PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Brem merupakan salah satu makanan tradisional hasil fermentasi yang enak dan
bergizi yang banyak diusahakan di Indonesia. Ada 2 macam brem yang banyak dikenal yaitu
brem padat dan brem cair atau brem Bali (Susanto dan Saneto, 1994). Menurut Kuswanto dan
Sudarmadji (1989). Brem padat dapat diperoleh dengan cara mengolah air tape ketan yang
terbentuk selama fermentasi dan dilanjutkan dengan proses pemanasan, pengadukan, dan
pencetakan. Tape ketan dapat dibuat dengan cara memasak beras ketan sampai cukup matang
yang kemudian didinginkan dan diinokulasikan dengan ragi. Brem ini mempunyai warna
putih, tekstur tidak lembek, kering dan mudah hancur di mulut.
Proses fermentasi tape ketan berlangsung selama 3 7 hari pada suhu 30C
(Anonymous, 2010). Apabila proses fermentasi berlangsung selama 2 hari, maka tape yang
dihasilkan akan kurang manis, kurang bercita rasa alkohol, tidak adanya rasa asam dan
tekstur tape masih cukup keras. Apabila proses fermentasi lebih dari 7 hari, maka rasa tape
agak keras karena mulai terbentuk alkohol dan rasanya sangat asam (Djutikah, Bintarawati
dan Pattinggi 1988).
Sampai pada saat ini, umumnya bahan yang digunakan untuk membuat brem padat
adalah beras ketan. Selain beras ketan banyak bahan pangan lainnya yang dapat dijadikan
bahan baku untuk pembuatan brem padat, antara lain tape singkong, umbi talas dan jenis
umbi-umbian lainnya yang dapat dijadikan tape terlebih dahulu.
B.
Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tengah,
dikemas
B.
C.
Kadar (%)
65,18
4,56
18,87
1,58
0,11
0,42
1,34
1.
2.
Pengukusan
Proses pengukusan dapat mensterilkan bahan baku sehingga dapat mengontrol tahap
fermentasi lebih baik. Beras yang masak atau tanak dapat diperoleh dari pengukusan selam
30 60 menit dihitung saat uap air mulai terpenetrasi ke dalam bahan. Selama pengukusan
beras akan menyerap air 7% 12% dari berat awal pengukusan. Total penyerapan air
sebanyak 35 40% dapat menghasilkan beras tanak yang baik untuk difermentasikan.
Menurut Winarno (1992), gelatinisasi pati adalah proses pembengkakan granula pati
yang bersifat irreversibble. Apabila suspensi pati dalam air dipanaskan akan terjadi tiga
tahapan pengembangan granula. Tahap pertama terjadi di air dingin, garnula pati akan
menyerap air sebanyak 25% - 30% dari beratnya. Tahap ini bersifat reversibble. Tahap kedua
terjadi pemanasan sampai suhu 65C. Pada tahap ini mulai terjadi pembengkakan granula
yang bersifat irreversibble. Selama fase ini terlihat perubahan granula dan sebagian besar
molekul pati terlarut terlepas keluar dari granula. Tahap ketiga terjadi pada pemanasan di atas
65C. Pada fase ini terjadi pembengkakan garnula pati yang luar biasa dan pada akhirnya
granula pati akan pecah.
3.
dengan
waktu
fermentasi
yang
cukup
panjang
(Harijono, Wijayana,
Menurut Fardiaz, Sasmito dan Sugiyono (1996) proses utama pada fermentasi tape
terbagi dua tahap yaitu, tahap pertama merupakan pemecahan pati menjadi gula sederhana
yang menimbulkan rasa manis dan membentuk cairan dimana konversi pati menjadi gula
sederhana dilakukan oleh kapang dengan enzim amilase. Tahap berikutnya fermentasi
sebagian gula menjadi asam organik, alkohol dan senyawa- senyawa cita rasa. Konversi gula
menjadi alkohol dilakukan oleh khamir. Pemecahan gula menjadi alkohol ini melalui proses
yang disebut glikolisis dimana gula diubah menjadi etil alkohol. Proses glikolisis ini
cenderung terjadi pada kondisi anaerob. Proses esterifikasi pada fermentasi tape antara asam
dan alkohol menghasilkan ester yang membentuk cita rasa khas tape.
4.
5.
Pengadukan
Proses pengadukan bertujuan untuk memperoleh kristal kristal yang baik,
pengadukan yang kuat pada larutan pekat akan menimbulkan kristal kristal kecil dengan
tekstur halus. Apabila larutan tersebut mencapai titik jenuh maka kristal akan terbentuk
karena adanya tenaga yang menyebabkan bergabungya komponen komponen terlarut
membentuk inti kristal.
6.
Pengemasan
Pengemasan brem tergolong sederhana. Apabila menggunakan pengemasan biasa,
produk diletakkan di atas kertas roti dan karton, kemudian dimasukkan ke dalam kantong
plastik jenis Low Density Polyethylene (LDPE).
Tabel 1. Standar Mutu Brem Padat Indonesia
Kadar Air
Kadar Abu
Jumlah Karbohidrat dihitung sebagai Pati
Pemanis Buatan Tidak ternyata Derajat asam (ml NaoH
1 N/100 gram)
Max 16%
Max 0,5%
60 70 %
Max 15 %
Max 1 %
0
0
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Brem padat adalah suatu produk hasil fermentasi dari ketan oleh khamir yang
dikeraskan.
2. Bahan baku pembuatan brem yaitu umumnya beras ketan dan juga umbia-umbian
seperti singkong dan umbi talas yang dapat diolah menjadi tape.
3. Tahap pembuatan brem meliputi pencucian dan perendaman, pengukusan, peragian dan
fermentasi, pengepresan dan pemekatan, pengadukan, dan pengemasan.
4. Perubahan yang terjadi selama pembuatan brem yaitu karbohidrat dirubah menjadi gula
oleh enzim amilase. Gula yang terbentuk diubah menjadi alkohol dan karbondiosida
(CO2). Kombinasi alkohol dengan asam memberikan sensasi rasa tersendiri pada brem
yang terbentuk.
5.
Brem padat biasanya memiliki warna kecokelatan disebabkan karamelisasi gula dan
reaksi Maillard. Karamel terbentuk akibat pemanasan gula pereduksi pada suhu yang
cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA