Anda di halaman 1dari 9

Nama

: Rizky Firdaus

NIM

: 2613141092

Jurusan

: Teknik Metalurgi

Kelas

: TMe-C

ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY


Pengertian Atomic Absorption Spectrometry
Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk penentuan
unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atomatom bebas unsur tersebut.
Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak penentuan unsur-unsur
logam yang sebelumnya dilakukan dengan metoda polarografi, kemudian dengan metoda
spektrofotometri UV-VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda AAS.
Prinsip pengukuran dengan metode AAS adalah adanya absorpsi sinar UV atau Vis oleh
atom-atom logam dalam keadaan dasar yang terdapat dalam bagian pembentuk atom. Sinar UV
atau Vis yang diabsorpsi berasal dari emeisi cahaya logam yang terdapat pada sumber energi
HOLLOW CATHODE.
Sinar yang berasal dari HOLLOW CATHODE diserap oleh atom-atom logam yang
terdapat dalam nyala api, sehingga konfigurasi atom tersebut menjadi keadaan tereksitasi.
Apabila electron kembali ke keadaan dasar GROUND STATE maka akan mengemisikan
cahayanya. Besarnya intensitas cahaya yang diemisikan sebanding dengan konsentrasi sampel
(berupa atom) yang terdapat pada nyala api.
Ada lima komponen dasar alat SSA :
1)
SUMBER SINAR, biasanya dalam bentuk HOLLOW CATHODE yang mengemisikan
spectrum sinar yang akan diserap oleh atom.
2)

Nyala Api, merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel berupa atom-atom

3)

Monokromator, untuk mendispersikan sinar dengan panjang gelombang tertentu

4)

Detektor, untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal

5)

Readout, gambaran yang menunjukan pembacaan setelah diproses oleh alat elektronik

Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu sampel


berdasarkan Hukum Lambert-Beer, yaitu :

A= bC
Keterangan: A = absorbansi

= absorptivitas molar

b = lebar sampel yang dilalui sinar

C = Konsentrasi zat

Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai absorbansi berbanding
lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan penelitian, kelinieran hokum Lamber-Beer
umumnya hanya terbatas pada nilai absorban 0,2 sampai dengan 0,8.
Hukum Lambert Beer dapat diterapkan pada metode standar biasa dan metode standar
adisi.
STANDAR BIASA
1.
Pengukuran
sampel
dan
standar
dilakukan secara terpisah
2.
Pada kurva kalibrasinya hanya ada slop
3.
Cara penentuan konsentrasi
langsung diplotkan ke kurva kalibrasi

STANDAR ADISI
1.Pengukuran sampel dan standar dilakukan
secara bersamaan
2.Pada kurva kalibrasinya selain ada slop ada
juga intersep
sampel 3.Cara penentuan konsentrasi sampel diplotkan
ke kurva kalibrasi secara tidak langsung

Jenis-Jenis SSA
Berbagai teknik yang mencakup spektrometri atom, antara lain Flame atomic absorption
spectroscopy (FAAS), graphite furnace atomic absorption spectroscopy (GFAAS), inductively
coupled plasma-atomic emission spectroscopy (ICP- AES) dan inductively coupled plasmamass
spectrometry (ICP-MS) telah digunakan selama bertahun-tahun untuk analisis logam dan
metaloid dalam berbagai jenis sampel, termasuk komponen farmasetik. Baik tehnik FAAS dan
GFAAS, yang didasarkan berdasarkan hukum Lambert-Beer, telah digunakan lebih lama untuk
analisis logam dan/atau metalod dalam obat-obatan dibandingkan ICP-AES atau ICP-MS. FAAS
kurang sensitif dibandingkan GFAAS, dengan FAAS umumnya memiliki kepekaan bagian per
juta (ppm, w/w), dan GFAAS mampu bagian per miliar (ppb, w/w). Baik FAAS dan GFAAS
memerlukan penggunaan hollow katoda (HCL) atau electrodeless discharge lamp (EDL) untuk
setiap analit yang bersangkutan (Lewen, 2011).
Dalam FAAS, sampel cair dialirkan ke dalam nyala melalui nebulizer. Dalam nebulizer,
sampel diubah menjadi kabut, dan tetesan kabut yang mudah terbakar dalam api, yang berperan
sebagai sel sampel. Nyala menyediakan sumber atom atau molekul netral atau untuk menyerap
energi, dan bertindak untuk mendesolvasi dan atomisasi sampel. Nyala api yang paling umum
digunakan adalah udara/asetilen api, yang membakar dalam kisaran suhu 2120-2400C,
sementara api nitrous oxide, yang dapat membantu untuk menghancurkan oksida yang bisa
terbentuk, membakar dalam kisaran suhu 260-28000C. Sebagai sumber cahaya digunakan hollow
katoda (HCL) atau electrodeless discharge lamp (EDL), yang memancarkan garis spektrum yang
sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk memperoleh transisi elektronik dari keadaan dasar

ke keadaan tereksitasi dalam sampel. Penyerapan radiasi dari sumber cahaya eksternal sebanding
dengan populasi spesies / konsentrasi analit yang disemprotkan ke nyala (Lewen, 2011).
Volpe et al (2012) mengaplikasikan tehnik Flame atomic absorption spectroscopy
(FAAS) dan dalam evaluasi kandungan timbal pada eyeshadow dari Cina, Italia, dan Amerika
Serikat. Nikel merupakan penyebab dermatitis, produk kosmetik harus mengandung nikel kurang
dari 5mg/g dan sebaiknya berada dibawah 1mg/g-1 untuk meminimalkan risiko reaksi alergi atau
eczema kelopak mata.
Pada analisis tersebut digunakan bahan bakar: udara, 13,50L/menit; asetilena,
2,00L/menit yang digunakan. Absorbansi dibaca pada 217 nm. Kurva kalibrasi diperoleh dengan
menggunakan tiga larutan standar dengan konsentrasi berbeda, yang diperoleh dari larutan
standar Pb(NO3)2 diencerkan dalam HNO3 1% yang juga digunakan untuk melarutkan sampel.
Produk yang dianalisis selain sampel dari China memiliki konsentrasi nikel di bawah batas
tersebut.
Dalam GFAAS, sampel (biasanya cairan) dimasukkan melalui celah kecil ke dalam
tabung grafit yang dipanaskan, yang dikenal sebagai mini-Massmann furnace. Di dalam tungku,
yang berfungsi sebagai sel sampel, atom atau molekul netral tereksitasi dari keadaan dasar ketika
tabung dipanaskan. Sampel dapat disimpan secara langsung ke dinding tungku grafit, atau ke
platform grafit kecil, yang dikenal sebagai Lvov platform, yang berada dalam tungku grafit
(Lewen, 2011).
Serangkaian langkah-langkah pemanasan dijalankan, dengan langkah-langkah utama
termasuk pengeringan, charring atau ashing, atomisasi dan clean-out. Langkah pemanasan lain
dapat digunakan, tergantung pada sifat sampel. Pada tahap atomisasi, tungku dipanaskan dengan
cepat sampai suhu tinggi (biasanya sampai berpijar), biasanya di kisaran 2500-27000C.
Penyerapan signal yang dipancarkan oleh sampel di dalam tabung terjadi pada analit yang
teratomisasi dan kemudian diukur (Lewen, 2011).
Contado & Antonella (2012) menggunakan tehnik Graphite furnace atomic absorption
spectroscopy (GFAAS) untuk mengevaluasi kandungan logam dalam serbuk eyeshadow. Unsur
logam yang dianalisis antara lain Cr, Co and Ni. Sampel yang dianalisis adalah 9 produk
ayeshadow padat yang harganya sangat murah yang dijual di italia. Produk tersebut ditujukan
untuk anak-anak dan orang dewasa. Pada analisis terssebut diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada
sampel yang mengandung kadar Nikel, Kobalt dan Kromium diatas 1 ppm atau 5 ppm, yang
merupakan batasan kadar logam-logam tersebut untuk tidak menimbulkan reaksi alergi kulit.

Prosedur Kerja Peralatan AAS


1. Preparasi Sampel
Persiapan sampel
Analisis dengan AAS dapat dilakukan terhadap sampel-sampel yang berupa padatan, cairan
dan gas.

Sebelum melakukan pengukuran, diperlukan terhadap larutan sampel maupun larutan standar,
disebut : Penyiapan/Preparasi sampel, misalnya absorpsi, palarutan, dekomposisi (peleburan,
pengabuan, ekstraksi), pemekatan, pengenceran
a) Sampel yang berupa gas
Pada umumnya sampel yang berupa gas, diperlukan dengan cara diabsorp dengan
menggunakan absorbents. Absorbents yang digunakan tergantung dari macam gas yang hendak
dianalisis, sehingga logam yang terkandung didalamnya terabsorpsi.
b) Sampel yang berupa padatan
Sampel yang berupa padatan diperlakukan dengan cara dekomposisi (peleburan, pengabuan,
ekstraksi), baru kemudian dilarutkan dengan aquades untuk diubah menjadi larutan. Bila larutan
yang didapat mempunyai konsentrasi diatas daerah working range, maka perlu pengenceran dan
bila sangat encer maka perlu pemekatan sehingga diperoleh larutan yang siap diaspirasikan pada
AAS.
Didalam melarutkan, pelarut yang digunakan dapat berupa pelarut air (disebut larutan non
aquatik) dan pelarut bukan air (disebut larutan non aquatik) yaitu berupa pelarut organik.
c) Sampel yang berupa cairan
Sampel yang berupa cairan dapat langsung diaspirasikan. Bila viskus diencerkan, sedang
yang encer dilakukan pemekatan.
Khusus untuk sampel produk minyak bumi, sampel dilarutkan dengan pelarut organik (yaitu
white spirit atau MIBK) sehingga diperoleh larutan non viskus, yang mempunyai kecepatan alir 3
5 mL/menit.

Perlakuan terhadap sampel


Untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat, hendaknya harus diperhatikan hal-hal
tersebut dibawah ini :
1. Sampel yang berupa padatan dilarutkan sampai melarut sempurna
a. Logam-logam alkali dilarutkan dalam asam, membentuk larutan logam alkali yang aquatik,
larutan ini dapat diperiksa dengan AAS selama kandungan total dissolved solid tidak lebih dari 2
%
b. Bila logam-logam dalam sampel mempunyai konsentrasi tinggi, harus dilakukan pengenceran,
sampai kira-kira konsentrasinya berada dalam daerah kerja dari peralatan. Pengenceran hanya
diperbolehkan sampai 20 kali
2. Untuk unsur-unsur kelumit (trace elements), sampel tidak boleh diencerkan. Disamping itu
peralatan harus benar-benar bersih, demikian pula dalam pembuatan kurva kalibrasi.
3. Unsur-unsur As, Se dan Hg yang mempunyai sifat mudah menguap pada pengabuan (ashing),
maka perlakuan terhadap sampel tidak boleh diabukan.

4. Untuk memperoleh pengenceran larutan sampel atau larutan standar kalibrasi yang akurat,
gunakan pipet gondok (bulb pipet) dan labu takar (Volumetric flask) yang terkalibrasi dengan
teliti, yaitu grade A (minimalnya dengan grade B)
5. Gunakan reagensia yang mempunyai tingkat kemurnian tinggi, yaitu grade Proanalysis (PA),
Analytical reagent (AR) atau analar.
6. Viskositas larutan sampel dan larutan standar kalibrasi seharusnya sama. Khususnya untuk
lubricating oils dan serum
7. Matriks dari sampel mempunyai efek terhadap absorbans, efek ini dapat dihilangkan dengan
menggunakan background correction, penyangga ionisasi dan reagen pembebas atau dengan
menggunakan nyala api N2O-asetilen.

Metoda-metoda persiapan sampel


(1) Besi dan Baja
(a)

Penguraian dengan menggunakan Asam klorida-Asam nitrat

(b)

Penguraian dengan campuran asam (asam posfat dan asam sulfat)


(2) Alloy Tembaga

(a)

Penguraian dengan asam nitrat-asam hydrofluoride-asam sulfat

(b)

Penguraian dengan asam nitrat

(c)

Penguraian dengan campuran asam (asam nitrat dan asam klorida)

(d)

Penguraian dengan campuran asam bromide dan asam nirat-bromine


(3) Alloy Nikel

(a)

Penguraian dengan asam nitrat


(4) Alloy Aluminium

(a)

Penguraian dengan asam klorida-asam peroksida

(b)

Penguraian dengan campuran asam (asam nitrat, asam klorida dan asam sulfat)
(5) Alloy Timbal/Timah hitam

(a)

Penguraian dengan asam nitrat

(b)

Penguraian dengan campuran asam (asam klorida dan asam nitrat)


(6) Minyak pelumas dan Minyak berat

(a)

Dilarutkan dengan pelarut organic (untuk pengukuran langsung)

(b)

Dry ashing (metode pengabuan)


(7) Air Boiler dan Air minum

(a)

Pengukuran langsung dengan asam lemah

(b)

Ekstraksi dengan pelarut

Kebanyakan logam misalnya Fe, Mn, Ni, Cu, Pb dan lain-lain dapat membentuk senyawa
kompleks yang stabil bila direaksikan dengan ammonium pirolidina dithiokarbamat (APDC)
pada pH tertentu. Senyawa kompleks ini dapat larut dalam solven organic, misalnya MIBK.
Kedalam larutan sampel yang diperoleh ditambahkan sejumlah air dan larutan buffer, volumenya
dijadikan 100 mL, kemudian diekstrak. Untuk penetapan unsur-unsur kelumit (trace elements),
hasil ekstraksi dipekatkan dengan penguapan sehingga volumenya tinggal 20 mL
(8) Air Laut dan Air limbah
(a)

Ekstraksi dengan pelarut atau pengukuran langsung


(9) Batu dan Hasil pertambangan

(a)

Penguraian dengan asam nitrat-asam hydrofluoride

(b)

Penguraian dengan asam hydrofluoride-asam sulfat

(c)

Penguraian dengan menggunakan Asam klorida-Asam nitrat

(d)

Penguraian dengan menggunakan Asam sulfat-Asam nitrat

(e)

Peleburan dengan karbonat

(f)

Peleburan dengan carbonat-asam borit


(10) Tumbuh-tumbuhan, Makanan ternak, Makanan manusia

(a)

Dry Ashing (Pengabuan kering)

Sampel diuapkan atau dioksidasikan pada 450 500 0C yang residunya berupa senyawa
anorganik dapat dilarutkan dengan HCl atau HNO 3. Cara ini tidak dapat dipergunakan untuk
penetapan unsur-unsur nyang mudah menguap pada pengabuan, misalnya As, Se dan Hg
(b)

Wet Ashing (Pengabuan basah)

Metoda ini digunakan untuk penetapan unsur-unsur yang mudah menguap yang hilang
pada pengabuan kering. Sampel didegasi pada tabung kjeldahl dengan dicampur
HNO3/H2SO4 atau H2SO4/HCl. Unsur-unsur yang mudah menguap akan tinggal dengan cara
tersebut.
(11) Larutan liquid aquatik
(a) Untuk larutan akuatik yang mengandung total dissolved solid yang relatif rendah (yaitu
kurang dari 2 %), biasanya diencerkan sehingga konsentrasi unsur yang ditetapkan terletak dalam
daerah kerja peralatan
(b) Pengenceran sampel yang viskous dapat menyebabkan terjadinya penurunan viskositas dan
juga dapat terjadi efek matriks sampel
(c) Untuk larutan yang mengandung banyak insoluble matter, sebelum dianalisis dilakukan
penyaringan

(d) Kadang-kadang dilakukan penambahan reagen pembebas atau penyangga ionisasi, misalnya
untuk penetapan kalsium atau magnesium yang mengandung fospat. Penambahan La++ akan
menghilangkan interferensi Ca++
(e) Untuk penetapan kebanyakan unsur-unsur yang mempunyai konsentrasi rendah, perlu
ditambahkan ion K+ atau Na+ untuk menahan jangan sampai unsur yang ditetapkan mengion. Bila
larutan encer ini hendak disimpan lebih dari satu hari, perlu ditambahkan 1 ml HCl pekat atau
HNO3 pekar per 100 mL, sehingga tidak terbentuk endapan hidroksida pada pH larutan netral pH
=7
(12) Liquid non akuatik
Misalnya minyak pelumas dan minyak bakar yaitu liquid yang mempunyai viskositas
tinggi. Bila hendak dianalisis dengan AAS, sample tersebut diencerkan dengan solven organic
yang sesuai, missal white spirit atau MIBK (metal isobutyl keton)
Prosedur Kerja
Sebelum analisis sampel dengan AAS dilakukan, terlebih dahulu pengaturan kondisi
operasi alat sehingga diperoleh kondisi analisis yang optimum.
Secara garis besar langkah-langkah kerka berikut dibawah ini
A. Pemeriksaan Instrumen dan perlengkapannya
1)

Periksa dan pastikan drain pot terisi air destilat.

2)
Periksa dan pastikan koneksi antara tiap-tiap unit instrumen ( Unit utama AAS, PC
dan Printer ) terhubung dengan benar .
3)
Periksa apakah pembakar ( burner ) sudah terpasang sesuai dengan Standar Pemakaian
Burner untuk Analisis dengan AAS Hitachi Z-5000. Bila burner belum terpasang,
lakukan pemasangan salah satu burner tersebut sesuai dengan Prosedur pemasangan burner
pada Manual Maintenance of AAS Hitachi Z-5000.
4)
Pastikan pipa gas, pipa air pendingin yang terhubung ke unit utama AAS terhubung dalam
keadaan baik dan aman.
5)
Periksa dan pastikan banyaknya gas di tabung gas ( terukur sebagai tekanan ) yang akan
digunakan sudah mencukupi .
6)

Periksa dan pastikan kertas pencetak sudah tersedia pada Printer.

B.

Persiapan Operasi

1.

Pemasangan Lampu Katoda:

Buka pintu
penutup ( Cover ) ruang lampu katoda dan pasang lampu pada dudukan ( Socket )
dengan pemakaian yang diinginkan.
2.

Penyiapan Gas:

sesuai

1)
Siapkan gas bahan bakar ( fuel ) dan gas pembakar ( oxydant ) yang akan digunakan sesuai
dengan Standard Pemakaian Gas Bahan Bakar dan Oksidan terhadap Elemen Analisis dengan
AAS Hitachi Z-5000.
2)
Alirkan gas bahan bakar dan gas pembakar dengan membuka kran regulator primer di
ruang tabung gas . Jika gas pembakar yang digunakan adalah udara dari Kompresor, hidupkan
Power Compressor-nya.
3.

Set tekanan gas pada regulator sekunder sebagai berikut :


Jenis Gas

Tekanan Regulator sekunder

Asetilen ( C2H2 )

90

kPa ( 0.9 kgf / cm2 )

Hidrogen ( H2 )

100

kPa ( 1.0 kgf / cm2 )

Dinitrogen Oksida ( N2O )

400

kPa ( 4.1 kgf / cm2 )

Argon Ar

500

kPa ( 5.1 kgf / cm2 )

Udara

500 kPa ( 5.1 kPa / cm2 )

4.

Hidupkan sistem pengisap gas buangan ( Exhausting Duct )

C.

Mengaktifkan Instrumen

Power Instrumen diaktifkan dengan langkah kerja sebagai berikut :


1)

Hidupkan Power Switch dari unit utama AAS dan biarkan selama 25 detik.

2)
Hidupkan ( On-kan
beberapa icon program.

unit PC

dan

D.

Mengaktifkan Perangkat Lunak ( Software )

1.

Memulai Aplikasi AAS

Printer.

1) Klik dua kali icon AA Spectrophotometer

Monitor

PC

akan

menampilkan

pada layar monitor.

2) Pastikan aplikasi AAS sudah dimulai dengan munculnya tampilan monitor aplikasi AAS
Spectrophotometer .
2.
Pastikan Status Aplikasi AAS sudah On-line ke unit utama AAS dengan melihat apakah
layar monitor memperlihatkan tombol toolbox On-line pada bagian kiri bawah monitor.
Apabila tombol toolbox tersebut masih ada, klik tombol tersebut untuk meng-Online-kan .
3.
Perangkat lunak siap
digunakan untuk mengontrol proses pengukuran

( analisis ).

Skema Instrumen AAS

Gambar AAS

Anda mungkin juga menyukai