Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 STATUS PASIEN


I.

Identitas Pasien
Nama

: Ny S

Umur

: 49 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Rt. 35 Talang Bakung

II.

Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


Status Perkawinan

: Sudah Menikah

Status Ekonomi Keluarga

: Cukup, pasien seorang pedagang

Kondisi Rumah

: Rumah pasien merupakan rumah permanen

yang dihuni oleh 4 orang yaitu pasien, suami, dan kedua anak pasien.
Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan rumah. Pintu dan jendela
rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat.
Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM
Kondisi Lingkungan Keluarga : baik
III.

Aspek Psikologis Keluarga


Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Hubungan
dengan anggota keluarga baik.

IV.

Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga :


-

Pasien tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes mellitus (-)

V.

Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari


yang lalu.

VI.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu. Demam yang
dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul, demam dirasa berkurang dengan
minum obat penurun demam, demam juga disertai dengan menggigil.
Keluhan juga disertai dengan mual (+) muntah (-). Pasien juga mengeluh
sakit kepala (+), nyeri pada perut bagian bawah sampai ke pinggang (+),
nyeri ulu hati (+). Nafsu makan . Dua hari ini, berkemih disertai dengan
darah (-). berkemih pada malam hari (+). Nyeri saat berkemih (-), kencing
berpasir (-).
Demam tidak disertai dengan timbulnya bintik kemerahan pada kulit,
berkeringat (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), muntah darah (-), BAB
darah (-), nyeri tenggorokan (-), sakit menelan (-), batuk (-), gatal,
bengkak dan kemerahan pada kemaluan (-).

VII.

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum
Kesadaran

: Baik
: Composmentis

2. Pengukuran Tanda Vital :


TD

: 110/80 mmHg

Nadi

: 88x per menit, reguler, isi cukup

Suhu

: Febris

Respirasi

: 20x/menit, reguler

Kepala

Bentuk

: Simetris, normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Telinga

: Dalam Batas Normal

Hidung

: Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-

Mulut

: Dalam Batas Normal

Thoraks
Inspeksi

: Simetris, retraksi (-)

Palpasi

: Krepitasi (-), stem fremitus sama ka/ki

Perkusi

: Sonor

Auskultasi

: Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/BJ I dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)

Abdomen
Inspeksi

: Datar, venektasi (-)

Palpasi

: soepel, nyeri tekan suprapubik (+)


Hepar lien tidak teraba

Perkusi

: Timpani (+), nyeri ketok CVA (+)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas

: Akral hangat +/+, edema -/-

VIII. Laboratorium
Darah rutin, DDR, dan urinalisis
IX.

Diagnosa Kerja
Infeksi Saluran Kemih

X.

Diagnosa Banding
a. Malaria
b. Demam dengue
c. Demam tifoid

XI.

Manajemen
a. Preventif

Menjaga kebersihan sekitar organ intim.

Gunakan pakaian dalam yang bersih dan menyerap keringat agar


tidak lembab.

BAK setelah berhubungan intim.


3

Jangan menahan BAK.

Banyak minum air putih (2 liter per hari)

b. Promotif
-

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Menjaga kebersihan pakaian.

Konsumsi air putih yang cukup.

c. Kuratif
1. Non farmakologi
-

Banyak minum 2 liter per hari

Kompres hangat

2. Farmakologi
-

Ciprofloxacin tab 2x500 mg per oral

Paracetamol tab 3x500 mg per oral

Antasid tab 3 x 1

Vit B 6 3 x 1

3. Tradisional :
Bahan yang digunakan : buah jeruk nipis, air panas secukupnya, gula
pasir secukupnya
Cara pembuatan : potong dan peras jeruk nipis, campurkan air perasan
jeruk nipis ke dalam satu gelas air panas dan tambahkan sedikit gula
4. Rehabilitasi
-

Minum obat secara teratur

Banyak minum

Makan makanan yang bergizi

Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

Melakukan pemeriksaan radiologi jika terjadi infeksi berulang

Penulisan Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Talang Bakung
Dokter

: Wahyuni Utami

SIP

: GIA213033

Tanggal:
R/ Ciprofloxacin 500 mg Tab

Juni 2015

No. VI

S 2 d d 1 tab
R/ Paracetamol 500 mg Tab

No. X

S 3 d d 1 tab
R/ antasid tab

No X

S 3 dd tab I
R/ vit B 6 tab

No X

S3 dd tab 1

Pro

: Ny. S

Umur

: 49 tahun

BAB II
5

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan
uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh.
Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika
urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.1,2

Gambar 1. Struktur saluran kemih manusia


Sumber: www.kidney.org
2.2

Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan klinis akibat berkembang

biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada saluran kemih.3


2.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang
mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung

terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang
dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi.3,4
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di
tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda
yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun. Insiden ISK
pada laki-laki yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada
laki-laki yang sudah disirkumsisi (0,11%).5
2.4 Etiologi
Kuman penyebab infeksi saluran kemih yang tersering adalah E. Coli
yaitu sekitar 80% 90% kasus kasus ISK dan kuman patogen lainnya meliputi
Klebsiella-Enterobacter spp., Proteus spp., Enterococcus faecalis, dan stafilokokus
koagulase-negatif. Pada infeksi saluran kemih kronis sering kali berkaitan dengan
Pseudomonas spp., Proteus spp., enterokokus atau Candida spp.6,7
2.5 Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimptomatik menjadi bakteriuri simtomatik
dengan presentasi klinis ISK tergantung dari patogenitas bakteri dan status pasien
sendiri (host).3
Faktor Predisposisi Pencetus ISK.
Tiap individu memiliki kerentanan yang berbeda beda terhadap ISK. Hal
ini dapat diterangkan oleh adanya faktor-faktor hospes, seperti produksi antibodi
uretra dan servikal (IgA), dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan
bakteri pada epitel introitus dan uretra. Tomm- Horsfall glikoprotein dan IgA
sekretori mencegah perlekatan bakteri pada uroepitel. Pada anak dengan ISK
berulang kadar IgA sekretori lebih sedikit dibandingkan dengan anak normal. Hal
ini menunjukkan adanya defek respon imun terhadap infeksi.3,6

Imunosupresi,

diabetes,

obstruksi

saluran

kemih,

dan

penyakit

granulomatosa kronis adalah faktor lain yang dapat meningkatkan kerentanan


terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih, beratnya
infeksi dapat menggambarkan virulensi bakteri.3
Refluks vesiko ureter (RVU) merupakan faktor penjamu utama untuk
terjadinya pielonefritis. RVU ditemukan pada 25-50% ( rata-rata) penderita ISK.
Pada pasien dengan ISK yang disertai RVU, 80% menunjukkan gambaran parut
ginjal pielonefritik. Obstruksi dan beberapa kelainan uronefrotapi kongenital juga
merupakan faktor predisposisi terjadinya ISK. Obstruksi paling sering terjadi pada
hubungan pelvio ureter, vesiko ureter dan uretra posterior. Demikian pula kelainan
fungsional saluran kemih seperti buli-buli neurogenik dan non neurogenerik dapat
menimbulkan retensio urin atau inkontinesia yang dapat menimbulkan ISK.3,6
Faktor Virulensi Bakteri
Bakteri virulen berarti mempunyai kemampuan untuk menimbulkan
infeksi. Bakteri uropatogen adalah strain bakteri yang mempunyai faktor virulensi
spesifik untuk menimbulkan kolonisasi pada uroepitel. Tahap awal timbulnya
infeksi adalah terjadi perlekatan bakteri pada sel epitel. Tahap berikutnya baru
terjadi penetrasi bakteri ke jaringan, proses inflamasi dan kerusakan sel. E.Coli
mempunyai daya melekat pada uroepitel karena adanya zat adhesion di membran
luar bakteri,pada rambut-rambut spesifik yang disebut fimbrie. E. Coli
pieloenefritogenik mempunyai fimbrie yang dapat mengaglutinasi eritrosit
golongan darah P1, oleh kerena ISK disebut P-fimbrie.3,8
Ada 2 tipe fimbrie yaitu tipe I dan II. I ditemukan pada hampir semua
E.Coli. karena perlekatan tipe I pada sel dapat dihambat oleh D Mannosa,
disebut mannose sensitif. Perlekatan tipe II tidak dapat dihambat oleh D
Mannosa karena ISK disebut Mannosa resisten. P- fimbrie termasuk tipe II dan
hanya ditemukan pada strain E.Coli tertentu.3
Tabel 1. Faktor predisposisi (pencetus) ISK
8

Faktor predisposisi (pencetus) ISK

Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi

2.6 Patofisiologi
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu
steril karena dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious GramPositive dan gram negatif. Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme
asending dari uretra kanan ke dalam kandung kemih. Pada beberapa pasien
tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini dipermudah
refluks vesikoureter.3
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan di
klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriemia. Ginjal diduga merupakan lokasi
infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus
aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokokus aureus)
dikenal Nephritis Lohlein.3,5
2.7

Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:

Infeksi Saluran Kemih Atas


Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis.
Pielonefritis terbagi menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik

(PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi
pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik.8
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer
oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa
ditemukan kelainan radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis
kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada lakilaki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat.8
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer)
dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan
infeksi bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan
selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria
disebut PNK fase inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita
mungkin berasal dari pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan
penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang
sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi
diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai
kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai
hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK,
nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam
patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan
pembentukan jaringan ikat parenkim.3

Infeksi Saluran Kemih Bawah


Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis,
uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada
perempuan biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada lakilaki berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis.1
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah
radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya
mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat
10

disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe
sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh
(recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated
type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya.8
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulangulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau
penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan
ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari
faktor predisposisi.8
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena
tidak

dapat

diisolasi

mikroorganisme

penyebabnya.

Penelitian

terkini

menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh MO anaerobik.3,8


2.8 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala
lokal, sistemik dan perubahan urinalisis.3,6
Tabel 2. Simtomatologi ISK
Lokal

Disuria
Polakisuria
Stranguria
Tenesmus
Nokturia
Enuresis nocturnal
Prostatismus
Inkontinesia
Nyeri uretra
Nyeri kandung kemih
Nyeri kolik
Nyeri ginjal

Sistemik

Panas badan sampai


menggigil
Septicemia dan syok
Perubahan urinalisis

Hematuria
Piuria
Chylusuria
Pneumaturia

Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5C40,5C), disertai menggigil dan sakit pinggang.1 Pada pemeriksaan fisik
11

diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia.
Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi
oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia
lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi
abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini
menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe
sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat
ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan
muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obstruksi, refluks
vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok,
kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis
respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik.8
Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari
keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada
pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria
asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK).8
Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik
seperti polikisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang
dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan,
kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48
jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki,
prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat
menyebabkan sistitis sekunder.3,8
Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena
rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin
ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari
hidronefrosis dan distensi vesika urinaria.8
Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan
sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing.3
12

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Analisis urin rutin8
Pemeriksaan analisa urin rutin terdiri dari pH urin, proteinuria
(albuminuria),

dan

pemeriksaan

mikroskopik

urin.

Urin

normal

mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar dan
pH >8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang
berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting
organism).
Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100
x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit.
Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria
>105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 6085% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >10 5).
Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya
40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per
ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah
untuk prediksi ISK.
Tes dipstick pada piuria untuk deteksi sel darah putih. Sensitivitas 100%
untuk >50 leukosit per HPF, 90% untuk 21-50 leukosit, 60% untuk 12-20
leukosit, 44 % untuk 6-12 leukosit. Selain itu pada pemeriksaan urin yang
tidak disentrifuge dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara
langsung untuk melihat bakteri gram negatif dan gram positif. Sensitivitas
sebesar 85 % dan spesifisitas sebesar 60 % untuk 1 PMN atau
mikroorganisme per HPF. Namun pemeriksaan ini juga dapat mendapatkan
hasil positif palsu sebesar 10%.7
2. Uji Biokimia8
Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi
nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia
ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik
dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria.
13

3. Renal Imaging Procedures


Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor
predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen,
pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning.
Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara
lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria,
hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas
spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.3,4
2.10 Penatalaksanaan
a. Infeksi saluran kemih atas (ISKA)
Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat
inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48
jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan
hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan
terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor
predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes
mellitus dan usia lanjut. The Infectious Disease Society of America menganjurkan
satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72
jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida
dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida.3,8

b. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)

14

Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan,


pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk
alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari.3,8
Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin,
ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid
cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan
nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui
hasil bakteriogram.4
2.11 Komplikasi
Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana
(uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).3,7
a.

ISK sederhana (uncomplicated)


ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan
hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease)
dan tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama.

b.

ISK tipe berkomplikasi (complicated)


ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan
pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS)
merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi
glomerulus (LFG).

2.12

Prognosis
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan

penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika


yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau
sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna,
kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila
terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi.3,5

15

BAB III
ANALISIS KASUS

16

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Rumah pasien merupakan rumah permanen yang dihuni oleh 4 orang yaitu
pasien, suami dan kedua anaknya. Rumah pasien disertai ventilasi di bagian depan
rumah. Pintu dan jendela rumah lebih sering tertutup. Lingkungan sekitar rumah
tidak begitu padat. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM
sumber listrik dari PLN, kamar mandi 1 buah dan menggunakan jamban leher
angsa, sampah dibuang ke tempat sampah yang terletak di depan rumah.
Tidak ada hubungan antara keadaan rumah pasien dengan penyakit yang
diderita pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga
Penyakit ini tidak ada hubungan dengan keadaan keluarga. Tidak ada
hubungan antara keadaan keluarga dengan penyakit yang diderita pasien karena
etiologi dari penyakit infeksi saluran kemih adalah kebiasaan higienis yang
kurang. Tidak disebabkan oleh keadaan psikososial di dalam keluarga.
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Penyakit ini mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan dan
lingkungan sekitar seperti perilaku tidak membersihkan organ urogenital dengan
baik saat setelah bak atau bab serta tidak menggunakan air yang bersih dan
mengalir. Selain itu, perilaku sedikit minum air putih juga dapat mempengaruhi
penyakit ini. Pasien mengaku sedikit minum terutama saat bekerja. Pasien sering
menahan BAK. Pada pasien ini dapat disimpulkan terdapat hubungan antara
perilaku pasien dengan penyakit yang diderita.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Pada pasien ini berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai
faktor yang dapat menyebabkan / faktor resiko terjadinya penyakit ini didapatkan

17

kesimpulan kemungkinan penyakit yang diderita pasien karena perilaku kesehatan


yaitu pasien tidak membersihkan organ urogenitalia dengan benar dan pasien juga
sedikit minum air putih. Pasien sering menahan BAK terutama saat sedang
bekerja. Kebiasaan yang dilakukan terus menerus ini memungkinkan resiko
terjadinya infeksi saluran kemih cukup tinggi pada pasien ini.
e. Analisis untuk mengurangi paparan
Untuk mengurangi paparan terjadinya penyakit serta infeksi berulang
pasien diberi edukasi untuk menjaga kebersihan urogenitalia dengan benar dengan
menggunakan air yang bersih dan mengalir setiap kali BAK dan BAB. Banyak
minum minimal 2 liter per hari (8 gelas). Jangan menahan BAK jika ingin BAK.
Buang air kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari
saluran kencing. Makan makanan bergizi tinggi agar daya tahan tubuh baik. Jika
penyakit berulang pasien dianjurkan untuk segera mendatangi pusat kesehatan
terdekat dan melakukan pemeriksaan penunjang radiologi untuk mengetahui
penyebab berulangnya penyakit pasien.

DAFTAR PUSTAKA

18

1.

Snell. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke-enam.


Jakarta : EGC ; 2004

2. Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC. 2005
3. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: FKUI. 2007:1008-1014.
4. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi Bakteri
penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo Dan R.S.
Metropolitan Medical Center Jakarta 2001-2003 dalam Naskah lengkap the
4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, pp 51-63, Pernefri 2004,
Jakarta
5. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Kapita selekta kedokteran edisi ke 3
jilid 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani, WI, Setiowulan, W (editor). 2005.
Jakarta: Media Aesculapius
6. Anonim. Infeksi Saluran Kemih. Dalam: Panduan pelayanan medis
departemen ilmu kesehatan anak. Sastroasmoro S, et al. 2007. Jakarta: RSUP
Nasional DR. Cipto Mangunkusumo
7. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis,
Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of
Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division.
2005:724
8. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In
Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII)
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72

LAMPIRAN HOME VISITE

19

20

Anda mungkin juga menyukai