PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejarah tentang terorisme berkembang sejak berabad lampau. Hal ini ditandai
dengan bentuk kejahatan murni berupa pembunuhan dan ancaman yang bertujuan
untuk mencapai tujuan tertentu. Perkembangannya bermula dan bentuk fanatisme
aliran kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang
dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap penguasa yang
dianggap sebagai tiran. Pembunuhan terhadap individu ini sudah dapat dikatakan
sebagai bentuk murni dari terorisme dengan mengacu pada sejarah terorisme modern
Terorisme muncul pada akhir abad 19 dan menjelang terjadinya Perang
Dunia-I dan terjadi hampir di seluruh permukaan bumi. Sejarah mencatat pada tahun
1890-an aksi terorisme Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir dengan
bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada PD-I.
Perkembangan kejahatan terorisme global telah menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan baik modus, kuantitas maupun kualitasnya, Indonesia tidak
lepas dari sasaran terorisme. Terungkap fakta adanya keterkaitan jaringan militan
lokal dengan jaringan internasional. Selain ancaman terorisme, ancaman non
tradisional lainnya yang muncul saat ini telah merebak pula lewat pintu sendi
kehidupan bangsa. Aktivitas teroris telah membidik dan memanfaatkan ideologi dan
agama bagi masyarakat dunia sebagai garapan agar memihak kepada perjuangan
mereka. Oleh sebab itu perlu ditangani secara bijak. Untuk mencegah dan
menanggulangi segala bentuk tindakan dan kegiatan teroris, Pemerintah Indonesia
menyikapi fenomena terorisme secara arif, menganilisis berbagai aspek kehidupan
bangsa saat ini, guna memerangi aksi terorisme, bersama dunia internasional.
Berbagai usaha yang dilakukan bahkan setelah terjadi Bom Bali 1
pemerintahan RI membentuk suatu ketentuan undang-undang yang dinamakan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor.15 Tahun 2003 Tentang Penetapan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terorisme
Terorisme
adalah
serangan-serangan
terkoordinasi
yang
bertujuan
pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil. Menurut beberapa versi terorisme adalah sebagai berikut :
Menurut Konvensi PBB tahun 1937, Terorisme adalah segala bentuk tindak
kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan
bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat
luas.
US Department of Defense tahun 1990. Terorisme adalah perbuatan melawan
hukum atau tindakan yang mengan-dung ancaman dengan kekerasan atau paksaan
terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah
atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau idiologi.
TNI - AD, berdasarkan Bujuknik tentang Anti Teror tahun 2000. Terorisme
adalah cara berfikir dan bertindak yang menggunakan teror sebagai tehnik untuk
mencapai tujuan.
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak
menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung
makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan
dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya (teroris) layak
mendapatkan pembalasan yang kejam.
James H.Wolfe (1990) menyebutkan beberapa karakteristik terorisme sebagai
berikut:
1. Terorisme dapat didasarkan pada motivasi yang bersifat politis maupun
nonpolitis.
2. Sasaran yang menjadi obyek aksi terorisme bisa sasaran sipil (super market,
mall, sekolah, tempat ibadah, rumah sakit dan fasilitas umum lainya) maupun
sasaran non-sipil.
3. Aksi terorisme dapat ditujukan untuk mengintimidasi atau mempengaruhi
kebijakan pemerintah negara.
4. Aksi terorisme dilakukan melalui tindakan yang tidak menghormati hukum
internasional atau etika internasional.
5. Serangan yang dilakukan dengan sengaja untuk membinasakan penduduk sipil
seperti yang terjadi di Kuta adalah pelanggaran hukum internasional.
Penanggulangan tindak terorisme demi persatuan NKRI
57 rusak ringan.
Bom malam Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom
pada malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut
nyawa 16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37
mobil rusak.
4. Pada Tahun 2001
Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan
Pejaten, Jakarta.
5. Pada Tahun 2002
Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di
depan rumah makan ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas
dan seorang lainnya luka-luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi
4.
5.
6.
7.
untuk
mencegah
rekrutmen
kelompok
teroris
serta
10
11
Peningkatan kemampuan
12
teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri, dan BIN. Selanjutnya, kerja
sama internasional sangat perlu untuk ditingkatkan karena terorisme merupakan
permasalahan lintas batas yang memiliki jaringan dan jalur yang tidak hanya
ada di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
badan
ekstra
semacam
lembaga
anti
terorisme
nasional
yang
pengawakannya ditangani secara terpadu antara TNI dan Polri serta unsur
masyarakat dengan dibawah satu komando pengendali. Selain itu dengan dasar
hukum yang kuat diharapkan mampu melindungi berbagai kepentingan baik
kepentingan publik maupun hak-hak asasi manusia.
3.2 Saran
Penanggulangan tindak terorisme demi persatuan NKRI
14
15