Anda di halaman 1dari 12
a Sires, Stes Lingkungan dan Coping Behavior A. STRES 62 Istlah stres dikemukakan oleh Hans Selye (dalam Sehnert, 1981) yang mendefinisikan stres sebagai respon yang tidak spesitik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan kata lain istilan sires dapat digunakan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang luas yang disulut oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi kedua faktor tersebut. Menurut Lazarus (1976) stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dinadapkan pada situasi internal dan ekstemal. Menurut Korein (1976) keadaan stres muncul apabila tuntutan- tuntutan yang luar biasa atau terlalu banyak mengancam kesejahteraan atau integritas seseorang; Stres tidak Saja Kondisi_ yang menekan seseorang ataupun keadaan fisik atau psikologis seseorang maupun reaksinya terhadap tekanan tadi, akan tetapi stres adalah -keterkaitan antar_ketiganya (Prawitasari, 1989). Karena banyaknya definisi mengenal stres, maka Sarafino (1994) mencoba mengkonseptualisasikan ke dalam tiga. pendekatan, yaitu: Stimulus, Respons, dan Proses. 1. Stimulus Kita dapat mengetahui hal ini dari pian seseorang terhadap sumber atau penyebab ketegangan berupa keadaan/situasi dan peristiwa tertentu. Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stresor. Beberapa ahli yang menganut pendekatan ini mengkategorikan stresor menjadi tiga: a. peristiva-katastropik, misalnya angin toriado atau gempa bumi b. _ peristiwa hidup yang penting, misainya kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai cc. _keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak dan bising 2. Respons Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Untuk itu dapat iketahui dari dua Komponen yang saling berhubungan, yaitu: komponen psikologis dan komponen fisiologis. a. komponen psikologis, seperti: perilaku, pola berpikir, dan emosi b. Komponen fisiologis, seperti: detak jantung, mulut yang mengering (sariawan), keringat, dan sakit perut Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan. 3. Proses Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu dimensi penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istlah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang di dalamnya termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya Model Stres. Cox (dalam Crider dkk, 1983) mengemukakan 3 model sires, yaitu: Response-based model, Stimulus-based model, dan interactional model a. Response-based model Sires model ini mengacu sebagai sekelompok gangguan kejiwaan dan respon-respon psikis yang timbul pada situasi sulit. Model ini mencoba untuk mengidentifikasikan pola-pola kejiwaan dan respon-respon kejiwaan yang diukur pada lingkungan yang sulit. Suatu pola atau sekelompok dari respon disebut sebagai sebuah sindrom. Pusat perhatian dari model ini adalah bagaimana stresor yang berasal dari peristiva lingkungan. yang berbeda-beda dapat menghasilkan respon stres yang sama, b. _Stimulus-based model Modo! stres ini memusatkan perhatian pada sifat-sifat stimuli stres. Tiga karakteristik penting dari stimuli stres adalat sebagai berikut (1) Overload Karakteristik ini diukur ketika sebuah stimulus datang secara intens ddan individu tidak dapat mengadaptasi lebih lama lagi (2) "Conflict Konflik diukur ketika sebuah stimulus secara simultan membangkitkan dua atau lebih respon-respon yang tidak berkesesuaian, Situasi-situasi konflik bersifat ambigu, dalam arti stimulus tidak memperhitungkan kecenderungan respon yang wajar (8) \Uncontrollabilty Uncontrollability adalah peristiwa-peristiwa dari kehidupan yang bebasitidak tergantung pada perilaku dimana pada situasi ini menunjukkan fingkat.stres yang tinggi. Penelitian tentang tujuan ini: menunjukkan bahwa stres diproduksi oleh stimulus aversive yang mungkin diolah metebihi Kemampuan dan kontrol waktu serta jangka waktu dari stimuli ini daripada dengan kenyataan penderi- taan yang dialami. Dampak stres dari stimuli aversive dapat diperkecil jika individu percaya dapat mengontrolnya, 63

Anda mungkin juga menyukai