Anda di halaman 1dari 13

Definisi asma bronkial

Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi karena
spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen, infeksi dan latihan. (Hudak
& Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus dan
bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan Martin Tucker,et.al,
1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan
(Soeparman, Sarwono Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat
pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa serta edema.Faktor
pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.
(Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel dimana
trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan
mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan berulang
kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk.Selama serangan saluran bronkus kejang, menjadi
lebih sempit dan kurang mampu untuk menggerakkan udara ke paru-paru.Bermacam-macam
benda yang dapat mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu
dapat memicu serangan.(Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing dan
batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus (jalan nafas dalam
paru-paru).Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau infeksi saluran pernafasan. Kedua asap
rokok dapat mengakibatkan asma pada anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang kesulitan
bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan ketahanan aliran udara
melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and Medicine, 2007).

Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan serangan
berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada.(Columbia Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah
penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat reversibel dan
disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan latihan.
2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkial dapat diklasifikasikan menjadi 3tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti
debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma
ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi. Oleh
karena itu jika ada faktor faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
terjadi serangan asma ekstrinsik
2. Instrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan seri n sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisiema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan
3. Asma gabungan
Bentuk asma ynag paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non
alergik
2.4 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu
binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain. Beberapa makanan penyebab alergi
makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab
asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozone, sulfur dioksida (SO2), nitrogen
oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan
kendaraan bermotor. Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine),
pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma.
Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau
stres.
2.5 Manifestasi Klinis

a)

Tanda
Sebelum muncul suatu episode serangan asma pada penderita, biasanya akan ditemukan

tanda-tanda awal datangnya asma. Tanda-tanda awal datangnya asma memiliki sifat-sifat sebagai
berikut, yaitu sifatnya unik untuk setiap individu, pada individu yang sama, tanda-tanda
peringatan awal bisa sama, hampir sama, atau sama sekali berbeda pada setiap episode serangan
dan tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah penurunan dari angka prestasi
penggunaan Preak Flow Meter.
Beberapa contoh tanda peringatan awal (Hadibroto & Alam, 2006) adalah perubahan dalam
pola pernapasan, bersin-bersin, perubahan suasana hati (moodiness), hidung mampat, batuk,
gatal-gatal pada tenggorokan, merasa capai, lingkaran hitam dibawah mata, susah tidur, turunnya
toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga dan kecenderungan penurunan prestasi dalam
penggunaan Preak Flow Meter.
b)

Gejala

1. Gejala Asma Umum


Perubahan saluran napas yang terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha yang
jauh lebih keras untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru.Hal tersebut dapat
memunculkan gejala berupa sesak napas/sulit bernapas, sesak dada, mengi/napas berbunyi
(wheezing) dan batuk (lebih sering terjadi pada anak daripada orang dewasa).
Tidak semua orang akan mengalami gejala-gelaja tersebut. Beberapa orang dapat
mengalaminya dari waktu ke waktu, dan beberapa orang lainya selalu mengalaminya sepanjang
hidupnya.Gelaja asma seringkali memburuk pada malam hari atau setelah mengalami kontak
dengan pemicu asma (Bull & Price, 2007). Selain itu, angka performa penggunaan Preak Flow
Meter menunjukkan rating yang termasuk hati-hati atau bahaya (biasanya antara 50%
sampai 80% dari penunjuk performa terbaik individu) (Hadibroto & Alam, 2006).
2. Gejala Asma Berat
Gejala asma berat (Hadibroto & Alam, 2006) adalah sebagai berikut yaitu serangan batuk
yang hebat, napas berat ngik-ngik, tersengal-sengal, sesak dada, susah bicara dan
berkonsentrasi, jalan sedikit menyebabkan napas tersengal-sengal, napas menjadi dangkal dan
cepat atau lambat dibanding biasanya, pundak membungkuk, lubang hidung mengembang
dengan setiap tarikan napas, daerah leher dan di antara atau di bawah tulang rusuk melesak ke
dalam, bersama tarikan napas, bayangan abu-abu atau membiru pada kulit, bermula dari daerah

sekitar mulut (sianosis), serta angka performa penggunaan Preak Flow Meter dalam wilayah
berbahaya (biasanya di bawah 50% dari performa terbaik individu).
2.6 Patofisiologi
Pada penyakit asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan misalnya
stres, udara dingin, latihan dan faktor-faktor lain. Serangan asma merupakan akibat adanya reaksi
antigen antibodi yang menyebabkan dilepaskannya mediator-mediator kimia.Antibodi yang
dihasilkan (IgE) menyerang sel-sel mast dalam paru.Pemajanan ulang terhadap antigen
mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi yang menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast
(mediator) seperti histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dan substansi yang
bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan nafas yang menyebabkan tiga reaksi utama yaitu:
a. Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran nafas yang kecil yang
menimbulkan bronkospasme.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
c. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
2.7 PATHWAY
Rangsangan non imunologi

Rangsangan imunologi

(virus,infeksi,fisik,mekanis)

(antigen)
Sel mast
Sel epitel
Sel makrofag
Sel eosinophil
Sel limfosit

Sel saraf otonom


-

Reflex akson
Neuropeptide

mediator keradangan
otot poloskontraksi
kemotaksis
Respon granulostik
Netrofil
Eosinophil

Basophil
Activated mononuculer cells
Makrofag
Limfosit
Mediator keradangan
Sembah saluran nafas
Keradanngan sel
Sekresi mukosa
Permealibilitas mukosa
Dan pembuluh darah
Airway hypereponsiveness
ASMA
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a.

Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

b.

Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

c.

Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit

asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti
tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang
merawatnya.
Pengobatan pada asma bronkial terbagi 2, yaitu:
a.

Pengobatan non farmakologik:

Memberikan penyuluhan.

Menghindari faktor pencetus.

Pemberian cairan.

Fisiotherapy.

Beri O2 bila perlu.

b.

Pengobatan farmakologik :

1)

Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a)

Simpatomimetik/ adrenergik (Adrenalin dan efedrin)


Nama obat :

- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan.
Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus
yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serta Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel
yang sangat halus) untuk selanjutnya dihirup.
2)

Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan
disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung
bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).

3)

Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

4)

Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.Biasanya diberikan dengan dosis
dua kali 1mg / hari.Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(Dudut Tanjung., Skp, 2007)
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1.1 PENGKAJIAN
a) Identitas klien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Alamat
6. Penanggung jawab
7. Tanggal masuk RS
8. Tanggal pengkajian
b) Keluhan utama
Batuk, nafas pendek
c) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan sesak nafas, keringat dingin
d) Riwayat penyakit dahulu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya sekarang
e) Riwayat penyakit keluarga
Apakah anggota keluarga sebelumnya ada yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien.
1.2 PEMERIKSAAN FISIK
Dada
Inspeksi
1. Dada posterior dengan posisi duduk
2. Membandingkan dada kanan dan kiri dari atas ke bawah
3. Kulit Thorax : Hangat, pucat, dan kondisi lesi, masa dan gangguan tulang belakang
kifosis,lordosis,scoliosis
4. Catat jumlah jumlah irama, kedalaman, dan kesimetrisan pergerakan dada
5. Tipe pernafasan
6. Kelainan bentuk dada
Palpasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Temperature kulit
Premitus : pibrasi dada
Pengembangan dada
Krepitasi
Masa
Edema
Perkusi

Normal
1. Reasonon
2. Dullness
3. Tympany
Abnormal
1. Hiperresonan
2. Flatness

Auskultasi
1. Vaskuler
2. Broncho vesikuler
3. Hyper ventilasi
4. Ronchi
5. Whizzing
6. Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya
1.3 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinophil
Spiral curshman yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Netrofil dan eosinophil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas
yang tinggi dan terkadang terdapat mucus plug
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia

atau asidosis
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan

terdapatnya suatu infeksi


Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan

menurun pada waktu bebas dari serangan


1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiolgi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.pada waktu serangan menunjukan
gambaran hiperinflasi pada paru yakni radiolusen yang bertambah dan pelrburan rongga
intercostalis,serta diafragma yang menurun.akan tetapi bila terdapat komplikasi,maka kelainan

yang didapat adalahsebagai berikut:


Bila disertai denga bronchitis,maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),maka gambaran radiolusen akan semakin

bertambah.
Bila terdapat komplikasi,maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelectasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum,pneumotoraks,dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat

bemtuk gambaran radiolusen pada paru.


2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi
yan positif pada asma.

3. Elektrokardiografi
gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian,dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:

Perubahan aksis jantung,yakni pada ummnya


Terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung,yakni terdapat RBB (right bundle branch

block).
Tanda-tanda hipoksemia,yakni terdapat sinus tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi

segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible,cara yang cepat dan sederhana
diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
1.4 ANALISA DATA
NO
1.

Data penunjang
DS : pasien mengeluh

Etiologi
Peningkatan produksi

Masalah
Tidak efektifnya

sukar bernafas, sesak

secret, bronchospasme,

kebersihan jalan

dan anoreksia

menurunnya energy

nafas

disertai wheezing
DS : pasien mengaluh

Kurangnya suplai O2,

Gangguan

sesak nafas,nyeri

bronchospasme, obstruksi

pertukaran gas

dada,batuk,gelisah

jalan nafas oleh secret

DO : Dispnea parah dg
ekspirasi memanjang
2.

DO : Klien nampak Sesak destruksi alveoli


nafas (+)

Klien

Memegang

dadanya,

Penggunaan

otot Bantu pernapasan

klien batuk batuk

Ekspresi wajah gelisah


3.

DS :pasien mengeluh

Dispnea, fatique, efek

Nutrisi kurang

nafsu makan menurun

samping pengobatan

dari kebutuhan

DO :pasien Nampak

produksi sputum, anoreksia,

kesultan waktu

nausea/vomiting

menelan
1.5 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi secret
bronchospasme, menurunnya energy
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya suplai O2 bronchospasme, obstruksi
jalan nafas oleh secret destruksi alveoli
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Dispnea, fatique, efek samping pengobatan
produksi sputum, anoreksia, nausea/vomiting
1.6 FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N

Diagnosa Kep.

Tujuan

O
1.

Tidak

Tujuan :

efektifnya

Jalan nafas kembali

kebersihan

efektif setelah

jalan nafas

diberikan

berhubungan

perawatan selama 2

dengan
peningkatan
produksi secret1.
2.
bronchospasme
3.
, menurunnya 4.
5.
energy

6.

Intervensi

Rasional

1. Auskultasi bunyi nafas 1. Beberapa derajat spasme


catat adanya wheezing,

ronchi
2. Kaji frekuensi
pernafasan catat rasio

bronkus terjadi dengan


obstruksi jalan nafas,
bunyi nafas redup dengan

ekspirasi mengitak ada


inspirasi dan ekspirasi
hari
fungsi nafas (asma berat)
3. Kaji pasien untuk posisi
2. Takipnea biasanya ada
KH :
yang aman, misalnya
pada beberapa derajat
Demam menurun
peninggian kepala, tidak
Tidak ada cemas
dan dapat ditemukan
RR : normal
duduk pada sandaran
pada penerimaan setelah
Irama nafas normal4. Observasi karakteristik
Pergerakan sputum
stress/ adanya proses
batuk menetap, batuk
keluar dari jalan
infeksi akut. Pernafasan
pendek, basah. Bantu
nafas
dapat 5melambat dan
tindakan untuk
Bebas dari suara
frekuensi ekspirasi
keafektifan
nafas tambahan
memanjang di banding
memperbaiki upaya
inspirasi
batuk
3. Peninggian kepala
5. Berikan air hangat

6. Kolaborasi obat sesuai

mempermudah fungsi

indikasi bronkodilator

pernafasan dengan

Spiriva 1x1 (inhalasi)

menggunakan gravitasi
4. Batuk dapat menetap
tetapi tidak efektif,
khususnya pada klien
lansia, sakit
akut/kelemahan
5. Penggunaan cairan
hangat dapat menurunkan
spasme bronkus
6. Membebaskan spasme
jalan nafas,mengi dan

2.

Tujuan :

pertukaran gas

Pertukaran gas

kedalaman pernafasan

berhubungan

adekuat setelah

dan ekspansi dada. Catat pernafasan bervariasi

dengan

diberikan perwatan

upaya pernafasan

tergantung derajat gagal

kurangnya

selama 3 hari

termasuk penggunaan

nafas. Expansi dada

suplai O2

KH :

otot bantu pernafasan/

terbatas yang

bronchospasme1. Bernafas dengan

1. Kaji frekuensi

produksi mucus
1. Kecepatan biasanya

Gangguan

mencapai kedalaman

pelebaran nasal
2. Auskultasi bunyi nafas

, obstruksi jalan mudah


2. Tidak ada sianosis,
nafas oleh
saturasi O2 dalam
secret destruksi
batas normal
alveoli
3.

dan catat adanya bunyi


nafas seperti mengi,

berhubungan dengan
atelectasis dan atau nyeri
dada
2. Ronki dan mengi

ronchi
Tinggikan kepala dan

bantu mengubah posisi


4. Observasi pola batuk

menyertai obstruksi jalan


nafas/ kegagalan
pernafasan
3. Duduk tinggi

dan karakter secret


5. Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan latihan

memungkinkan ekspansi
paru dan memudahkan

pernafasan
batuk
4. Kongesti alveolar
6. Kolaborasi
Berikan tambahan O2
mengakibatkan batuk
Berikan terapi nebulizer

sering/iritasi
5. Dapat meningkatkan/
banyaknya sputum
dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya
bernafas
6. Memaksimalkan
bernafas dan menurunkan
kerja nafas, memberikan
kelembapan pada
membrane mukosa dan
membantu pengurangan
3

Nutrisi kurang

Tujuan :

dari kebutuhan

Kebutuhan nutrisi

tubuh

dapat terpenuhi

berhubungan

secara

dengan

adekuatsetelah

dyspnea,

diberikan

secret.
1. Kaji status nutrisi klien1. Menentukan dan
(tekstur, kulit, rambut,
konjunktiva)
2. Jelaskan pada klien

intervensi lanjutnya
2. Pastikan pengetahuan

tentang pentingnya

klien dapat menaikkan

fatigue, efek

nutrisi bagi tubuh


3. Timbang BB dan TB
perawatan selama 24. Anjurkan klien minum

samping

hari.

pengobatan

KH:

produksi

Keadaan umum

sputum,
anorexsia,
nausea/
vomiting.

membantu dalam

partisi bagi klien dalam


asuhan keperawatan
3. Penurunan BB yang

air hangat saat makan


5. Anjurkan klien makan
sedikit sedikit tapi

sering
baik, mukosa bibir
4.
6. Kolaborasi
lembab, nafsu
Konsul dengan tim gizi/
5.
makan baik, tekstur tim pendukung gizi
Berikan obat sesuai
kulit baik, klien
6.
indikasi
menghabiskan porsi
Vit. B squrb 2x1
makan yang
Antiemetic rantis 2x1

signifikan merupakan
indicator kurangnya
nutrisi
Air hangat dapat
mengurangi mual
Memenuhi kebutuhan
nutrisi klien
Menentukan kalori
individu dan kebutuhan

disediakan, bising

nutrisi dalam pembatasan


Defisiensi vitamin dapat

usus 6-12

terjadi bila protein

kali/menit, BB
dalam batas normal.

dibatasi
Untuk menghilangkan
muntah/ mual

1.7 EVALUASI
a.
b.
c.
d.
e.

Jalan nafas kembali efektif


Pola nafas kembali efektif
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Klien dapat melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddart (2002) buku ajar keperawatan medical- bedah, Jakarta :AGC
Alsagaff & Mukty Abdul (2006) Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:Airlangga
University Press
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinik proses-proses penyakit, Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai