PENGANTAR
1.2 Latar Belakang
Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang difokuskan
pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang antara lain
diukur dengan besaran produk domestik bruto (PDRB) pada tingkat nasional dan produk
domestik regional bruto untuk daerah, baik tingkat I maupun tingkat II. Scumpeter tahun
1961 (lihat Budiono,1992:48) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dikaitkan
sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah
faktor produksi. Pertumbuhan ekonomi menurutnya adalah suatu sumber kenaikan
output.
Salah satu komponen yang mempengaruhi kenaikan output tersebut adalah
pengeluaran pemerintah. Syafrizal (1997:27-38) menyatakan bahwa untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah
mengusahakan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki oleh propinsi (daerah) yang
bersangkutan, mengingat potensi masing-masing daerah bervariasi maka sebaiknya
masing-masing daerah harus menentukan kegiatan sektor dominan (unggulan).
besar, yaitu; 1) peranan alokasi, yaitu peranan pemerintah dalam alokasi sumber-sumber
ekonomi; 2) peranan distribusi, dan; 3) peranan stabilisasi. Pada kebanyakan negara
berkembang pelaksanaan 3 peran pemerintah ini banyak menghadapi kendala dan
permasalahan dalam rangka akselerasi pertumbuhan ekonomi, terutama apabila
dihadapkan pada masalah pembangunan daerah. Salah satu indikator dari pertumbuhan
ekonomi regional tercermin pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Tabel 1
Perkembangan PDRB Propinsi Lampung Tahun 1993-1998
Atas Dasar Harga Konstan 1993 (%)
(dalam juta rupiah)
TAHUN
1993
1994
1995
1996
1997
1998
JUMLAH
RATA-RATA
PDRB
5.410.530
5.796.541
6.404.819
6.914.211
7.201.338
6.701.179
31.727.432
PERTUMBUHAN
(%)
7.13
10.5
7.95
4.15
-6.94
22.79
4.55
kewenangan
lebih
besar kepada
pemerintah
untuk mengalokasikan
ekonomi
daerah.
Bantuan yang
bersifat khusus
penggunaannya
BELANJA
PEMBANGUNAN
41.239.281
51.077.906
64.256.678
75.955.503
73.255.994
75.874.589
340.420.670
PERTUMBUHAN
(%)
23.86
25.80
18.21
-3.55
3.57
67.89
13.58
periode
1993/1994-1998/1999
perkembangan
anggaran
belanja
pembangunan walaupun tidak terlalu tinggi namun cukup menggembirakan yakni ratarata sebesar 13,58%. Namun dari tabel 2, hal menarik yang perlu diperhatikan adalah
apabila pada perkembangan PDRB dari periode 1997-1998 terjadi penurunan yakni dari
4,15% pada tahun 1997 menjadi minus 6,95%, pada periode yang sama untuk
perkembangan Anggaran belanja pembangunan mengalami peningkatan yakni, minus
3,55% untuk tahun 1997(1997/1998) dan meningkat menjadi 3,57 pada tahun 1998
(1998/1999). Kondisi seperti ini merupakan suatu fenomena baru dan menarik untuk
diperhatikan. Dengan tetap mengedepankan dampak krisis ekonomi sebagai akibat
utama, fenomena lain yang secara kasat mata menarik untuk dikaji adalah upaya
meningkatkan anggaran belanja pembangunan sebagai alat kebijakan fiskal dari
Pemerintah Propinsi Lampung ternyata direspon secara kontra produktif oleh PDRB,
sehingga tidak dapat dipersalahkan apabila opini yang berkembang bahwa kebijakankebijakan fiskal yang dilancarkan oleh pemerintah daerah pada periode tersebut tidak
tepat sasaran sehingga pertumbuhan ekonomi dalam suasana krisis tidak dapat terwujud.
Menurut Shah (1992) salah satu sebab mengapa pengeluaran pemerintah daerah
pengaruhnya tidak begitu besar di dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi daerah
adalah dikarenakan pengeluaran pemerintah tersebut belum mencerminkan keinginan riil
masayarakat, yang mengakibatkan alokasi pengeluaran pemerintah tersebut menjadi tidak
efektif dan efisien.
Selanjutnya berdasarkan tinjauan PDRB Propinsi Lampung (1993-1997)
menyatakan bahwa berdasarkan
anggaran
belanja
pembangunan
yang
selanjutnya
mentargetkan
3. Said Abdullah (2001) meneliti peran sektor publik terhadap pertumbuhan ekonomi
regional di Indonesia, dengan menggunakan variabel PDRB sebagai variabel
dependen dan variabel Pengeluaran rutin, pengeluaran pembangunan, penerimaan
dari pajak daerah dan bukan pajak daerah sebagai variabel independen, menemukan
bahwa pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, pengeluaran rutin berpengaruh positif namun sangat kecil sedangkan
penerimaan dari pajak dan bukan pajak daerah berpengaruh negatif.
Penelitian ini merupakan replikasi dari konstruksi pemikiran yang terdapat pada
penelitian-penelitian tersebut di atas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya terletak pada, lingkup penelitian, daerah penelitian, periode waktu penelitian,
variabel yang digunakan serta model yang digunakan. Selanjutnya pada penelitian ini
dengan menggunakan data time series (runtun waktu) akan diukur pengaruh
pengalokasian anggaran belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
memasukkan variabel investasi swasta dan tenaga kerja sebagai variabel independen yang
juga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk :
1. Untuk melihat pengaruh pengalokasian anggaran belanja pembangunan terhadap
pertumbuhan ekonomi Propinsi lampung.
2. Untuk mengukur seberapa besar kontribusi anggaran belanja pembangunan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Bab III Analisis Data, berisi cara penelitian, data dan sumber data, definisi operasional
variabel yang diamati, dskripsi hasil penelitian dan hasil analisis dan
pembahasan.
Bab IV Kesimpulan dan Saran, pada bab ini berisi uraian mengenai kesimpulan dan
saran berdasarkan hasil analisis dan pembahasan.