pertambangan dan
0,21
0,20
0,20
0,20
0,21
0,22
0,22
0,22
Penggalian
2. Sekunder
11,95
9,75
9,88
9,38
11,95 10,39
10,26
10,13
a. Industri Pengolahan
9,54
6,25
6,24
5,70
9,54
7,02
6,81
6,60
b. Listrik Gas dan Air
1,32
1,37
1,37
1,38
1,32
1,57
1,59
1,61
c. Bangunan
1,09
2,13
2,27
2,30
1,09
1,80
1,86
1,92
3. Sektor Tersier
65,41 72,36
72,86
73,52
65,41 70,31
70,72
71,13
a. Perdagangan, Hotel
47,21 49,28
48,88
49,63
47,21 47,82
47,87
47,92
& Restoran
b. Angkutan &
3,17
3,32
3,32
3,35
3,17
3,68
3,72
3,76
Komunikasi
c. Keuangan,
4,20
3,94
3,85
3,90
4,20
4,60
4,63
4,67
Persewaan & Jasa
Perusahaan
d. Jasa-jasa
10,83 15,82
16,81
16,65
10,83 14,21
14,49
14,77
Keterangan : * Angka Diperbaiki
** Angka Sementara *** Angka Proyeksi
Sumber : PDRB Kota Batu.
Halaman | III-8
yang sangat
Budaya
Masyarakat
di
Kota
Batu
Halaman | III-9
Per Kapita
2014
diproyeksikan
akan
meningkat
menjadi
Rp
kebijakan
kebijakan
publik
yang
dibuat
oleh
pemerintah.
b. Faktor kelemahan
1) Potensi alam.
Potensi alam
yang sangat
dan
perkotaan
sehingga
terjadi
kesenjangan
Halaman | III-10
bagi
pemerintah
Kota
Batu
untuk
mampu
meningkat
seperti
pergaulan
bebas
dan
modal
dasar
pengembangan
yang
mendorong
geografis
Kota
Batu
yang
terletak
Malang-Kediri-Jombang-Surabaya
di
menjadi
imbas
positif
dalam
menggerakkan
roda
Halaman | III-11
3) Investasi.
Investasi Kota Batu cenderung meningkat setiap
tahunnya
sehingga
menarik
banyak
investor
untuk
membuat
iklim
investasi
di
Kota
Batu
sangat
menguntungkan.
4) Ekonomi pasar.
Ekonomi pasar Kota Batu menjadi bagian terpenting
bagi perekonomian Indonesia. Di antara ciri dari ekonomi pasar
adalah adanya keterbukaan bagi semua pelaku pasar untuk
terlibat di dalamnya. Hal ini merupakan potensi dari Kota Batu
untuk menyiapkan dan mendukung para pelaku ekonomi untuk
memasuki
ekonomi
pasar
itu,
sehingga
keberadaannya
dimana persaingan
Halaman | III-12
Halaman | III-13
Halaman | III-14
4. Inflasi tahun 2015 diprediksi sekitar 3,14% dan tahun 2016 terjadi
penurunan inflasi menjadi 2,48%.
dituangkan
Uraian
(1)
(2)
Realisasi Tahun
2012
Realisasi Tahun
2013
Tahun Berjalan
2014
Proyeksi /Target
pada Tahun 2015
Proyeksi /Target
pada Tahun 2016
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
PENDAPATAN
1.1
38.794.059.670,38
59.670.741.826,29
59.856.296.197,00
50.000.000.000,00
51.000.000.000,00
1.1.1
Pajak daerah
28.187.860.661,00
44.841.340.814,00
42.500.000.000,00
23.825.614.008,67
25.514.321.637,35
1.1.2
Retribusi daerah
4.925.276.704,00
4.692.461.590,00
8.356.296.197,00
6.816.646.959,17
7.757.536.429,26
1.1.3
1.690.951.280,48
2.027.452.696,34
2.027.452.696,34
2.524.964.138,47
3.003.607.633,49
1.1.4
3.989.971.024,90
8.109.486.725,95
6.972.547.303,66
7.380.356.897,99
7.903.460.520,48
391.468.206.744,00 446.587.901.437,00
486.938.919.289,00
514.614.734.888,83
568.260.578.692,54
48.793.825.437,00
44.209.304.289,00
51.162.721.419,86
55.868.265.730,05
324.768.945.000,00 374.362.261.000,00
412.378.255.000,00
441.010.082.526,07
488.359.746.832,94
1.2
Dana perimbangan
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.3
Lain-lain pendapatan
daerah yang sah
50.040.687.770,00
16.585.720.000,00
23.431.815.000,00
30.351.360.000,00
22.441.930.942,91
24.032.566.129,55
65.732.722.769
81.732.785.675,00
74.522.748.978,00
61.901.448.979,57
66.288.888.861,71
1.3.1
Hibah
1.3.2
Dana darurat
1.3.3
30.083.932.057
31.684.133.283,00
30.459.613.034,00
32.352.476.419,60
34.645.549.484,44
1.3.4
30.008.080.000
40.011.513.000,00
42.376.558.944,00
26.905.992.951,23
28.813.031.130,28
1.3.5
5.156.619.000,00
1.686.577.000,00
2.642.979.608,74
2.830.308.246,99
1.3.6
Pendapatan lainnya
5.640.710.712,00
4.880.520.392,00
495.994.989.183,38 587.991.428.938,29
621.317.964.464,00
668.000.000.000,00
720.000.000.000,00
JUMLAH PENDAPATAN
DAERAH (1.1 +1.2+1.3)
Halaman | III-15
yaitu
karakteristik
yang
tidak
mudah
diprediksi
sehingga
(DBH) terlalu komplek dan kurang memiliki landasan yang kuat karena
rumusan bagi hasil untuk setiap jenis pajak sangat bervariasi sehingga
berpengaruh pada keterlambatan penyaluran Dana Bagi Hasil ke
daerah khususnya untuk DBH yang berasal dari sumber daya alam.
4. Kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi daerah masih
rendah.
5. Kualitas pelayanan yang belum optimal dan permasalahan sistem dan
prosedur yang belum meng-cover dinamika perkembangan dan
Halaman | III-16
Halaman | III-17
daerah,
sehingga
besarnya
penerimaan
PAD
dapat
perimbangan
diantara
Kota
sumber
Batu
dapat
pendapatan
dikatakan
yang
lain
paling
dimana
dalam
RPJMD
2012-2017
yang
disesuaikan
dengan
kewenangannya meliputi :
1. Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah dengan cara:
membenahi
manajemen
data
penerimaan
PAD,
meningkatkan
Halaman | III-18
Pendapatan
Daerah
dengan
intensifikasi
dan
ekstensifikasi.
5. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan
Daerah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi, dan SKPD Penghasil.
6. Mengoptimalkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah untuk memberikan
kontribusi secara signifikan terhadap Pendapatan Daerah.
7. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
daerah.
8. Meningkatkan kualitas pengelolaan aset dan keuangan daerah.
9. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar
perhitungan pembagian dalam Dana Perimbangan.
10. Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Provinsi dalam pelaksanaan Dana Perimbangan.
pendapatan
daerah,
penerimaan,
dan
pengeluaran
Halaman | III-19
belanja
pegawai
yang
merupakan
belanja
belanja
subsidi
yang
digunakan
untuk
dengan
terlebih
dulu
melakukan
pengkajian
terhadap
yang
bertujuan
untuk
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
7. Anggaran bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya/desa
harus didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan
fiskal.
8. Belanja tidak terduga diarahkan untuk mendanai kebutuhan tanggap
darurat bencana, penanggulangan bencana alam dan sosial yang tidak
tertuang dalam bentuk program/kegiatan.
Belanja Langsung berkenaan langsung dengan kegiatan yang
dilaksanakan dan manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung
oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik.
Kebijakan Belanja Langsung pada APBD sebagai berikut :
1. Mengalokasikan dana anggaran belanja pegawai untuk mencapai
target kinerja kegiatan dengan memperhatikan aspek asas kepatutan,
kewajaran dan rasionalitas.
Halaman | III-20
dan
studi
banding
dilakukakan
secara
selektif
dengan
kebutuhan
masyarakat
berkembang
dan
tidak
Halaman | III-21
Tabel. 3.6.
Realisasi dan Proyeksi Belanja Daerah
Tahun 2012 s.d Tahun 2016
Jumlah
NO
Uraian
Realisasi Tahun
2012
Realisasi Tahun
2013
Tahun Berjalan
2014
Proyeksi /Target
pada Tahun
Rencana 2015
Proyeksi pada
Tahun 2016
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Belanja Tidak
Langsung
267. 968.911.530
292.093.315.565,50
334.980.261.335,00
392.192.200.476,08 425.026.803.820,20
1.1.1
Belanja pegawai
217.133.640.830
239.031.671.680,99
252.256.465.335,00
317.469.036.439,10 347.490.844.139,74
1.1.2
Belanja bunga
1.1.3
Belanja subsidi
1.1.4
Belanja hibah
24.774.220.000
27.738.605.079,51
39.683.826.000,00
43.273.280.053,49
44.844.100.119,43
1.1.5
6.826.100.000
8.016.903.305,00
21.235.120.000,00
25.779.100.362,84
26.714.881.706,01
1.1.6
181.354.938,06
198.533.172,09
1.1.7
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/ kota
dan Pemerintahan Desa*
18.234.950.700
17.174.635.500,00
20.304.850.000,00
3.263.626.878,29
3.471.846.273,13
1.1.8
1.000.000.000
131.500.000,00
1.500.000.000,00
2.225.801.804,29
2.306.598.409,79
214.816.547.247
279.191.845.124,00
426.591.261.353,00
1.1
1.2
Belanja Langsung
218.903.964.880,17 235.252.464.462,00
1.2.1
Belanja pegawai
33.046.630.200
22.307.028.750,00
24.995.642.107,00
58.689.783.363,21
64.239.847.110,80
1.2.2
77.574.219.344
101.224.109.346,00
138.377.499.930,00
73.057.095.161,79
77.981.143.375,69
1.2.3
Belanja modal
104.195.697.703
155.660.707.028,00
263.218.119.316,00
87.157.086.355,17
93.031.473.975,51
TOTAL JUMLAH
BELANJA
482.785.458.777
571.285.160.689,50
761.571.522.688,00
611.096.165.356,25 660.279.268.282,20
2014
dalam
rangka
menghindari
kemungkinan
adanya
menetapkan
anggaran
penerimaan
pembiayaan
yang
Halaman | III-22
pengeluaran
pembiayaan
mengacu
pada
arah
tersebut belum
timbulnya
hutang
dan
kesulitan
likuiditas
keuangan
tahun
anggaran
sebelumnya
(SILPA),
pencairan
dana
kurun waktu
Halaman | III-24
(1)
(2)
1.1
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6
1.2.1
Proyeksi/Ta
rget pada
Tahun 2016
(4)
(5)
(6)
(7)
5.800.379.655
6.263.292.285
141.679.487.024
5.800.379.655
6.263.292.285
141.679.487.024
1.000.000.000
977.445.041
425.928.800
Realisasi
Tahun
2013
(3)
Penerimaan pembiayaan
Sisa lebih perhitungan
anggaran tahun sebelumnya
(SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman daerah
Penerimaan kembali
pemberian pinjaman
Penerimaan piutang daerah
JUMLAH PENERIMAAN
PEMBIAYAAN
1.2
Tahun Berjalan
2014
Proyeksi/Ta
rget pada
Tahun
Rencana
2015
Realisasi
Tahun
2012
Pengeluaran pembiayaan
Pembentukan dana cadangan
1.2.3
1.2.4
JUMLAH PENGELUARAN
PEMBIAYAAN
977.445.041
1.425.928.800
5.800.379.655 5.285.847.244
140.253.558.224
JUMLAH PEMBIAYAAN NETTO
Sumber: Bagian Keuangan, Setda Kota Batu dan Hasil Analisis
1.2.2
Halaman | III-25