CRS Isk
CRS Isk
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Ny S
Umur
: 49 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
II.
: Sudah Menikah
Kondisi Rumah
yang dihuni oleh 4 orang yaitu pasien, suami, dan kedua anak pasien.
Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah. Pintu dan jendela
rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat.
Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM
Kondisi Lingkungan Keluarga : baik
III.
IV.
V.
VI.
VII.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran
: Baik
: Composmentis
: 110/80 mmHg
Nadi
Suhu
: Febris
Respirasi
: 20x/menit, reguler
Kepala
Bentuk
: Simetris, normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/BJ I dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
VIII. Laboratorium
Darah rutin, DDR, dan urinalisis
IX.
Diagnosa Kerja
Infeksi Saluran Kemih
X.
Diagnosa Banding
a. Malaria
b. Demam dengue
c. Demam tifoid
XI.
Manajemen
a. Preventif
b. Promotif
-
c. Kuratif
1. Non farmakologi
-
Kompres hangat
2. Farmakologi
-
Antasid tab 3 x 1
Vit B 6 3 x 1
3. Tradisional :
Bahan yang digunakan : buah jeruk nipis, air panas secukupnya, gula
pasir secukupnya
Cara pembuatan : potong dan peras jeruk nipis, campurkan air perasan
jeruk nipis ke dalam satu gelas air panas dan tambahkan sedikit gula
4. Rehabilitasi
-
Banyak minum
Penulisan Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Talang Bakung
Dokter
: Wahyuni Utami
SIP
: GIA213033
Tanggal:
R/ Ciprofloxacin 500 mg Tab
Juni 2015
No. VI
S 2 d d 1 tab
R/ Paracetamol 500 mg Tab
No. X
S 3 d d 1 tab
R/ antasid tab
No X
S 3 dd tab I
R/ vit B 6 tab
No X
S3 dd tab 1
Pro
: Ny. S
Umur
: 49 tahun
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan
uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh.
Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika
urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.1,2
Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembang
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.3,4
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di
tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda
yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun. Insiden ISK
pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada
laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%).5
2.4 Etiologi
Kuman penyebab infeksi saluran kemih yang tersering adalah E. Coli
yaitu sekitar 80% 90% kasus kasus ISK dan kuman patogen lainnya meliputi
Klebsiella-Enterobacter spp., Proteus spp., Enterococcus faecalis, dan stafilokokus
koagulase-negatif. Pada infeksi saluran kemih kronis sering kali berkaitan dengan
Pseudomonas spp., Proteus spp., enterokokus atau Candida spp.6,7
2.5 Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimptomatik menjadi bakteriuri simtomatik
dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien
sendiri (host).3
Faktor Predisposisi Pencetus ISK.
Tiap individu memiliki kerentanan yang berbeda beda terhadap ISK. Hal
ini dapat diterangkan oleh adanya faktor-faktor hospes, seperti produksi antibodi
uretra dan servikal (IgA), dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan
bakteri pada epitel introitus dan uretra. Tomm- Horsfall glikoprotein dan IgA
sekretori mencegah perlekatan bakteri pada uroepitel. Pada anak dengan ISK
berulang kadar IgA sekretori lebih sedikit dibandingkan dengan anak normal. Hal
ini menunjukkan adanya defek respon imun terhadap infeksi.3,6
Imunosupresi,
diabetes,
obstruksi
saluran
kemih,
dan
penyakit
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
2.6 Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu
steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious GramPositive dan gram negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra kanan ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien
tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah
refluks vesikoureter.3
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di
klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus
aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokokus aureus)
dikenal Nephritis Lohlein.3,5
2.7
Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
(PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi
pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik.8
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer
oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa
ditemukan kelainan radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis
kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada lakilaki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat.8
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer)
dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan
infeksi bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan
selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria
disebut PNK fase inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita
mungkin berasal dari pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan
penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang
sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi
diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai
kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai
hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK,
nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam
patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan
pembentukan jaringan ikat parenkim.3
disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe
sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh
(recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated
type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya.8
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulangulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau
penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan
ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari
faktor predisposisi.8
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena
tidak
dapat
diisolasi
mikroorganisme
penyebabnya.
Penelitian
terkini
Disuria
Polakisuria
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Prostatismus
Inkontinesia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Sistemik
Hematuria
Piuria
Chylusuria
Pneumaturia
Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5C40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang.1 Pada pemeriksaan fisik
11
diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia.
Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi
oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia
lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi
abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini
menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe
sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat
ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan
muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obstruksi, refluks
vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok,
kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis
respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik.8
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari
keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada
pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).8
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik
seperti polikisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang
dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan,
kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48
jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki,
prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder.3,8
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin
ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari
hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.8
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan
sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing.3
12
dan
pemeriksaan
mikroskopik
urin.
Urin
normal
mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan
pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting
organism).
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100
x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit.
Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria
>105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 6085% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >10 5).
Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya
40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per
ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah
untuk prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100%
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20
leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang
tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara
langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas
sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau
mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan
hasil positif palsu sebesar 10%.7
2. Uji Biokimia8
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi
nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia
ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik
dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.
13
14
b.
2.12
Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
15
BAB III
ANALISIS KASUS
16
17
DAFTAR PUSTAKA
18
1.
2. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2005
3. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: FKUI. 2007:1008-1014.
4. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi Bakteri
penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo Dan R.S.
Metropolitan Medical Center Jakarta 2001-2003 dalam Naskah lengkap the
4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, pp 51-63, Pernefri 2004,
Jakarta
5. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Kapita selekta kedokteran edisi ke 3
jilid 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani, WI, Setiowulan, W (editor). 2005.
Jakarta: Media Aesculapius
6. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Panduan pelayanan medis
departemen ilmu kesehatan anak. Sastroasmoro S, et al. 2007. Jakarta: RSUP
Nasional DR. Cipto Mangunkusumo
7. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis,
Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of
Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division.
2005:724
8. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
19
20