BAB 3 Organisasi
BAB 3 Organisasi
PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam satu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan
yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Pengorganisasian adalah
pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan
suatu kelompok manager dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya,
baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi (Swansburg, 2000).
a. Struktur organisasi rumah sakit
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura berada dibawah naungan Rektorat Untan
dan dipimpin oleh satu orang dokter sebagai Direktur Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura. Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
digambarkan dalam bagan 1 berikut ini:
Direktur
Komite Medik
Komite
Keperawatan
Bidang
Medik
Komite PPI
KEPALA
TU
Komite Etik
dan Hukum
Bid
Kepegawai
an
Bid
Keuangan
Bidang
Keperawatan
Bid Penunjang
dan Perlengkapan
Analisa: Tidak terdapat masalah dalam struktur organisasi rumah sakit universitas tanjungpura.
SMF
b)
c)
d)
Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat
e)
f)
g)
Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua
tim
h)
i)
j)
yang terpasang didinding ruangan nurse station dan beserta nama perawat
tersebut, tetapi nama tersebut tidak pernah diperbarui sejak pertama dibuat karena
ada tambahan perawat yang bekerja diruang inap. Diruangan rawat inap di di
pimpin oleh kepala ruangan dan dalam pengawasan bidang keperawatan. Struktur
Organisasi ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Tanjungpura digambarkan
dalam bagan 2 berikut ini:
KEPALA RUANGAN
PENGAWAS
KEPERAWATAN
PERAWAT
PELAKSANA
PERAWAT
PELAKSANA
PERAWAT
PELAKSANA
KATIM
KATIM
KATIM
DINAS PAGI
DINAS SORE
DINAS MALAM
ANGGOTA
ANGGOTA
ANGGOTA
setiap hari.
Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
ruangan.
Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di
dengan CCM).
- Membuat peta risiko di ruang rawat
b) Clinical Care Manager (CCM)
Pada ruangan rawat dengan MPKP pemula, clinical care manager (CCM) adalah
SKp/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang ners
special. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners specials lebih dari satu orang tetapi
disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas sesuai
jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari pengalaman
sebagai PP minimal 6 bulan.
Tugas dan tanggung jawab CCM :
- Membimbing PP pada implementasi MPKP, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan yang sudah
ditetapkan PP. CCM menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi,
bila perlu CCM melakukan pemeriksaan langsung kepada klien atau
bimbingan yang diberikan PP kepada PA, apakah sudah baik atau belum.
Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian.
Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.
Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal : melakukan evaluasi tentang
mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi
mahasiswa praktik, serta membahas dan mengevaluasi tentang implementasi
MPKP.
Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan
untuk perbaikan
Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian
keperawatan.
Melakukan bimbingan dan evaluasi dalam melakukan tindakan keperawatan
dengan PA.
Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak
diselesaikan.
Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan
dan tindakan.
Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga
dan
Efisien
Tidak efektif
Fragmentasi pelayanan
Membosankan
Komunikasi minimal
Tidak holistic
Tidak professional
2) Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk
semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah
dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
3) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien
masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PN). Setiap
PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan
yang bersifat komperhensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup
PN mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah :
Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria:
Asertif,
Penguasaan klinik,
Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar 3 berikut (Marquis and
Huston, 1998)
4) Metode case management
Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan, mempertahankan kualitas,
cost containment sambil menfokuskan pada outcome pelayanan. Merupakan
metode yang menggunakan pola terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara
perawat dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang telah
disusun dan disepakati oleh semua anggota tim pelayanan dalam rumah sakit.
Elemen dari nursing case management methode adalah nurse case manager
(NCM) dan clinical path atau multidisciplinary action plan (MAP). Syarat NCM
adalah perawat yang berpendidikan S1 atau nurse clinical spesialist atau master
keperawatan dengan pengalaman klinis minimal 3 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015 menyatakan bahwa salah satu
perawat didapatkan informasi bahwa dalam melakukan pengorganisasi perawatan
pasien di ruang rawat inap menggunakan metode tim dimana dibagi menjadi 2 tim.
Dalam tiap timnya memiliki ketua tim dan angota tim dan tiap tim memiliki tanggung
jawab pada pasiennya masing masing. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah
tanggung jawab timny begitu juga dengan anggota tim melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim.
Kendala dalam mengelola organisasi perawatan pasien adalah jumlah perawat yang
minim, jadi jika pasien banyak dan tidak terkontorl tim 1 dapat membantu tim 2
begitu sebaliknya.
Pagi
0,17
0,34
0,51
Klasifikasi klien
Minimal
Parsial
Siang Malam Pagi Siang Malam
0,14 0,07
0,27 0,15 0,10
0,28 0,14
0,54 0,30 0,20
0,42 0,21
0,81 0,45 0,30
Pagi
0,36
0,72
1,08
Total
Siang
0,30
0,60
0,90
Malam
0,20
0,40
0,60
Contoh:
Suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien klasifikasi minimal, 14 klien klasifikasi
parsial, dan 5 klien klasifikasi total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga
pagi ialah:
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80
Jumlah
= 6,09 6 orang
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului
dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu
tertentu, minimal selama 7 hari secara berturut-turut.
Cara lain untuk menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan jika dihitung
jumlah klien selama 22 hari (+4 minggu) di ruang rawat tersebut. Penetapan waktu
tersebut diharapkan sudah dapat mencerminkan variasi perubahan jumlah klien di
ruang rawat. Setelah itu, dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore,
dan malam.
Berdasarkan observasi jumlah klien selama 22 hari, maka:
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari:
= 7,11 + 5,28 + 3,35
= 15,74 16 orang
Libur/cuti 5 orang
= 16 + 5
= 21 orang + 1 orang kepala ruang rawat + 3 orang PP
= 25 orang
Dengan demikian di ruang rawat inap dibutuhkan 25 orang perawat. Jumlah
PP/tim di suatu ruang ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang PP
bertanggungjawab pada 9-10 klien, dengan viariasi klasifikasi klien. Jumlah ini
ditetapkan berdasarkan evaluasi tentang kemampuan seorang PP untuk mengkaji
kembali semua klien setiap hari, dalam rangka memodifikasi renpra dan membimbing
PA di bawah tanggungjawabnya untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
renpra. Untuk suatu ruang dengan jumlah klien rata-rata 26-30 klien, maka
dibutuhkan 3 orang PP (3 tim).
Pelaksanaan kerja dalam tim membutuhkan pengaturan kerja antara PP dan
PA. Pada umumnya PP bekerja dinas pagi, namun kadang-kadang bekerja pada dinas
sore atau malam. Namun, mengingat pentingnya PP mengadakan konferensi atau
pertemuan dengan anggota tim kesehatan lainnya terutama dokter (di rumah sakit
pendidikan) dan cara kerja ini relative masih baru, maka pada saat itu PP banyak yang
bertugas dinas pagi. Untuk di rumah sakit swasta, waktu kerja PP disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015
Pada ruang rawat inap dengan rata-rata tingkat ketergantungan parsial,
diperkirakan 1 perawat dapat menangani 4 pasien. Tidak menggunakan rumus
kebutuhan tenaga perawat.
Masalah :
7. Jadwal dinas/shift
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015
Penanggung jawab penugasan
Penangung jawab penugasan dilakukan oleh kepala ruangan yang mengatur
pembagian tim 1 dan tim 2 serta tanggung jawab mengenai sarana dan prasarana
medis
hak dan kewajiban pasien-keluarga pasien tidak ada secara tertulis. Akan tetapi
ada tata tertib secara tertulis yang ditempel di tiap-tiap pintu ruangan pasien dan
standing banner
untuk inform consent yang ada di rawat inap terdapat 4 jenis (penolakan tindakan,
persetujuan tindakan medis anastesi, surat pulang atas permintaan sendiri dan
persetujuan tindakan medis operatif) akan tetapi dalam menulis isian inform
consent masih ada yang tidak diisi secara lengkap seperti bukti diri KTP/SIM, no
rekam medis, tanda tangan saksi, nama tidak jelas dan tindakan medisnya
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
klien.
Pelaporan kasus diruang rawat inap, perawat melaporkan kasus pasien pada saat
aplusan dimana ketua tim melaporkan kasus di nurse station kemudian berkeliling
minimal ada keadaan umum, keluhan TTV, terapi klien dan kunjungan dokter
Di ruang perawat tidak ada tempat cuci tangan khusus kecuali di WC
Di ruang perawat sudah ada tempat sampah non medis, infeksius dan safety box.
Safety box tidak digunakan sebagaimana mestinya, dimana masih ada terdapat
Tempat instrument alat terlihat tidak rapid an tidak tersusun secara efisien
sehingga agak sulit mencari alat yang dibutuhkan dan juga golongan alat stril, non
steril dan alat untuk pasien infeksi diletakkan tidak tepat
Masalah :
10. Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menyatakan bahwa terkait masalah
ketenagaan, wewenang tersebut berasal keputusan rektoran untan. Maka dari itu, jika
ada tenaga baru/staff baru kepala ruangan termasuk perawat ruangan yang melakukan
orientasikan ruangan atau alat diruangan rawat. Sejauh ini kepala ruangan belum ada
merencanakan untuk melakukan program pengembangan staff.
Masalah :