Anda di halaman 1dari 6

PROLAPSUS UTERI

Posted on April 16, 2008 by harnawatiaj


1. Pengertian
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan kolpokel pasca
histerektomia merupakan bagian dari bentuk-bentuk Prolapsus Vagina.
Sedangkan Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara
dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi
ada enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya
dan kurang ketegangannya.
Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.
Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi
dinding vagina bawah pada kala II, penatlaksanaan pengeluaran plasenta ,
reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena
itu prolapsus uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.
2. Klasifikasi Prolapsus Uteri
Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus

uteri terdapat

perbedaan

pendapat antara lain ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan


beberapa macam klasifikasi yang dikenal yaitu :
a.Prolapsus uteri TK I dimana servik uteri turun sampai introitus vaginae;
Prolapsus uteri TK II, dimana servik menonjol keluar dari introitus vaginae ;
Prolapsus uteri TK III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga
dinamakan Prosidensia uteri.
b.Prolapsus uteri TK I, servik masih berada di dalam vagina ; Prolapsus uteri
TK III, servik keluar dari introitus, sedang pada Prosidensia uteri, uterus
seluruhnya keluar dari vagina.
c.Prolapsus uteri TK I, servik mencapai introitus vaginae ; Prolapsus uteri TK
II , uterus keluar dari introitus kurang dari bagian ; Prolapsus uteri TK III,
uterus keluar dari introitus lebih besar dari bagian.

d.Prolapsus uteri TK I, servik mendekati prosessus spinosus; Prolapsus uteri


TK II, servik terdapat antara Proc. Spinosus dan introitus vaginae ; Prolapsus
uteri TK III , servik keluar dari introitus.
e.Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi d, ditambah dengan Prolapsus uteri
TK IV (Prosidensia Uteri).
3. Patologi
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Prolapsus uteri terdapat dalam
berbagai tingkat, dari yang paling ringan sampai Prolapsus uteri totalis.
Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan pervagina yang susah
dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligamen yang tergolong dalam fasia
endopelvik dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam
keadaan

tekanan

memudahkan

intraabdominalyang

penurunan

uterus,

meningkat

terutama

dan

apabila

kronik

tonus

akan

otot-otot

mengurang seperti pada penderita dalam menopouse.


Servik uteri teletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita
tersebut. Dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia dibagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma
obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencingsehingga menyebabkan
penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel.
Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena
persalinan berikutnya, yang kuerang lancar, atau yang diselesaikan dalam
penurunan dan menyebabkan urethrokel. Urethrokel harus dibedakan dari
divertikulum urethra. Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung
kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang, yang membuat
kantong antara urethra dan vagina.
Kekendoran fasia dibagian belakang dindingvagina oleh trauma obstetrik
atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rektum kedepan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang
dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding

vagina tas bagian belakang turun dan menonjol kedepan. Kantong hernia ini
dapat berisi usus atau omentum.
4. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit, merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk
prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan pada janin pada
pembukaan

belum

lengkap,

prasat

Crede

yang

berlebihan

untuk

mengeluarkan plasenta dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika


prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau dalam masa nifas.
Asdites dan tumor-tumor didaerah pelvis mempermudah terjadinya hal
tersebut. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, factor penyebabnya
adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.
5. Gejala-Gejala Klinik
Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadangkala penderita
yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai :
a.Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol digenitalia
eksterna.
b.Rasa sakit dipanggul dan pinggang(Backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c.Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala :
1). Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, ke mudian
lebih berat juga pada malam hari.
2). Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya.
3). Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk,
mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang
besar sekali.

d.Retrokel dapat menjadi gangguan pada defakasi :


1). Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2). Baru dapat defakasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
e.Prolapsus uteri dapat menyababkan gejala sebagai berikut :
1). Pengeluaran servik uteri dari vulva mengganggu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet
sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
2). Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah servik dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
f.Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa
penuh di vagina.
6. Diagnosis
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekolik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Friedman dan
Little (1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut :
Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah servik uteri sudah keluar dari vagina. Selanjutnya
dengan

penderita

panjangnya

servik

berbaring
uteri.

pada

Servik

posisi
uteri

litotomi,
yang

ditentukan

lebih

panjang

pula
dari

biasanyadinamakan Elongasio kolli


Pada sistokel dijumpai didinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan .
Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu
diarahkan kedalam sistokel, dapat diraba keteter tersebut dekat sekali pada
dinding vagina. Urettrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel, dekat pada
OUE.
Menegakkan diagnosis retrokel mudah, yaitu menonjolnya rectum kelumen
vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang
dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri. Untuk memastikan diagnosis,

jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapat diraba dinding


retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen vagina
lebih atas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rekruim lurus, ada
benjolan ke vagina terdapat diatas rectum.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai Prolapsus uteri adalah :
a.Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri.
b.Dekubitus.
c.Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli.
d.Gangguan miksi dan stress incontinence.
e.Infeksi jalan kencing.
f.Kemandulan.
g.Kesulitan pada waktu partus.
h.Hemoroid.
i.Inkarserasi usus halus.
8. Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan terutama bila kala pengeluaran dan kalau
perlu dilakukan elektif (umpamanya foceps dengan kepala sudah didasar
panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau
kerusakan jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar
dihindarkan

penderita

meneran

sebelum

pembukaan

lengkap

betul,

menghindari paksaan dalam mengeluiarkan plasenta (perasat Crede),


mengawasi involusi uterus pasca persalinan tetap baik dan cepat, serta
mencegah atau mengobati hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik. Menghindari benda-benda
yang berat. Dan juga menganjurkan agar penderita jangan terlalu banyak
punya anak atau sering melahirkan.

9. Pengobatan Medis
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.
Cara ini
dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan, atau penderita masih ingin
mendapat anak lagi, atau penderita menolak untuk dioperasi, atau
kondisinya tidak mengijinkan untuk dioperasi.
a.Latihan-latihan otot dasar panggul.
b.Stimulasi otot-otot dengan alat listrik.
c.Pengobatan

dengan

pessarium,

dengan

indikasi

kehamilan,

bila

penderita belum siap untuk dilakukan operasi, sebagai terapi tes, penderita
menolak untuk dioperasi, untuk menghilangkan simpton yang ada sambil
menunggu waktu operasi dapat dilakukan.
Pengobatan Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan Prolapsus vagina. Maka, jika
dilakukan pembedahan untuk Prolapsus uteri, Prolapsus vagina perlu
ditangani

pula.

Adsa

kemungkinan

terjadi

Prolapsus

vagina

yang

membutuhkan pembedahan, padahal tidak ada Prolapsus uteri, atau


Prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu dioperasi. Indikasi untuk
melakukan operasi pada Prolapsus vagina adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan opersi pada Prolapsus uteri tergantung dari
beberapa factor, seperti umur penderita, keinginannya untuk mendapat
anak atau untuk mempertahankan uterus, tingkat prolapsus dan adanya
keluhan.
(Sumber : Wiknjosastro Hanifa, Prof, dr. DSOG, Kelainan letak alat-alat
genital dalam Ilmu Kandungan, Cetakan Ke III, Penerbit Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 1999).

Anda mungkin juga menyukai