Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan global. Menurut
World Health Organization (WHO) 1999, penyakit infeksi merupakan penyebab
utama kematian di dunia.1 Di Indonesia menurut Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) menyatakan bahwa penyakit menular pada tahun 2013 adalah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia, TB paru, hepatitis, diare, dan
malaria.2 Tidak heran jika kasus hepatitis di Indonesia cukup tinggi karena
Indonesia merupakan negara endemik untuk hepatitis B.3 Selain itu, kasus TB
Indonesia berada pada rangking kelima dengan beban TB tertinggi di dunia. 4
Begitupun dengan kasus HIV/AIDS menurut Badan Statistik total kasus
HIV/AIDS tahun 2014 adalah 150.296 kasus HIV dan 55.799 kasus AIDS.5
Penyakit infeksi di Indonesia bukanlah masalah kecil karena beberapa kasus di
atas hanya merupakan kasus yang dilaporkan saja dan masih banyak kasus infeksi
yang belum dilaporkan. Pasien merasa sehat padahal sebenarnya mengidap
penyakit infeksi, contohnya saja pasien yang terkena infeksi hepatitis akibat
dokter gigi jarang disadari, karena masa inkubasi penyakit ini cukup lama yaitu
160 hari.6 Begitupun penyakit HIV/AIDS, setelah virus masuk ke dalam darah
pasien belum menunjukkan gejala yang signifikan padahal pasien bisa
menularkan virus yang ada di dalam tubuhnya.
Penyakit infeksi seperti HIV/AIDS, hepatitis, dan TBC merupakan penyakit
infeksi yang dapat ditularkan melalui saliva dan darah.7 Dokter gigi merupakan

profesi yang berkecimpung dengan saliva dan darah, sehingga dianggap kelompok
yang rentan terhadap penularan penyakit infeksi. Pekerjaan dokter gigi yang
merawat banyak pasien memungkinkan terjadi infeksi silang di tempat bekerja
atau di lingkungan prakteknya. Banyak tempat potensial yang dapat menjadi
sumber infeksi di lingkungan praktek dokter gigi, seperti tangan, saliva, dahak,
darah, alat alat, kursi, bur, skaler, dan jarum suntik. Kejadian aerosol atau
percikan air yang bercampur dengan saliva dan darah saat melakukan skaling dan
preparasi kavitas saat penambalan gigi juga merupakan tindakan yang rawan
terjadinya penularan infeksi melalui udara.
Lingkungan kerja dokter gigi merupakan tempat yang rawan terjadinya
kontaminasi yang dapat terjadi antara dokter-pasien, pasien-pasien, dan perawatpasien. Hal ini dapat terjadi jika dokter tidak memperhatikan teknik perlindungan
(universal precaution) dan tindakan kontrol infeksi yang efektif. Universal
precaution merupakan tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh
tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi, berupa penjaringan
pasien, perlindungan diri, dekontaminasi peralatan, dan penanganan limbah
klinik.8 Tindakan pengendalian ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
menganggap semua pasien beresiko sama. Tindakan pengendalian yang dokter
gigi lakukan sebagai tindakan pencegahan penularan infeksi merupakan salah satu
faktor pemutus rantai penyebaran infeksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Oktarina dan Suryandari DW pada tahun 2008
di Kota Surabaya mengatakan bahwa hanya lima puluh persen petugas puskesmas
di Kota Surabaya yang mengetahui tentang arti universal precaution, hal ini
dianggap pengetahuan petugas poli gigi terhadap universal precaution masih
2

kurang, padahal teknik perlindungan diri merupakan hal yang harus dilakukan. 9
Permasalahan diatas membuat peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul Gambaran Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi di
Poli Gigi Rumah Sakit Kota Manado untuk melihat bagaimana praktisi kesehatan
gigi di kota Manado memproteksi diri terhadap adanya resiko penularan penyakit
infeksi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran tindakan pencegahan penularan penyakit infeksi di poli
gigi rumah sakit Kota Manado?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui penerapan tindakan pencegahan penularan penyakit infeksi
di poli gigi rumah sakit Kota Manado.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prevalensi penggunaan perlindungan pribadi (Personal
Protection Equipment) di poli gigi rumah sakit Kota Manado yang
meliputi: pemakaian masker, sarung tangan, kacamata pelindung dan
pakaian pelindung (jas praktik).
b. Untuk mengetahui tindakan selama pemeriksaan dan selama prosedur
perawatan dalam hal penerapan pencegahan penularan infeksi.
c. Untuk mengetahui metode sterilisasi, asepsis dan desinfeksi yang
digunakan dokter gigi dan praktisi kesehatan gigi di Poli gigi rumah sakit
Kota Manado.
D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Manfaat teoritis
Penelitian menunjukkan gambaran tindakan pencegahan penularan infeksi di
tempat praktek dokter gigi.
2. Manfaat praktis
3

a. Bagi pemerintah
Sebagai data dasar untuk pemerintah setempat untuk mengoptimalkan
pelayanan pencegahan penularan infeksi di tempat praktek dokter gigi.
b. Bagi masyarakat
Sebagai informasi bagi masyarakat tentang potensi resiko penularan
infeksi di tempat praktek dokter gigi.
c. Bagi institusi pendidikan
Sebagai sumber informasi mengenai proteksi diri dokter gigi sebagai
pemutus rantai infeksi silang di tempat praktek dokter gigi dan diharapkan
dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sebagai bahan bacaan bagi
mahasiswa kedokteran gigi serta pengembangan penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan tema serupa.
d. Bagi peneliti
Memperoleh pengalaman melakukan suatu penelitian serta memiliki
kompetensi sebagai peneliti.

Anda mungkin juga menyukai