Anda di halaman 1dari 12

PROSIDING : DALAM RANGKA DIES NATALIS UNHAS KE - 54

ABSTRAK

Judul

Analisis Potensi Permudaan Tegakan Hutan di Hutan Pendidikan


Unhas Bengo-Bengo Kabupaten Maros
OLEH

Ir. Budirman Bachtiar, MS.


Mukrimin, S.Hut., MP.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi permudaan alam


tegakan pinus, mahoni, dan akasia.

Penentuan plot pengamatan di lapangan

dilakukan secara purposive dengan ukuran masing-masing 10 m x 10 m untuk


tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, dan 2 m x 2 m untuk tingkat semai
dan tumbuhan bawah.
Untuk mengetahui komposisi permudaan, maka data hasil pengamatan dan
pengukuran lapangan dianalisis dengan menghitung Kerapatan Relatif, Frekuensi
Relatif, Dominansi Relatif, dan Indeks Nilai Penting.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di bawah tegakan pinus tidak
ditemukan adanya permudaan dari jenis pinus itu sendiri, akan tetapi jenis
permudaan yang ditemukan tumbuh di bawah tegakan pinus didominasi oleh
Arthophyllum sp., Flacourtia rucam, dan Cinnamomum sp. Komposisi permudaan
dibawah tegakan mahoni

didominasi oleh Flacourtia rucam, Zysigium sp.,

Schleicera sp., dan Swietenia macrophylla, sedangkan di bawah tegakan akasia


tidak ditemukan adanya permudaan dari jenis-jenis pohon termasuk akasia itu
sendiri.

INVENTARISASI POTENSI PERMUDAAN TEGAKAN HUTAN


DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN UNHAS BENGO-BENGO
I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan statuta hutan pendidikan UNHAS menjadi Kawasan Hutan
Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) untuk Hutan Pendidikan UNHAS berdasarkan
SK. Menteri Kehutanan No. SK 86/Menhut-II/2005, memberikian peluang yang
sangat besar dalam rangka peningkatan kapasitas hutan pendidikan tersebut
kedepan sebagai salah satu lokasi untuk pengembangan Tri Darma Perguruan
Tinggi.

Implikasi dari peningkatan statuta tersebut adalah pengelolaan hutan

pendidikan Bengo-Bengo sepenuhnya menjadi tanggung jawab Fakultas


Kehutanan UNHAS.
Langkah awal
menunjang

penyusunan

yang

segera

rencana

harus

dilaksanakan

pemanfaatan

dan

dalam

pengelolaan

rangka
hutan

pendidikan yang profesional adalah penyiapan data dasar biofisik hutan


pendidikan, diantaranya berupa penyempurnaan potensi permudaan dari
berbagai jenis dan tipe tegakan yang ada. Tidak akan mungkin tindakan-tindakan
atau metode-metode silvikultur dapat dilaksanakan

secara tepat tanpa

memahami karakteristik tegakan, termasuk karakter permudaan dari setiap


spesies yang menyusun suatu tegakan hutan. Data-data potensi permudaan
tegakan yang penting diketahui diantaranya adalah kerapatan, distribusi, dan
potensi permudaan jenis pohon.
Berlatar belakang dari kondisi tegakan pinus, mahoni, dan akasia di
hutan Bengo-Bengo yang pada umumnya sudah berumur tua, sehingga secara
biologis sudah perlu diremajakan. Lazimnya peremajaan dari jenis tegakan pinus
dan akasia yang bersifat intoleran ini dilakukan dengan sistem tebang habis yang
disusul dengan penanaman, namun demikian mengingat status hutan BengoBengo berdasarkan klasifikasi fungsi hutan, maka sebagian besar kawasan
hutan pendidikan Bengo-Bengo merupakan hutan lindung dan sebagian lagi
sebagai hutan produksi terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
penebangan dengan metode tebang habis tersebut. Di sisi lain bila tidak
dilakukan upaya peremajaan tegakan, khususnya pinus maka suatu saat ketika
tegakan tersebut mencapai daur biologis maka pohon-pohonnya akan mati
secara massal dalam waktu yang relaif bersamaan. Indikasi ini sudah mulai
1

terlihat di lapangan dimana pohon-pohon pinus yang tua mulai mati satu persatu.
Dan apabila hal ini dibiarkan berlangsung, maka kita akan kehilangan salah satu
potensi sumberdaya alam yang besar manfaatnya bagi masyarakat. Selain itu
berpeluang terjadinya bencana ekologis seperti longsor, banjir di musim hujan
dan kekeringan di musim kemarau.
Permasalahan tersebut di atas memerlukan kajian ilmiah yang
mendalam sehingga menjadi bahan untuk menerapkan teknik peremajaan yang
tepat guna mempertahankan kelestarian tegakan hutan Pendidikan BengoBengo.
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi permudaan alam
tegakan pinus, mahoni, dan akasia, yang dilakukan dilakukan dengan meneliti
densitas (kerapatan) dan distribusi permudaan dari jenis tegakan yang diteliti.
II.

METODE PENELITIAN

A. Metode Pelaksanaan Penelitian


1. Penentuan plot sampel di lapangan dilakukan secara purposive yang
ditempatkan pada setiap jenis tegakan, yaitu pinus, mahoni, dan akasia.
2. Plot ini diletakkan tegak lurus lereng pada lokasi yang berlereng, sedangkan
pada puncak yang relatif datar disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
3. Pengumpulan data tumbuhan dilakukan pada plot sampel berukuran 10 m x
10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang, dan 2 m x 2 m
untuk tingkat semai.
4. Data tegakan yang dikumpulkan adalah tingkat perkembangan pohon dalam
tegakan mulai dari tingkat tiang, pancang, dan semai.
B. Metode Analisis Data
Parameter yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
1. Kerapatan
Kerapatan atau densitas adalah jumlah individu per unit luas, dengan
kata lain merupakan jumlah individu organisme persatuan ruangan.
jumlah individu

K = luas seluruh plot contoh


Dengan demikian kerapatan spesies ke-i dapat dihitung sebagai K-i
dan kerapatan relatif setiap spesies ke-I terhadap kerapatan total dapat
dihitung sebagai KR-i.
K-i =

jumlah individu untuk spesies ke i


luas seluruh plot contoh

ker apa tan spesies ke i

KR-i = ker apa tan seluruh spesies x 100%


2. Frekuensi
Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi

spesies

tumbuhan

adalah

jumlah

plot

contoh

tempat

diketemukannya suatu spesies dari sejumlah plot contoh yang dibuat. Dengan
demikian frekuensi dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam
habitat yang dipelajari.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies
(F), frekuensi spesies ke-I (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-I (FR-i) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
jumlah plot contoh ditemukannya suatu spesies
jumlah seluruh plot contoh
jumlah plot contoh ditemukannya suatu spesies ke i
jumlah seluruh plot contoh
frekuensi suatu spesies ke i
FR-i = frekuensi seluruh spesies x 100%

F=
F-i =

3. Dominansi/Luas Penutupan

Dominansi adalah proporsi antara luas bidang dasar yang ditempati


oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.
Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas bidang dasar
spesies (D), luas bidang dasar spesies ke-I (D-i) dan luas bidang dasar relatif
spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
luas bidang dasar

D = luas seluruh plot contoh


D-i =
DR-i

total luas bidang dasar spesies ke i


luas seluruh plot contoh
penutupan spesies ke i
= penutupan seluruh spesies x 100%

4. Indeks Nilai Penting


Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter
kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat
penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. INP sebagai
penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif.
Dengan demikian indeks nilai penting (INP) dan indeks nilai penting untuk
spesies ke-i (INP-i) dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut.
INP = KR + FR + DR
INP-i = KR-i + FR-i + DR-i
3

III. HASIL DN PEMBAHASAN


A. Struktur dan Komposisi Jenis
1. Permudaan di Bawah Tegakan Pinus
Tabel 1. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting Permudaan Jenis Tumbuhan di
Bawah Tegakan Pinus Tahun Tanam 1951/1952
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Jumlah
Individu
6
9
2
3
1
3
1
1

Nama Jenis
Cinnamomum sp.
Coffee sp.
Schleicera sp.
Zysigium sp.
Lea indica
Alstonia sp.
Arthophyllum sp.
Flacourtia rucam
Jumlah

FR (%)
18,182
18,182
9,091
9,091
18,182
9,091
9,091
9,091
100,00

KR (%)
23,077
34,615
7,692
11,538
11,538
3,846
3,846
3,846
100,00

DR (%)
21,862
0,617
30,497
17,003
1,476
14,102
9,564
4,879
100,00

INP
63,121
53,414
47,280
37,632
31,196
27,039
22,501
17.817
300,00

Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis yang memiliki


Frekuensi Relatif tertinggi yaitu Cinnamomum sp, Coffee sp., dan Lea indica
yaitu masing-masing sebesar 18,182 %. Angka ini mengindikasikan bahwa
ketiga

jenis

tersebut

memiliki

tingkat

penyebaran

yang

lebih

luas

dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya. Terhadap Kerapatan Relatif maka


ketiga jenis ini juga memiliki nilai tertinggi, yaitu Coffee sp. (34,615 %),
Cinnamomum sp. 23,077 %), dan Lea indica (11,539 %). Angka ini
menunjukkan bahwa ketiga jenis tersebut memiliki jumlah populasi terbesar di
antara jenis-jenis yang ada.
Terhadap Dominansi Relatif maka tiga jenis yang memiliki ranking
tertinggi adalah Schleicera sp. (30,497 %), Cinnamomum sp. (21,862 %), dan
Zysigium sp. (17,003 %).

Secara keseluruhan hasil analisis menunjukkan

bahwa terdapat lima janis yang memiliki potensi paling besar yang ditandai
dengan Indeks Nilai Penting tertinggi, yaitu Cinnamomum sp. (63,121 %),
Coffee sp. (53,414 %), Schleicera sp. (47,280 %), Zysigium sp. (37,632 %),
dan Lea indica (31,196 %).
Tabel 2. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting Permudaan Jenis Tumbuhan di
Bawah Tegakan Pinus Tahun Tanam 1970/1971
No.
1.
2.
3.
4.

Nama Jenis
Arthophyllum sp.
Cinnamomum sp.
Flacourtia rucam
Schima wallichii

Jumlah
Individu
11
7
1
10

FR (%)
18,182
27,273
9,091
9,091

KR (%)
32,533
20,588
2,941
29,412

DR (%)
36,589
8,243
36,589
2,816

INP
87,124
56,104
48,621
41,319

5.
Leea indica
6.
Litsea sp.
7.
Schleicera sp.
Jumlah

2
2
1

18,182
9,091
9,091
100,000

5,882
5,882
2,941
100,000

1,866
6,435
7,463
100,000

25,929
21,408
19,495
300,00

Tabel 2 memperlihatkan bahwa Frekuensi Relatif tertinggi adalah


Cinnamomum sp. (27,273 %), Arthophyllum sp. (18,182 %), dan Lea indica
(18,182 %), hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis inilah yang memiliki
penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya.
Terhadap Kerapatan Relatif maka ada tiga jenis yang memiliki ranking
tertinggi, masing-masing adalah Arthophyllum sp. (32,353 %),

Schima

walichii (29,412 %), dan Cinnamomum sp. (20,588 %). Sedangkan Dominansi
Relatif hanya dua jenis yang memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu
Arthophyllum sp. dan Flacourtia rucam dengan nilai dominansi yang sama
yaitu 36,589 %. Terhadap Indeks Nilai Penting maka terdapat empat jenis
yang dominan yang memiliki potensi terbesar, yaitu Arthophyllum sp. (87,124
%), Cinnamomum sp. (56,104 %), Flacourtia rucam (48,621 %), dan Schima
walichii (41,319 %).
Tabel 3. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting Permudaan Jenis Tumbuhan di
Bawah Tegakan Pinus Tahun Tanam 1974/1975
No.

Nama Jenis

1.
Flacourtia rucam
2.
Schima wallichii
3.
Arthophyllum sp.
4.
Coffee sp.
Jumlah

Jumlah
Individu
10
14
1
1

FR (%)

KR (%)

DR (%)

INP

33,333
33,333
16,667
16,667
100,00

38,462
53,846
3,846
3,846
100,00

44,915
20,818
27,414
6,854
100,00

116,710
107,997
47,927
27,366
300,00

Yang menarik dari Tabel 3 tersebut bahwa puspa (Schima walichii)


memiliki Indeks Nilai Penting terbesar kedua sesudah Flacourtia rucam, yaitu
sebesar 107,997 %. Karena itu untuk meningkatkan nilai potensi tegakan di
Hutan Pendidikan UNHAS Bengo-Bengo, maka salah satu jenis yang memiliki
prospek untuk dikembangkan adalah puspa, apalagi jenis ini termasuk ke
dalam kelas kayu mewah yang bernilai ekonomi tinggi.
Tabel 4. Komposisi Jenis Permudaan Alam pada Plot Contoh di Bawah
Tegakan Pinus
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama
Jenis
Alstonia sp.
Arthophyllum sp.
Cinnamomum sp.
Coffee sp.
Flacourtia rucam

Semai
-

Jumlah per Tingkat Permudaan


Pancang
Tiang
Total
1
1
11
2
13
10
3
13
10
10
7
5
12

No.
6.
7.
8.
9.
10.
Total

Nama
Jenis
Leea indica
Litsea sp.
Schima walichii
Schleicera sp.
Zysigium sp.

Jumlah per Tingkat Permudaan


Semai
Pancang
Tiang
Total
3
3
2
3
22
2
24
2
1
3
2
1
3
70
14
84

Tabel 4 menunjukkan bahwa telah teridentifikasi sebanyak sepuluh


jenis pohon yang mulai menginvasi tegakan pinus yang ada di kawasan hutan
pendidikan UNHAS Bengo-Bengo.

Dan dari ke sepuluh jenis tersebut

setidak-tidaknya terdapat empat jenis yang berpotensi untuk dikembangkan


dimasa yang akan datang yaitu Schima walichii, Alstonia sp., Schleicera sp.
dan Litsea sp.
Yang menarik dari jenis pinus ini adalah bahwa semakin tua umur
tegakan semakin beragam jenis-jenis pohon yang mampu tumbuh dan
berkembang di bawahnya. Pada tegakan pinus dengan tahun tanam
1974/1975 ditemukan sebanyak empat jenis, pada tegakan pinus dengan
tahun tanam 1970/1971 ditemukan sebanyak tujuh jenis, dan pada tegakan
pinus dengan tahun tanam 1951/1952 ditemukan sebanyak delapan jenis.
Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 1.
2. Permudaan di Bawah Tegakan Mahoni
Tabel 5. Rekapitulasi Indeks Nilai Penting Permudaan Jenis Tumbuhan di
Bawah Tegakan Mahoni Tahun Tanam 1951/1952
No.

Nama Jenis

Jmlh
Individu

FR (%)

KR (%)

DR (%)

INP

1.

Flacourtia rucam

18,182

26,087

2,339

46,608

2.

Zysigium sp.2

9,091

4,348

30,314

43,752

3.

Zysigium sp.1

9,091

4,348

27,039

40,478

4.

Schleicera sp.

9,091

17,391

12,917

39,399

5.

Arthophyllum sp.

18,182

13,044

3,558

34,783

6.

Swietenia
macrophylla

9,091

8,696

11,841

29,628

7.

Cinnamomum sp.

9,091

13,044

5,741

27,875

8.

Leea indica

9,091

8,696

0,988

18,775

9.

Garcinia sp.

9,091

4,348

5,263

18,702

100,00

100,00

100,00

300,00

Jumlah

Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat dua jenis yang memiliki


Frekuensi Relatif yang tinggi yaitu Flacourtia rucam dan Arthophyllum sp
dengan nilai yang sama yaitu 18,182 %, yang mengindikasikan bahwa ketiga
jenis tersebutlah yang penyebarannya lebih luas dibandingkan dengan jenisjenis lainnya. Apabila diamati secara menyeluruh, maka terdapat enam jenis
yang memiliki potensi permudaan tinggi yang ditandai dengan Indeks Nilai
Penting yang tinggi, yaitu Flacourtia rucam (46,606 %), Zysigium sp.2 (43,752
%), Zysigium sp.1 (40,478 %), Schleicera sp. (39,399 %), Arthophyllum sp.
(34,783 %), dan Swietenia macrophylla (29,628 %).
Tabel 6. Komposisi Jenis Permudaan Alam di Bawah Tegakan Mahoni
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nama
Jenis
Arthophyllum sp
Cinnamomum sp.
Flacourtia rucam
Garcinia sp.
Leea indica
Schleicera sp.
Swietenia macrophylla
Zysigium sp.1
Zysigium sp.2
Total

Jumlah per Tingkat Permudaan


Semai
Pancang
Tiang
Total
3
3
2
1
3
6
6
1
1
2
2
2
2
4
1
1
2
1
1
1
1
17
6
23

Tabel 6 menunjukkan bahwa penyebaran permudaan per tingkat


pertumbuhan pohon di bawah tegakan mahoni yang ada tidak menyebar
secara normal, dimana tidak ditemukan adanya semai namun demikian masih
ditemukan adanya permudaan

pada tingkat tiang dan tingkat pancang

masing-masing sebanyak 6 batang dan 17 batang atau bila dikonversi


kedalam hektar sekitar 200 batang dan 600 batang per hektar.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan
beberapa penduduk di sekitar hutan pendidikan Bengo-Bengo diketahui
bahwa sebetulnya mahoni dapat tumbuh dan berkembang di bawah
tegakannya sendiri, hal ini terbukti dengan ditemukannya beberapa anakan
mahoni pada plot contoh di lapangan. Penyebab utama yang menjadi kendala
berlangsungnya permudaan secara alami antara lain adalah karena tingginya
permintaan bibit mahoni sekarang ini menyebabkan semakin intensifnya
perburuan benih dan bibit mahoni di lapangan, sehingga tidak memberikan
kesempatan terhadap biji mahoni yang tua jatuh untuk berkecambah dan
berkembang menjadi pohon, bahkan saat biji mahoni tersebut sudah tua
7

mereka panjat sebelum jatuh ke tanah. Selain itu regenerasi mahoni ini juga
terhambat akibat pengambilan anakan alam berupa tiang oleh masyarakat
sebagai bahan pembuatan pagar pembatas kebun, hal ini terlihat dengan
ditemukannya tonggak-tonggak bekas tebangan di bawah tegakan dan tiangtiang pagar kebun masyarakat di sekitar hutan pendidikan.
3. Permudaan di Bawah Tegakan Akasia
Pengamatan permudaan alami

di

bawah

tegakan

akasia

dilaksanakan pada dua kelas umur yaitu, pertama pada tegakan akasia
dengan tahun tanam 1970/1971 dan kedua pada tegakan akasia dengan
tahun tanam 1974/1975, dimana pada masing-masing kelas umur tersebut
dibuat dua plot pengamatan. Hasil pengamatan dan penelitian menunjukkan
bahwa sama sekali tidak ditemukan permudaan pohon-pohon hutan di bawah
tegakan akasia, termasuk permudaan dari akasia itu sendiri. Lantai hutan
didominasi oleh jenis jonga-jonga (Chromolaena odorata), selain itu juga
ditemukan jenis-jenis seperti Lantana camara dan Melastoma malabatricum.
Lebatnya tumbuhan penutup tanah (cover crops) pada lantai hutan di
bawah tegakan akasia disebabkan karena tajuk akasia yang lebih tipis dan
lebih terbuka dibandingkan dengan tajuk mahoni maupun pinus, sehingga
intensitas cahaya matahari yang sampai ke lantai hutan cukup tinggi yang
akan merangsang pertumbuhan gulma dengan cepat dan tidak memberikan
kesempatan regenerasi bagi pohon-pohon hutan yang ada. Kalaupun ada biji
dari kelompok pohon-pohonan yang sempat berkecambah maka ia tidak
mampu bersaing dengan gulma-gulma yang pertumbuhannya lebih pesat.
B. Peningkatan Nilai Potensi Tegakan
Guna meningkatkan nilai potensi serta nilai manfaat tegakan hutan yang
sedang dikembangkan di areal hutan pendidikan UNHAS Bengo-Bengo dimasa
yang akan datang, maka dari hasil studi ini terdapat empat jenis pohon lokal yang
memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan, yaitu Schima walichii,
Litsea sp., Alstonia sp., dan Schleicera sp.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Komposisi jenis permudaan yang tumbuh di bawah tegakan pinus terdiri atas
sepuluh jenis, yaitu Alstonia sp., Arthophyllum sp., Cinnamomum sp., Coffee
sp., Flacourtia rucam, Lea indica, Litsea sp., Schima walichii, Schleicera sp.,
dan Zysigium sp.
8

2. Komposisi jenis permudaan yang tumbuh di bawah tegakan mahoni terdiri


atas sembilan jenis, yaitu Arthophyllum sp., Cinnamomum sp., Flacourtia
rucam, Garcinia sp., Lea indica, Schleicera sp., Swietenia macrophylla,
Zysigium sp.1, dan Zysigium sp.2.
3. Jenis permudaan yang secara alami paling potensial untuk tumbuh dan
berkembang di bawah tegakan pinus berturut-turut adalah Flacourtia rucam
(INP 61,049 %), Arthophyllum sp. (INP 52,517 %), Schima walichii. (INP
49,772 %), dan Cinnamomum sp. (INP 39,743 %).
4. Jenis permudaan yang secara alami paling potensial untuk tumbuh dan
berkembang di bawah tegakan mahoni berturut-turut adalah Flacourtia rucam
(INP 46,608 %), Zysigium sp.2 (INP 43,752 %), Zysigium sp.1 (INP 40,478
%), dan Schleicera sp. (INP 39,399 %).
5. Distribusi tingkat permudaan di bawah tegakan pinus terdiri atas 103 batang
tiang dan 622 batang pancang per hektar, dan pada tegakan mahoni terdiri
atas 200 batang tiang dan 600 batang pancang, sedangkan di bawah tegakan
akasia tidak ditemukan adanya permudaan alami dari kelompok pohonpohonan.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan keragaman jenis pohon dan nilai tegakan di kawasan
hutan pendidikan UNHAS Beng-Bengo, maka ada empat jenis pohon yang
secara alami tumbuh di bawah tegakan yaitu

Schima walichii, Litsea sp.,

Alstonia sp., dan Schleicera sp. dapat dikembangkan menjadi hutan tanaman
karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
2. Mengingat kondisi wilayah kawasan hutan pendidikan sebagian besar
memiliki topografi berat serta jenis pinus dan akasia yang bersifat intoleran,
maka dalam rangka peremajaan tegakan pinus dan akasia perlu dilakukan
penelitian tentang luas tebangan minimal yang dapat menjamin keberhasilan
peremajaan dari kedua jenis tegakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, B., 1992. Pengaruh Pemberian Hormon Tumbuh Rooton-F dan Pupuk
Gandasil-D terhadap Pertumbuhan Stump Anakan Mahoni (Swietenia
macrophylla King) di Rumah Kaca. Lembaga Penelitian Universitas
Hasanuddin. Ujung Pandang.
Earle, C.J., 2002. Pinus merkusii, Junghuhn and de Vriese, (Online),
(http://www.conifers.org/pi/pin/merkusii.htm, diakses 14 Juni 2008).
Erviana. 1992. Pengaruh Kadar Air Tanah Mineral terhadap Pertumbuhan
Anakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) pada Berbagai Jenis Tanah.
Skripisi S1 (Tidak Dipublikasikan) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Hardiyanto, E.B., 2001. Pengantar Genetika Pohon. Training Course on Basic
Forest Genetics. Indonesia Forest Seed Project , Faculty of Forestry
Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Havmoller, P., 1993. Introduction to Tree Improvement. Proc. Regional Training
Workshop on Selection and Management of Plus Trees and Seed Stands
and Establishment and Management of Seed Orchards, Held at FRIM.
Malaysia.
Hitalessy, N.H., 2002. Kegiatan Pembebasan pada Areal HPH. PT. Balantak
Rimba Rejeki Kecamatan Lamala Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi
Tengah. Laporan Magang D-3 Kehutanan (Tidak Dipublikasikan) Fakultas
Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Leksono, B., 2001. Strategi Pemuliaan Pohon dan Peningkatan Genetika Hasil
Uji Keturunan Acacia mangium, A. auriculiformis, dan Eucalyptus pellita.
Training Course on Basic Forest Genetics. Indonesia Forest Seed Project,
Faculty of Forestry Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Naiem, 2001. Veriasi pada Spesies Pohon Hutan. Training Course on Basic
Forest Genetics. Indonesia Forest Seed Project , Faculty of Forestry
Gadjah Mada University, Yogyakarta.
Nurkin, B., 1975. Hubungan Sifat-sifat Tanah dengan Bonita Pinus merkusii
Jungh. Et de Vriese di Bagian Hutan Paninggaran Kesatuan Pemangkuan
Hutan Pekalongan Timur. Skripsi S1 (Tidak Dipublikasikan) Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin afiliasi Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
10

Pakalla, E., 2003. Analisis Potensi Pinus pada Hutan Rakyat di Kecamatan Alla
Timur Kabupaten Enrekang. Skripsi S1 (Tidak Dipublikasikan) Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Pathibang, M.R., 2005. Hubungan Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Fisiografi
dengan Pertumbuhan Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese)
di Areal Hutan Rakyat Kabupaten Tana Toraja. Tesis S2 (Tidak
Dipublikasikan) Kekhususan Kehutanan Program Studi Sistem-Sistem
Pertanian Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Ramayana, 2003. Kegiatan Inventarisasi Tegakan Tinggal pada Areal HPH. PT.
INHUTANI I Satuan Wilayah Mamuju Propinsi Sulawesi Selatan. Laporan
Magang D-3 Kehutanan (Tidak Dipublikasikan) Fakultas Pertanian dan
Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sudjana, 1992. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito . Bandung.
Sujono, I., 1992. Analisis Potensi Permudaan Beberapa Jenis Pohon Komersial
di Pulau Mangole Propinsi Maluku. Skripsi S1 (Tidak Dipublikasikan)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Makassar.
Suryowinoto, S.M., 1997. Flora Eksotika, Tanaman Peneduh. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Yudha, A.T., 2003. Uji Viabilitas Benih Mahoni (Swietenia macrophylla King) pada
Berbagai Posisi Tanam dan Kedalaman Penanaman di Persemaian Balai
Penelitian Tanaman Hutan (BPTH). Skripsi S1 (Tidak Dipublikasikan)
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Zainuddi, S., 1994. Pengaruh Variasi Ukuran Lubang Tanam dan Jenis Mulsa Ki
Hujan (Samanea saman Merr) terhadap Pertumbuhan Anakan Mahoni
(Swietenia macrophylla King). Skripsi S1 (Tidak Dipublikasikan) Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin.
Makassar.

11

Anda mungkin juga menyukai