Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL TUTORIAL MODUL 1

BLOK 1.3
Dosen Pembimbing Tutorial : Dr. Ifdelia Surjadi

Oleh :
Kelompok 24 D
Nama Anggota :
Chika Asdiana
Dian Anggraini
Harie Satria E.S
Husnul Fikri
Iqbal Al Rasyid
Livin Kumar
M. Fadhlillah Ghivari
Puti Lenggogeni
Rifa Iztihara
Rurin Ardiyanti
Ranti Verdiana
SKENARIO : VISITE PAGI YANG SENDU

BP. 1110312144
BP. 1110312114
BP. 1110312030
BP. 1110312024
BP. 1110312054
BP. 1110314013
BP. 1110313047
BP. 1110313017
BP. 1110313077
BP. 1110311024
BP. 1110312084

Dr. Sani bergegas masuk ke bangsal bedah anak karena akan visite pagi. Pagi ini dia sangat
terkejut melihat ibu pasien yang sangat terpukul dengan keadaan anaknya. Pasien pertama ini
terbaring tidak berdaya. Ia ditabrak sepeda motor sewaktu pulang sekolah. Pemeriksaan radiologi
menunjukkan cidera pada vertebrata L1 dan L2. Pasien ini tidak merasakan sensasi raba maupun
nyeri pada kedua tungkainya. Dia juga tidak dapat menggerakkan kedua ekstrimitas inferiornya
tetapi gerakan ekstrimitas atas cukup baik. Perawat yang mendampingi Dr. Sani juga
menambahkan bahwa pada pasien tersebut terjadi gangguan miksi maupu defekasi. Dokter
menduga ada gangguan pada medulla spinalis. Dokter menuliskan instruksi selanjutnya pada
status pasien.
Pasien selanjutnya yang ditemui pada pagi ini adalah seorang anak dengan meningokel yang
berasal dari keluarga miskin. Dr. Sani merasa sangat prihatin dengan kondisi pasiennya dan

melihat wajah sendu dan penuh harap dari keluarga pasien yang sangat mengharap kesembuhan.
Bagaimana saudara menerangkan dasar seluler, organ dan fungsi dari keadaan pasien tersebut?
STEP 1

MENGKLARIFIKASI TERMINOLOGI DAN KONSEP

1. Visite

: Kegiatan dokter yang mengunjungi pasien, melakukan

pemeriksaan, memberikan pengobatan atau mungkin menjadwalkan pemberian terapi


pada pasien.
2. Bangsal
3. Radiologi

: Ruangan dengan kapisita bed yang cukup banyak.


: Hal yang berhubungan dengan radioaktif; Cabang ilmu

kesehatan yang berhubungan dengan proses pemberian zat radioaktif ke dalam tubuh
untuk diagnosis atau pengobatan.
4. Vertebrata L1 dan L2 : Berasa dari medulla spinalis; Berfungsi untuk mensyarafi
ekstrimitas bawah.
5. Miksi
6. Defekasi
7. Medulla Spinalis

: Pengosongan kantung kemih; Buang Air Kecil


: Pembuangan kotoran dari rectum
: Pusat system saraf yang terletak di kanalis vertebralis;

Dikenal sebagai sumsum tulang belakang.


8. Meningokel
: Tonjolan seperti hernia akibat adanya defekasi tulang;
Kista cerebrospinal; Bagian dari kelainan congenital yakni kista bifida;

STEP 2 MENENTUKAN MASALAH


1. Apa yang terjadi pada tubuh ketika vertebrata L1 dan L2 cidera?
2. Metode radiologi apa yang digunakan untuk pemeriksaan pasien tersebut?
3. Bagaimana hubungan antara cidera vertebrata L1 dan L2 dengan hilangnya
sensasi raba dan nyeri tungkai?
4. Mengapa ekstrimitas inferior pasien tidak bisa digerakkan sementara ekstrimitas
bawah masih bisa digerakkan?
5. Bagaimana hubungan antara cidera verebrata L1 dan L2 dengan gangguana miksi
dan defekasi?
6. Mengapa dokter mendiagnosis pasien tersebut menderita gangguan medulla
spinalis?
7. Apa instruksi selanjutnya yang mungkin diberikan oleh dokter kepada pasien
tersebut?
8. Bagaimana pengaruh kemiskinan dengan meningokel?
9. Apa gejala meningokel?
10.
Apa penyebab meningokel?
11.Apakah meningokel bisa disembuhkan?
12.
Bagaimana saudara menerangkan dasar seluler, organ dan fungsi dari
1

keadaan pasien tersebut?


STEP 3 MENGANALISA MASALAH
1.
2.
3.
4.

Ketika terjadi cidera L1 dan L2 maka tubuh akan mengalami :


Gangguan fleksi ekstrimitas inferior
Gangguan abduksi ekstrimitas inferior
Gangguan pergerakan ekstrimitas inferior
Gannguan pada perkemihan dan anus
Metode radiologi yang digunakan antara lain :
Proyeksi anterior posterior lakral
Plain fot fluoroscopy
Polymografi CT scan
MRI
Gangguan vertebrata L1 dan L2 mengakibat gangguan pada ekstrimitas inferior.
Gangguan hanya terjadi pada ekstrimitas inferior bawah tidak pada ekstrimitas

atas karena saraf yang mensarafinya berbeda. Ekstrimitas inferior disarafi oleh vertebrata
lumbar yang mengalami cidera. Sementara, ekstrimitas atas disarafi oleh vertebrata
thorakal yang tidak terkena cidera apapun.
5. Gangguan miksi dan defekasi terjadi akibat vertebrata L1 dan L2 juga berfungsi
dalam mensarafi kemih dan anus.
6. Dokter mendiagnosis pasien tersebut menderita gangguan pada medulla spinalis
berdasarkan :
- Gejala-gejala yang timbul pada pasien
- Pengujian respon saraf melalui tes
- Mengetahui bahwa pasien mengalami gangguan oada vertebrata. Sementara,
medulla spinalis dikelilingi oleh vertebrata. Sehingga, apabila vertebrata terganggu maka
medulla spinalis juga ikut terganggu.
7. Instruksi selanjutnya yang mungkin diberikan oleh dokter adalah :
- Pemeriksaan kembali secara menyeluruh
- Dirujuk ke dokter spesialis terkait
8. Kemiskinan memiliki hubungan dengan meningokel. Sebgai salah satu penyakit
congenital yang timbul semasa kehamilan, kondisi ini terjadi akibat ketidakcukupan
asupan gizi ibu hamil. Terutama pada kemiskinan yang membuat penurunan status
ekonomi dan daya beli untuk memenuhi asupan gizi ibu hamil tersebut.
9. Gejala pada meningokel antara lain :
- Tonjolan seperti kantong pada punggung tengah sampai bawah dimana kantong
tersebut ketika disinari tidak tembus cahaya.
- Kelumpuhan pinggul, tungkai.
- Kelemahan pinggul, tungkai.
- Kehilangan sensasi.
2

- Meningitis.
- Inkontinensia urin dan feses.
10.
Penyebab meningokel antara lain :
- Kekurangan asam folat pada ibu semasa kehamilan.
- Defek pada penutupan spina bifida
11.Kemungkinan meningokel bisa disembuhkan.
12.
Pada pasien pertama terjadi gangguan saraf akibat cidera sementara pada
pasien kedua akibat gangguan perkembangan terjadi gangguan pada selaput yang
melapisi system saraf pusatnya.
STEP 4 SKEMA
Ward

1st Patient

2nd patient

injury of vertebrae L1 & L2

Meningocele

examined by
Radiology

Meninges disturbance

sensations disturbance
miksis disturbance
homeostatis

brains disturbance

medulla spinals disturbance

defecations disturbance
NERVOUS SYSTEM

embryology

histology

anatomy

physiology

STEP 5 MENENTUKAN LEARNING OBJECTIVE


1.
2.
3.
4.
5.

Mahasiswa mampu menjelaskan embriologi system saraf.


Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi system saraf.
Mahasiswa mampu menjelaskan histology system saraf.
Mahasiswa mampu menjelaskan fisiologi system saraf.
Mahasiswa mampu menyebutkan macam-macam kelainan congenital system

saraf.
6. Mahasiswa mampu menyebutkan metode-metode pemeriksaan system saraf
7. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi system saraf dalam homeostasis.
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. EMBRIOLOGI SISTEM SARAF
Pertumbuhan system saraf dimulai dari pertengahan minggu ketiga kehamilan.
3

Terjadi penebalan ectoderm yang kemudian melipat dan mengakibatkan terbentuknya


tabung saraf. Pada waktu ini terbentuk rongga yang akan menjadi ventrikel lateral.
Penyatuan tabung saraf kearah kaudal nanti akan mengakibatkan munculnya
proensefalon yang akan berkembang menjadi telensefalon dan diensefalon;pda
diensefalon akan terdapat rongga yang disebut sebagai ventrikel 3; mesensefalon; dan
rhombensefalon yang akan berkembang menjadi metesenfalon dan myelensefalon.
Metensefalon kemudian akan berkembang menjadi pons dan cerebellum. Di
rhombensefalon nanti akan berkembang dan kemudian terbentuk ventrikel 4.
Tabung saraf kemudian akan dilapisi oleh neuroepitel. Neuropitel ini nanti akan
berkembang menjadi neuroblas. Neuro epitel yang mengililingi nanti akan membentuk
sekumpulan sel yang disebut sel mantel. Nantinya akan terbentuk substansia grissea
medulla spinalis dan di lapisan marginal akan terbentuk substansial alba. Ventrikel 3 dan
ventrikel 4 terhubung dan menjadi aqueductus sylvi. Sementara ventrikel 3 dan ventrikel
lateral akan membentuk foramina interventrikular monro. Otak hanya akan tumbuh
sampai waktu kelahiran. Sementara, hubungan sinaps terus berlangsung dan sumsum
tulang masih akan terus berkembang sampai usia sekitar 20 tahun.
Diferensiasi histologis
a. Sel saraf
Pembelahan sel neuroepitel nantinya akan menghasilkan neuroblas. Lalu,
neuroblas ii berdiferensiasi menjadi:
1. Sebuah prosesus sentral yang nantinya akan lenyap sehingga berbentuk bulat dan
apolar
2. Kemudian muncul lagi dua prosesus sitoplasma baru yang akan menjadi
neuroblas bipolar. Prosesus di salah satu ujung sel membentuk dendrit primitif dan ujung
lainnya membentuk akson primitif. Sehingga terbentuk neuroblas multipolar yang
nantinya akan berkembang menjadi neuron.
b. Sel glia (sel penunjang)
Saat pembentukan neuroblas berhenti, akan terbentuk sel neuroepitel yang akan
membentuk gliablas lalu gliablas ini akan:
bermigrasi ke lapisan mantel dan lapisan marginal. Lalu, pada lapisan mantel akan
membentuk astrosit protoplasma dan astrosit fibrilar.
Membentuk sel oligodendroglia di lapian marginal yang nantinya akan menjadi
selubung mielin akson ascendens dan escendens
Selain gliablas, juga ada sel mikroglia yang berasal dari mesenkim, yang bersifat
4

fagositik
c. Sel krista neuralis
Berasal dari ektoderm dan seluruh panjang tabung saraf
Sel krista neuralis bermigrasi ke lateral dan menghasilkan ganglion sensorik.
Lalu, neuroblas ganglion sensorik akan membentuk dua prosesus, yaitu yang tumbuhke
arah sentral (menembus dorsal tabung saraf) dan perifer (ikut seta membungkus trunkus
saraf spinal)
Sel krista neuralis akan berdiferensiasi membentuk neuroblas simpatis, meningen,
adontoblas, sel pigmen, sel schwann, dan mesenkim arkus faring
d. Saraf spinal
Sel-sel saraf lempeng kecil bersatu membentuk radiks saraf ventral. Lalu, radiks
saraf ventral bergabung dengan prosesus distal dan membentuk saraf spinal.
2. ANATOMI SISTEM SARAF
System saraf pusat terdiri atas cerebrum, cerebellum dan medulla spinalis. Ketiganya
tersusun ata tiga lapis meningen yaitu duramater yang terdiri atas endostel dan meningel,
ruang araknoid dimana nanti ruang diantaranya (ruang sub-araknoid) akan diisi oleh
cairan cerebrospinal serta piamater sebagai lapisan trdalama yang membungkus.
Cerebrum terbagi atas dua bagian yakni hemisfer kirai dan hemisfer kanan oleh
parcerebri dari bagian durameter. Kemudian, akibat adanya sulkus-sulkus pada cerebrum
kita bisa melihat adanya lobus-lobus pada otak yakni lobus frontelis, lobus temporalis,
lobus terminalis dan lobus oksipitalis. Kemudian cerebellum yang terdapat tonjolan
disebut vermis untuk memisahkan bagian kanan dan kiri otak tersebut. Ada juga terdapat
medulla oblongata sebagai awal permulaan medulla spinlis. Medulla oblongata terdiri
atas medulla anterior, medulla posterior dan pusat medulla. Kemudian medulla spinalis
akan berjalan dari foramen magnum hingga vunus medularis.
Selain yang disebutkan di atas juga terdapat ventrikel-ventrikel di otak. Korpus
kalosum sebgai penghubung hemisfer kiri dan kana cerebrum, thalamus dan
hypothalamus serta epithalamus di daerah diensefalaon. Tidak lupa terdapat pons di
bagian otak tengah.
Pendarahan otak
o arteri karotis interna, bercabang: A. opthalmica, A. communicans posterior, A.
Choroidea, A. Cerebri anterior, A. Cerebri media
o arteri vertebralis
o vena cerebri, vena cerebelli, dan batang otak
Pendarahan medulla spinalis
5

o 2 arteri spinalis posterior dan 1 arteri spinalis anterior. Arteri-arteri ini akan
dibantu oleh arteri radiculares
o Vena-vena nya nanti akan bermuara pada plexus venosus vertebralis internustem
saraf
3. HISTOLOGY SISTEM SARAF
Sitem saraf pusat terdiri atas system saraf perifer dan system saraf pusat. Pada
sisstem saraf perifer terdapat sel schwan yang membungkus axon-axon tak bermielin.
System saraf pusat terdiri atas otak dan medulla spinalis. Keduanya secara umum terbagi
atas dua yaitu substansia alba dan substansia grissea. Pada otak, baik cerebrum ataupun
cerebellum, substansia alba terdapat di bagian dalam atau bisa dikatkan berada di daerah
medulla. Sementara substansi grissea terdapat pada daerah kortek. Pada medulla spinalis
letak antara sub alba dengan sub grissea berbeda, sub alba terletak di bagian luar
sementara sub grissea di bagian dalam.
Cerebrum tersusun atas beberapa lapisan yakni lamina molecularis dimana terdapat
sel-sel neuroglia,lamina granularis externa, lamina pyramidalis externa,lamina granularis
interna, lamina pyramidalis interna, lamina moltiformis. Cerebellum memiliki lapisan
yang tidak sekompleks cerebrum yaitu lamina molecular, lamina purkinje dimana
disanalah terdapat sel-sel purkinje dan kemudian lamina granulosum.
Apabila ingin dilihat penyusun satu sel saraf maka kita bisa melihat bahwa sel saraf
memiliki badan sel yang disebut soma atau badan sel. Kemudian terdapat axon, dendrite,
sel schwaan dan sinapsis serta motor end-plata. Ada juga nillh sel dan sel glia yang
menyokong sel saraf. Selain itu, terdapat juga sel glia yang bermacam jenis. Yakni
astrosit protoplasmic, astrosit fibliar, oligondendrolia dan sel microglia.
4. FISIOLOGI SISTEM SARAF
Fisiologi system saraf yang dijelaskan terkait dengan control tubuh yang dilakukan
oleh saraf. Masing-masing saraf baik itu saraf cranial ataupun saraf spinal memiliki
bidang pensarafan tersendiri. Seperti di otak yang tiap lobusnya memiliki fungsi berbeda.
Lobus frontalis berkaitan dengan kemampuan berbicara, pemilahan sensor dan motorik.
Lobus parietal berkaitan dengan kesadaran tubuh. Lobus oksipital terkait dengan
penglihatan. Sementara lobus temporal berkaitan dengan bau, membaca, dan
pendengaran. Pada saraf cranial terdapat 12 pasang saraf yang menjalankan fungsi
pengaturan berbeda satu sama lain. Saraf-saraf tersebut ada yang berperan sebagai saraf
motorik, saraf sensorik ataupun keduanya. Kemudian pada ssaraf spinalis terdapat 31
6

pasang saraf yang terdiri atas 8 pasang cervix, 12 pasang toraks, 5 pasang lumbal, 5
pasang sacral dan sepasang coccyx.
5. KELAINAN KONGENITAL PADA SITEM SARAF
Gangguan pada masa perkembangan embrio akan mengakibatkan terjadinya kelainan
congenital pada janin. Kelainan congenital yang terjadi pada system saraf antara lain :
- Neural Tube Defect (NTD) atau Cacat Tabung Saraf : kegagalan penutupan
lipatan-lipatan tabung saraf pada minggu ke-3 dan ke-4 perkembangan.
- Spina bifida : terbelahnya arkus vertebrae dengan atau tanpa melibatkan jaringan
saraf.
- Spina bifida okulta : tidak menyatunya lengkung-lengkung vertebrae, terjadi di
daerah lumbosakral (L1-S4).
- Spina bifida kista : NTD berat dimana jaringan saraf dan atau meninges menonjol
melewati cacat lengkung vertebrae dan kulit sehingga membentuk kantung mirip kista.
- Kraniofaringoma : terbentuk di sella turcica atau di sepanjang tangkai (sisa
kantung Rathke) hipofisis.
- Hidrosefalus : pengumpulan cairan otak abnormal di dalam susunan ventrikel.
- Mikrosefalus : kubah tangkorak yang lebih kecil dari ukuran normal akibat
pertumbuhan otak yang terhambat.
- Meningokel : cacat penulangan tulang tengkorak sehingga ruang sub araknoida
menonjol keluar.
- Meningoensefalokel : cacat penulangan tulang tengkorak sehingga ruang sub
araknoida dan jaringan otak menonjol keluar.
- Meningohidroensefalokel : cacat penulangan tulang tengkorak sehingga ruang sub
araknoida bahkan ventrikel ikut menonjol keluar.
- Eksenfali : gagalnya penutupan bagian sefalik tabung saraf.
- Sindrom Arnold-Chiari : pemindahan kearah kaudal dan herniasi struktur sebelum
melalui foramen magnum.
- Megakolon congenital : kegagalan sel-sel crista neuralis untuk bermigrasi kedalam
-

dinding rectum atau kolon.


Anensefalus : Penyakit dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak

terbentuk. Hal ini terjadi jika tabung saraf sebelah atas tertutup.
Ensefalokel : Suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan
meningens dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada

tulang tengkorak.
Porensefalus : Suatu keadaan dimana pada hemisfer serebri ditemukan suatu

kista/rongga abnormal.
Hidranensefalus : Suatu keadaan dimana hemisfer serebri tidak ada dan digantikan
7

oleh kantung-kantung yang berisi cairan serebrospinalis.


Hidrosefalus : Penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan di dalam otak.
Melomeningokel : Suatu penyakit dimana terjadi penutupan yang tidak sempurna

pada kolumna spinalis dan berhubungan erat dengan hidrosefalus.


Kordoma(tumor kongenital) :Menyumbat ventrikel ke-3, akuaduktus, ventrikel ke-4.
Holoprosensefalus : Hilangnya struktur-struktur di garis tengah sehingga terjadi

malformasi otak dan wajah.


Skizensefalus : Terbentuknya celah besar di hemisferium serebri, kadang-kadang
menyebabkan lenyapnya jaringan otak
6. METODE PEMERIKSAAN TERKAIT SISTEM SARAF
Pemeriksaan terkait system saraf bisa dilakukan dengan berbagai cara dimulai dari

cara sederhana sampai ke cara yang canggih. Pemeriksaan ini biasanya bertujuan untuk
melihat bagaimana respon saraf terhadap ransangan atau pemeriksaan apakah terdapat
cidera di daerah tempat saraf itu berada. Pemeriksaan tersebut antara lain :
- Pemeriksaan keadaan umum dan status mental
- Tes reflex sederhana
- Penggunaan skala stroke (bagi penderita stroke yang dikhawatirkan terkena
gangguan system saraf)
- Proyeksi anterior posterior lakral
- Plain fot fluoroscopy
- Polymografi CT scan
- MRI
7. FUNGSI SISTEM SARAF DALAM HOMESOSTATIS
Fungi system saraf dalam pengaturan homeostatis dalam tubuh merupakan sebuah
keterkaitan yang muncul terhadap fungsi system saraf itu sendiri, mengatur. Homeostatis
merupakan sebuah kondisi dimana terjadi kekonstanan kadar zat yang berada di dalam
tubuh. Hal tersebut tercapai melalui dua bentuk pengontrolan yakni pengontrolan local
dan pengontrolan jarak jauh. Pengontrolan jarak jauh akan dipegang oleh system saraf
tubuh. Caranya melalui potensial aksi yang mendorong terjadinya komunikasi antar sel
saraf. Hal inilah yang memungkinkan sel saraf untuk melakukan regulasi secara
bersamaan terhadap keseimbangan tubuh.
System saraf seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengatur aktivitas tubuh
yang berlangsung cepat dan mengatur kegiatan tubh yang bersifat kompleks dan khusus;
seperti pengaturan system pencernaan dalam tubuh. Dalam upaya-upaya tersebut, system
saraf akan melakukan beberapa kegiatan antara lain :
- Mengkontraksi otot rangka seluruh tubuh
- Mengkontraksi otot polos organ dalam
- Sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin.
8

Kemudian, system saraf juga memiliki reseptor yang menerima respon perubahan
dari lingkungan luar. Seperti mekanoreseptor yang merespon deformasi secara mekanis,
termoreseptor yang merespon perubahan suhu, nosireseptor terhadap kerusakan jaringan
fisik dan kimiawi. Juga terdapat reseptor elektromagnetik sebuah reseptor cahaya yang
membuat retina mata mampu mengenali cahaya yang sampai pada retina. Pengenalan
rasa dan bau, pengenalan kadar oksigen dalam darah arteri, osmolalitas cairan tubuh,
konsentrasi O2 dan faktor penyusun keadaan kimiawi tubuh adalah hal-hal yang
ditangkap melalui kemoreseptor.
Dikenal juga istilah indera somatic dan sensasi somatic. Dua hal ini juga membantu
pengkondisian tubuh kembal ke kondisi seimbangnya. Indera somatic terdiri atas indera
termoreseptor, indera rasa nyeri dan mekanoreseptor posisi serta mekanoreseptor taktil.
Sementara sensasi somatic terdiri atas sensasi ekteroreseptif, sensai proprioseptif, sensai
dalam dan sensai visceral.

Anda mungkin juga menyukai