PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai seorang anak, tidak luput dari pada membahas tentang
perkembangan dan petumbuhan anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak menurut teori
kovergensi pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh genetik dan millieu (bawaan
dan lingkungan). Pada dasarnya anak (manusia) telah dianugrahi oleh allah potensi-potensi yang
begitu banyak, dan ini harus dikembangkan melalui pendidikan dan lain sebagainya.
Di Indonesia pendidikan untuk anak (0-6) masih boleh dikatakan kurang dalam artiyan
belum pemileyer dikalangan orang tua. Mereka hanya tahu pendidikan dasar (SD), sekolah
menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA). Namun semenjak terbitnya
undang-udang sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Padangan orang tua tentang pendidikan sudah
beransur berubah, karena di sisdiknas tersebut ada pasal yang membahas tentang pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini.
Yang mana pendidikan anak usia dini ini adalah sebagai upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Salah satu lembaga pendidikan formal yang mendidik anak usia dini di indonesia ialah
lembaga paud yang dibawah naungan atau binaan kementerian pendidikan nasional. Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Keguruan Tinggi Yang mana lembaga ini bertugas untuk
membina anak-anak prasekolah dan untuk mempermudah anak-anak melanjutkan pendidikan ke
jenjang berikutnya. Dalam proses pembelajaran lembaga paud (guru paud) dituntut supaya
profesional dalam artiyan kreatif, inovatif dan fleksibel dalam mendidik anak-anak prasekolah
ini.
Salah satu metode yang sering digunakan dalam mendidik anak-anak prasekolah ialah
dengan bermain sambil belajar. Menurut Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya pendidikan
anak prasekolah bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang
rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan guru dan
berakhir pada bermain dengan diarahkan.
Dengan bermain anak dapat mengeksplorasi apa yang yang ada di dalam diri dan
ingatannya. Juga dapat mengembangan pertumbuhan kognitif, afektik dan psikomotorik anak.
B. TUJUAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. MANFAAT
1. Mengetahui peranan bermain dalam pertumbuhan anak.
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan bermain.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya .(Miller dan Keong, 1983).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri dan
memperoleh kesenangan.(Foster, 1989).
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkatakata, belajar memnyesuaikan diri dengan ling, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan
mengenal waktu, jarak, serta suara .(Wong, 2000).
Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator pengembangan
mental. Bermain memungkinkan anak-anak untuk memajukan perkembangannya
seperti sensori motor, intelegensi pada bayi, mulai dari operasional sampai
operasional konkrit pada anak pra sekolah juga mengembangkan kognitif, fisik, dan
perkembangan sosial ekonomi (George W Maxim, 1992, dalam Satya 2006).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah Kegiatan yang tdk dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari krn bermain sama dengan berja pada org dewasa,
yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan ling, menyesuaikan diri
dengan ling, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
B. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan sensorik motorik.
Pada saat melakukan permainan, aktifitas motorik merrpakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual.
Anak melakukan ekplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di
lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan
membedakan objek. Pada saat bermain anak akan melatih diri dan memecahkan masalah.
3. Perkembangan sosial.
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan
sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai
sosial yang ada pada kelompok.
4. Perkembangan kreatifitas.
Kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan mewujudkan ke dalam bentuk objek dan
atau kegiatan yang dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri.
Anak akan mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku. Anak akan
belajar mengenal kemampuannya dan membandingkan dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak tingkah laku
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan
guru. Anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai sehingga dapat
diterima di lingkungan dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang ada
dikelompoknya. Anak belajar bertanggung jawab atas segala tindakan yang akan
dilakukan.
7. Terapi Pada saat dirawat di RS
Anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri, sehingga anakanak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya dalam bentuk permainan.
C. FUNGSI BERMAIN DI RUMAH SAKIT
Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stres, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu anak memerlukan media yang
dapat mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan
petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah
melalui kegiatan permainan.
Wong, et al (2008) menyebutkan, bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan
mereka, kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di
rumah sakit. Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu
meminimalkan munculnya masalah perkembangan anak.
Beberapa manfaat bermain di rumah sakit adalah memberikan pengalihan
dan menyebabkan relaksasi. Hampir semua bentuk bermain dapat digunakan
untuk pengalihan dan relaksasi, tetapi aktivitas tersebut harus dipilih berdasarkan
usia, minat, dan keterbatasan anak. Anak-anak tidak memerlukan petunjuk
khusus, tetapi bahan mentah untuk digunakan, dan persetujuan serta pengawasan.
Anak kecil menyukai berbagai mainan yang kecil dan berwarna-warni yang dapat
mereka mainkan di tempat tidur dan menjadi bagian dari ruang bermain di rumah
sakit (Wong, et al, 2008).
Meskipun semua anak memperoleh manfaat fisik, sosial, emosional dan
kognitif dari aktivitas seni, kebutuhan tersebut akan semakin kuat pada saat
mereka di hospitalisasi (Rollins, 1995 dalam Wong, et al, 2008).
Anak akan lebih mudah mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni,
karena
manusia pertama kali berpikir memakai imajinasi kemudian diterjemahkan dalam
kata-kata. Misalnya, gambar anak-anak sebelum pembedahan sering bermakna
kekhawatiran yang tidak terungkapkan (Clatworthy, 1999 dalam Wong, et al,
2008).
Para pendidik manyadari bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagai
anak-anak usia muda/dini. Bermain merupakan cara/jalan bagi aka untuk mengungkapkan hasil
pemikiran, perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungnnya. Bermain juga membantu
anak dalam menjalin hubungan sosial antar anak. Hampir semua program kegiatan pendidikan
prasekolah menyelenggarakan kegiatan bermain dalam porsi besar bagi anak didiknya. Untuk itu
para guru sebaiknya merencanakan secara cermat kegiatan bermain tersebut dengan dukungan
lingkungan sekolah.
Bermain merupakan hal yang esensial bagi kesehatan anak-anak, meningkatkan afliasi
dengan
teman
sebaya,
mengurangi
tekanan,
meningkatkan
perkembangan
kognitif,
meningkatkan daya jelajah, dan memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara
potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berbicara
dan beriteraksi dengan satu sama yang lain. Selama interaksi ini anak-anak mempraktikan peranperan yang mereka akan laksanakan dalam kehidupan masa depanya.
Peran bermain bagi anak, sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bermain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendri. Bermain
selayaknya dilakukan dengan rsa senang, sehingga semua kegiatan bermainyang menyenangkan
akan menghasilkan proses belajar pada anak. Anak-anak belajar melalui permainan mereka.
Pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan, benda, anak lain, dan dukungan orang
dewasa membantu anak-anak berkembang secara oftimal.
Bermain dapat menjadi sumber belajar, karena memberi kesempatan untuk belajar
berbagai hal yang tidak diperoleh anak di sekola maupun di rumah. Disamping itu, akan
menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak di sekolah
maupun di rumah. Di samping itu, akan menimbulkan pengaruh yang sangat penting bagi
penyesuaian pribadi dan sosial anak. Karena dengan bermain anak belajar untuk bermasyarakat,
beriteraksi dengan teman lainnya, belajar dalam mebentuk hubungan sosial, belajar
berkomunikasi dan acara mengahadapi serta memecahkan masalah yang muncul dalam
hubungan tersebut. Dalam bermain anak juga belajar dalam mamahami standar moral, tentang
nilai-nilai yang baik dan nilai yang kurang baik (buruk), sehingga terjalin bentuk komunikasi
karena dari hubungan tersebut anak akan belajar bekerja sama murah hati, jujur, sportif, dan
disanangi banyak orang atau teman.
Bermain juga mengembangkan asfek kognitif. Dalam bermain gerak dan lagu, anak-anak
belajar untuk menyadari dan menguasai tentang bilangan, huruf, kecepatan, berah, arah,
keseimbangan, dan lain-lain. Dan dengan bermain bersama teman. Mereka belajar melatih
konsep sosial, mengetahui aturan dan belajar tentang aspek-aspek yang ada dalam kebudayaan
mereka.
Jadi peran bermain bagi perkembangan sosial anak sangatlah berperan, dengan bermain
anak bisa berinteraksi dengan teman-temannya. Menumbuhkan rasa pencaya diri dan dan bisa
mengembangkan asfek kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
E. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN ANAK
1. Kesehatan
Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak
yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain
yang membutuhkan banyak energi.
2.
Intelegensi
Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anakanak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau
permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama,
menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.
3.
Jenis kelamin
Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi,
misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa
anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa
anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.
4.
Lingkungan
Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang
bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.
5.
Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih
banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang
dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.
b. Menonton televisi
Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun
negatifnya.
c. Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan
pengetahuan anak sehingga anak akan berkembang kreatifitas dan kecerdasannya.
G. KARAKTERISTIK BERMAIN
George W Maxim (dalam Satya, 2006) mengemukakan lima karakteristik
yang dapat diidentifikasi dalam bermain yaitu :
a. Motivasi interinsik, aktivitas bertujuan untuk kesenangan dan motivasi datang
dari dalam diri anak.
b. Penekanan pada proses bukan hasil.
c. Perilaku nonliteral, anak-anak menggunakan kekuatan yang luar biasa untuk
berpura-pura selama bermain.
d. Kebebasan.
e. Kesenangan
Sedangkan karakteristik bermain yang dikemukakan oleh Mary Mayesky antara lain:
a. Bagian alami dalam kehidupan anak, orang dewasa tidak dapat
mengemukakan bagaimana anak bermain.
b. Langsung pada diri sendiri.
c. Aktivitas kreatif bukan hasilnya.
d. Aktivitas total.
e. Sesuatu yang sensitif bagi anak.
Keuntungan Bermain :
a. Membuang ekstra energy
b. Mengoktimalkan pertumbuhan seluruh anggota tubuh, seperti tulang, otot dan organ
organ.
c. Aktifitas yang di lakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
e. Berkembangnya beraneka ketrampiilan yang akan bergunasepanjang hidupnya.
f. Meningkatkan daya kreativitas.
g. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda benda yang ada di sekitar anak.
h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran, iri hati dan kedukaan.
i. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan anak lainnya.
j. Belajar untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang di dalam bermain.
k. Belajar untuk mengikuti aturan aturan.
l. Dapat mengembangkan intelektualnya.
Pada anak yang sehat, perkembangan intelektual anak di pengaruhi selain oleh stimulus,
juga oleh gizi anak. Kekurangan gizi yang diderita sejak masa janin sampai masa balita,
dapat mempengaruhi pertumbukan otak anak, yang akan berdampak pada kemampuan
intelektualnya.
I.
2. Riwayat
Tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
3. Data lingkungan
Karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitasnya, perkumpulan keluarga dan
interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga.
4. Struktur keluarga
Struktur peran, nilai atau norma keluarga, pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan
keluarga.
5. Fungsi keluarga
Fungsi ekonomi, fungsi mendapatkan status social, fungsi pendidikan, fungsi sosialisasi ,
fungsi pemenuhan (perawatan atau pemeliharaan) kesehatan, fungsi religious, fungsi
rekreasi, fungsi reproduksi, fungsi afeksi.
6. Stres dan koping keluarga Stressor jangka pendek dan panjang Kemampuan keluarga
berespon terhadap stressor Strategi koping yang digunakan Strategi adaptasi
disfungsional.
7. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga.
8. Harapan keluarga
B. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah pengkajian, perawat mengklasifikasikan data untuk merumuskan diagnosis
keperawatan. Pada asuhan keperawatan keluarga, diagnosis keperawatan yang muncul dapat dua
sifat, yaitu yang berhubungan dengan anak bertujuan agar anak dapat tumbuh dan berkermbang
secara optimal sesuai usia anak dan yang berhubungan dengan keluarga dengan penyebab
(etiologi) berpedoman pada lima tugas keluarga di bidang kesehatan yang bertujuan agar
keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak. Masalah dalam diagnosis
keperawatan merupakan kebutuhan dasar klien (manusia) yang tidak terpenuhi.
C. CONTOH RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankan berhubungan
dengan anak terlalu asik bermain.
Tujuan : anak mau meningkatkan lama waktu belajarnya dan mengurangi waktu bermain
Intervensi
a. Anjurkan keluarga untuk membuat kesepakatan tentang waktu bermain dan belajar
b. Beri penjelasan pada anak tentang perlunya belajar dan sekolah
c. Anjurkan anak untuk mengurangi waktu bermain.
d. Anjurkan orang tua agar mau menemani atau membantu anak belajar.
e. Anjurkan orang tua untuk memberikan hukuman jika anak tidak mau belajar dan
memberikan pujian jika anak mau belajar.
2.
Gangguan pemenuhan kebersihan diri berhubungan dengan terlalu banyak waktu yang
digunakan untuk bermain Tujuan : anak mau melakukan aktivitas kebersihan diri sesuai aturan
keluarga.
Intervensi :
a.
b.
c.
d.
3.
4. Menarik diri dari lingkungan sosial (menyendiri) berhubungan dengan terlalu asik bermain
video game.
Tujuan : anak mau bersosialisasi dengan teman sebayanya
Intervensi :
a. Beri penjelasan pada anak tentang perlunya bersosialisasi dengan teman sebayanya
b. Anjurkan anak untuk bermain bersama temannya
c. Anjurkan anak untuk mengurangi waktu bermain video game
d. Anjurkan orang tua untuk memberikan dukungan pada anak agar anak mau bermain
dengan teman-temannya.
D. EVALUASI
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang hendak dicapai
sesuai dengan kriteria hasil yang telah diterapkan sebelumnya. Saat evaluasi perawat hendaknya
selalu memberi kesempatan keluarga untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai
dengan tugas keluarga di bidang kesehatan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bermain bagi anak sanga mempunyai arti dalam tumbuh kembangnya. Karena melalui
bermain banyak keuntungan yang di peroleh, tidak saja terhadap pertumbuhan fisik anak, juga
terhadap perkembangan mental dan social anak.
Demikian pula dalam memiliih alat permainan sebagai alat stimulus tumbuh kembang
anak, hendaknya dipilih alat alat bermain yang tiak hanya menyenangkan anak tetapi juga
harus bermanfaakan dan menooptimalkan tumbuh kembangnya.
B. SARAN
Agar kita dapat mengetahui mengenai peran bermain dalam perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Adijanti marheni. Peranan Stimulasi dalam tumbuh kembang anak, Kumpulan Makalah Ceramah
Berkala VIII, Lab. Ilmu Kesehatan Anak Fak. Kedokteran UNUD, 8 Desember
1990
Anggani Sudono (1995). Alat Permainan & Sumber Belajar TK, Depdikbud, Dirjen
Dikti, Proyek Pendidikan Tinggi Akademis.
Doris Bergen, Rebeca Reid, Louis Torelli. (2001). Educating and Caring for Very
Young Children, The Infant Toodler Curriculum. Theachers College Press
Soetjiningsih. Alat Permainan Edukatif, Kumpulan Makalah Ceramah Berkala ke-II Laboratorium
Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD-ISWI ( Ikatan Sarjana Wanita ) Cabang Bali, 20
Oktober
1984
http://www.untukku .com/artikel-untukku/arti-bermain-bagi-anak-untukku.html
http://deviarimariani.wordpress/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini