Browse books
referat jadi
referat jadi
YELSA YULANDA
(0 Ratings)
by Yelsa Yulanda
24 pages
DOWNLOAD
ADD TO LIBRARY
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................
B. Rumusan masalah.............................................................................
C. Tujuan penulisan..............................................................................
BAB II PENGERTIAN
A. Defenisi DBD...................................................................................
B. Etiologi.............................................................................................
C. Penularan..........................................................................................
D.
Manifestasi Klinis............................................................................
E. Patofisiologi......................................................................................
12
F.
14
G. PrognosisPenyakit............................................................................
14
H.
Penatalaksanaan...............................................................................
15
I.
Pencegahan.......................................................................................
15
18
19
B. Tujuan ..............................................................................................
22
C. Sasaran.............................................................................................
22
A. Langkah-langkah..............................................................................
23
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................
29
B. Saran ................................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
31
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit demam berdarah dengue (dengue haemoragic fever) atau
lebih dikenal dengan penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk aedes
aegepty. Penyakit DBD masih merupakan masalah besar dalam kesehatan
masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Hal ini
disebabkan karena DBD adalah penyakit yang angka kesakitan dan
kematiannya masih tinggi.
Menurut Word Health Organization (1995)populasi di dunia
diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar terutama
yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan subtropis. Saat ini juga
diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang terjadi diseluruh dunia setiap
tahun.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya.
Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam
dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah
sakit, dan 90% penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15
tahun dan jumlah kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan
perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya.
Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara dan tertiggi nomor dua di dunia setelah Thailand.
Menurut Depkes RI (2009) pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di
Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02
per 100.000 penduduk, dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu
sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89% dengan IR sebesar 66,48 per
100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus
DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang
(Kompas, 2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486
kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011).
Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari Subdin P2&PL tahun 2003,
jumlah kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pada 26 kab./kota
dan
Jeneponto
per
100.000
penduduk
sedangkan
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di
atas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran epidemiologi penyakit DBD ?
2. Bagaimana gambaran pedoman surveilans epidemiologi penyakit DBD ?
C. Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit DBD ?
2. Untuk mengetahui pedoman surveilans epidemiologi penyakit DBD ?
BAB II
PENGERTIAN
A. Defenisi DBD
Penyakit
Demam Berdarah
Dengue
(DBD)
adalah
penyakit
B. Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah virus dengue yang sampai sekarang
dikenal ada 4 tipe (tipe 1, 2, 3dan 4), termasuk dalam group B Anthropod
Borne Virus (Arbovirus), keempat virus ini telah ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue tipe-3
merupakan serotype virus yang dominant yang menyebabkan kasus yang
berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue diperkirakan
7hari.6
C. Penularan
Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh
Aedes Albopictus yang hidup di kebun. Kedua jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempatdengan
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Orang yang
kemasukan virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya menderita sakit
demam dengue atau demam yang ringan dengan tanda/gejala yang tidak
spesipik atau bahkan tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali
(Asimtomatis). Penderita demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu 5 hari tanpa pengobatan. Tetapi apabila orang sebelumnya sudah
pernah kemasukan virus dengue, kemudian kemasukan virus dengue dengan
virus tipe lain maka orang tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah
dengue (Teori Infeksi Sekunder).6
Tanda
ini
dapat
muncul
pula
perdarahan
Hematemesis, melena.
Hematuria.
10
11
E. Patofisiologi
Patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit ialah:
12
terdapat
kerusakan
umum
sistem
vaskuler
akibat
13
trombosit di samping difisiensi ringan atau sedang dari faktor I, II, V, VII,
IX dan X dan faktor kapiler. Penyelidikan mendalam mengenai jumlah
trombosit Fibrina Degration Produc (FDP), morfologi eritrosit dan
penyelidikan post mortem membuktikan bahwa DIC mempunyai peranan
dalam terjadinya perdarahan penyakit DBD, tetapi bukan penyebab
utama.
Pada otopsi ditemukan perdarahan di lambung, usus halus,
subendokard, kulit, subkapsular hepar, paru, dan jaringan lunak. Di
samping itu didapatkan peningkatan daya fatogenesis dan proliferasi
sistem retikuloendotelial. Kelainan hepar secara patologi anatomi sesuai
dengan kelainan dari yellow Feber.
Penyelidikan terakhir membuktikan bahwa kompleks dan aktipasi
sitem komplemen memegang peranan penying dalam patogenesa penyakit
DBD/DSS. Kompleks imun telah ditemukan pada penderita antara hari
ke-5 dan ke-7 sakit, saat terserang renjatan terjadi. Produksi aktifitas
komplemen yaitu C3a dan C5a yang mempunyai sifat anafilatoksin
dianggap sebagai penyebab kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan
peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah.6
14
G. Prognose Penyakit
Prognose penyakit DBD sulit diramalkan. Pasien yang pada waktu
masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat
memburuk dan tidak tergolong. Sebaliknya pasien yang keadaan umumnya
sangat buruk dengan pengobatan yang adekuat dapat tergolong.6
H. Pengobatan
Pengobatan yang spesifik DBD belum ada. Dasar pengobatan
penderita penyakit DBD simptomatis adalah penggantian cairan tubuh yang
hilang karena kebocoran plasma.6
I. Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat
15
16
2.
Biologis
Pengendalian secara biologis adalah pengandalian perkambangan
nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau tumbuhan.
seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya
dengan bakteri Bt H-14.
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan cara pengandalian serta
pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan menggunakan bahan-bahan
kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan:
17
bubuk
abate
(temephos)
pada
tempat-tempat
penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling mudah namun efektif dalam mencegah penyakit
DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas yang sering kita
sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat penampungan
air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubanglubang pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik
nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakanplus
seperti memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida,
menggunakan kelambu saat tidur, memesang kasa, menyemprot dengan
insektisida, menggunakan repellent, memesang obat nyamuk, memeriksa
jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang sesuai dengan
kondisi setempat.
BAB III
TUJUAN UMUM
18
19
BAB IV
PEDOMAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
penyakit
tersebut
agar
dapat
dilakukan
tindakan
20
tourniquet
positif).
Trombositopenia
(jumlah
trombosit
21
22
B. Tujuan
Tujuan dari surveilans epidemiologi penyakit DBD di daerah non
endemik adalah Tersedianya data dan informasi epidemiologi penyakit DBD
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
peningkatan kewaspadaan, dimana surveilans epidemiologi di daerah non
endemik menjadi tindakan penanggulangan secara efektif dan efesien untuk
mengurangi peningkatan dan penularan penyakit DBD.9
23
C. Sasaran
Sasaran surveilans epidemiologi penyakit DBD adalah Sebagai berikut :
1. Individu
Pengamatan dilakukan pada individu yang terinfeksi dan
mempunyai potensi untuk menularkan penyakit DBD sampai individu
tersebut tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya.
2. Populasi lokal
Populasi lokal ialah kelompok penduduk yang terbatas pada orangorang dengan risiko terkena suatu penyakit (population at risk).
Pengamatan dilakukan pada individu yang kontak dengan penderita DBD,
pada pejamu yang rentan (misalnya bayi), dan terhadap kelompok
individu yang mempunyai peluang untuk kontak dengan penderita
(misalnya tenaga medis).
3. Populasi nasional
Populasi nasional ialah pengamatan yang dilakukan terhadap
semua penduduk secara nasional. Hal ini dilakukan setelah program
pemberantasan dilaksanakan.
4. Populasi internasional
Kegiatan ini berupa pengamatan terhadap penyakit yang dilakukan
oleh berbagai negara secara bersama-sama, yang ditujukan untuk
24
D. Langkah-langkah
Langkah-langkah surveilans epidemiologi penyakit demam berdarah
dengue (DBD) di daerah non endemik terdiri dari dua yaitu :
1. Identifikasi dini kasus
Deteksi dini kasus DBD yakni deteksi virus (antigen) secara dini
dengan metode antigen capture (NS1 atau nonstructural protein 1) untuk
mendeteksi adanya virus dalam tubuh. Deteksi virus bisa dilakukan
sehari sebelum penderita menderita demam, hingga virus hilang pada
hari ke 9. Setelah diketahui ada nya virus: penderita diberi antiviral yang
efektif membunuh virus DBD.
Identifikasi dini dilakukan oleh petugas surveilans atau kader
dengan mencari kasus DBD secara pro aktif disekitar penderita pertama
yang diketahui alamatnya, atau menggunakan petugas yang siaga, dengan
mendirikan Pos-pos DBD disetiap RW, atau Kelurahan.
Setiap kelurahan atau Puskesmas dilengkapi alat antigen capture
NS1 yang Rapid (yang hanya hitungan 20 menit sudah diketahui, dengan
25
ketepatan harus diatas 95%). Deteksi dini kasus pertama harus di lakukan
sedini mungkin.
Model ini terdiri dari unit pelayanan garis depan (front liners).
Mereka adalah Puskesmas dan atau dokter praktek umum/klinik yang
berpartisipasi yang diharapkan merupakan unit pelayanan yang dimintai
pertolongan pengobatan akan mencatat alamat penderita positif DBD.
Penderita yang berobat akan dicatat alamatnya, lalu dilaporkan ke
Puskesmas,
yang
kemudian
hendaknya
dilakukan
Penyelidikan
DBD.
Setiap
penderita
akan
memerlukan
dukungan
26
27
28
29
BAB V
30
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam
berdarah
dengue
merupakan
masalah
kesehatan
masyarakat sampai saat ini, hal ini disebabkan demam berdarah dengue
menyebar diseluruh dunia yang dapat menjangkiti semua golongan usia.
Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut kemungkinan
disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah
perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk
serta faktor epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian lebih
lanjut. Selain itu, faktor perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih
kurang dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) serta faktor
pertambahan jumlah penduduk dan faktor peningkatan mobilitas penduduk
yang
sejalan
dengan
semakin
membaiknya
sarana
transportasi
31
B. Saran
1. Perlunya digalakkan Gerakan 3 M plus, tidak hanya bila terjadi wabah
tetapi
harus
dijadikan
gerakan
nasional
melalui
pendekatan
masyarakat.
2. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna.
3. Pelaporan deteksi dini DBD dapat dilakukan segera mungkin untuk
menekan penyebaran dan penularan penyakit DBD.
4. Partisipasi antar sektor dan masyarakat sangat diperlukan untuk
optimalisasi penanganan dan pemberantasan penyakit DBD baik di
daerah endemik maupun daerah non endemik.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Fitriani,
Karina.
2010.
Surveilans
Penyakit
Demam
Berdarah.
http://karinav3any.blogspot.com
2. Indonesian
Public
Health.
2013.
Surveilans
Epidemiologi
DBD.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/02/surveilans-epidemiologi
-dbd.html
3. Ditjen PP & PL Kemkes RI. 2011. http://www.pppl.depkes.go.id/
4. Dr.dr.H.Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM. 2010. http://dinkessulsel.go.id/new/index.php?
option=com_content&task=view&id=808&Itemid=1
5. Depkes RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue
di Indonesia. www.depkes.go.id
6. Ratuti. 2012. Tugas Surveilans. http://mr-ratuti.blogspot.com/2012/04/tugassurveilans.html
7.
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm
8. http://perdetik.blogspot.com/2009/12/pengertian-endemik.html
9. 2013. Surveilans Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD).http://opynmananta.blogspot.com/2013/04/surveilans-epidemiologipenyakit-demam.html
33
10. 2010.
Surveilans
Epidemiologi.
http://zweetscorpioluv.blogspot.com/2010/06/surveilans-epidemiologi.html
11. Prof. Dr. Umar Fachmi Achmadi, MPH, PHD. Manajemen Demam Berdarah
Berbasis Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi Volume 2 tahun 2010
12. Humaniora. Cegah Demam Berdarah dengan Intervensi Proteksi Individual.
2013.http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/04/3/143638/Ce
gah-Deman-Berdarah-dengan-Intervensi-Proteksi-Individual
13. 2010. DBD di Indonesia tahun 1968-2009.Buletin Jendela Epidemiologi
Volume 2 tahun 2010
34
LAMPIRAN
35
Kasus : Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis berikut :
- Sakit kepala,
- nyeri belakang bola mata ,
- mialgia,
- artralgia,
- ruam,
- manifestasi perdarahan
- dan belum didiagnosa penyakit lain
Negatif RDT,
Hasil PE positif:
Hasil PE negative :
ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lain
Tidak ditemukan penderita DBD lain
atau 3 orang penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan atau tidak ditemukan 3 orang penderita panas tanpa sebab yang jelas,
atau 1 penderita panas RDT positif*
tidak ditemukan penderita panas dengan RDT positif
dan atau ditemukan jentik (>5%) pada minimal 20 rumah
radius 100meter
danatau
ditemukan
jentik (5%) pada minimal 20 rumah atau radius 100 meter
36
RUMAH SAKIT
Kasus : Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis berikut :
- Sakit kepala,
- nyeri belakang bola mata ,
- mialgia,
- artralgia,
- ruam,
Isi form laporan Lapor ke Dinas Kesehatan Setempat dengan tembu
- manifestasi perdarahan
- dan belum didiagnosa penyakit lain
PE ( Penyelidikan Epidemiologi)
Hasil PE positif:
Hasil PE negative :
ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lain
Tidak ditemukan penderita DBD lain
atau 3 orang penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan atau tidak ditemukan 3 orang penderita panas tanpa sebab yang jelas,
atau 1 penderita panas RDT positif*
tidak ditemukan penderita panas dengan RDT positif
dan atau ditemukan jentik (>5%) pada minimal 20 rumah
radius 100meter
danatau
ditemukan
jentik (5%) pada minimal 20 rumah atau radius 100 meter
37
38