Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur.1 Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu
mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang
tidak bersamaan. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau
ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi, dan
penyakit tertentu (Diabetes Mellitus). Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat
bawaan), karena itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.2
Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di
dunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk
Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai
1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak, dengan prevalensi
terbesar disebabkan oleh katarak senilis/ ketuaan.3
Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal
terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan
dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak
biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan
yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang
bertingkat (progresif). Menurut Istiantoro, katarak terjadi sebagai akibat dari
penuaan sel. Katarak merupakan suatu penyakit yang hampir tidak bisa dicegah,
namun dapat disembuhkan melalui tindakan operasi.3
Meskipun

tergolong

penyakit

yang

ditakutkan,

operasi

katarak

membutuhkan waktu relatif singkat, yaitu 30-40 menit saja.2 Operasi katarak
merupakan operasi yang mudah dan aman bagi kebanyakan orang. Namun, sama
seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi seperti

pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan pembedahan
lebih lanjut.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Katarak
Katarak termasuk penyakit yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang
terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata.
Katarak terjadi karena faktor usia, namun dapat juga terjadi pada anakanak yang lahir dalam kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah
trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. 1,2

Gambar 2. Mata dengan katarak.


B. Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna,
dan hampir transparan semua. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9
mm. Di belakang iris, lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari
badan siliar. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa
pada bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan
membran dasar yang melindungi nukleus, korteks, dan epitel lensa. 65%
lensa terdiri atas air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi

diantara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit mineral. Kandungan kalium


lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain.3
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan
transparan tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel
lensa. Kapsul ini mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk
lensa pada saat akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di
bagian anterior dan posterior zona preekuator, dan bagian paling tipis
berada di bagian tengah kutub posterior.3
2. Serat Zonula
Lensa terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar.
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa.3
3. Epitel Lensa
Tepat dibelakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel
epitel. Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang
dilakukan sel-sel lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan
lipid. Sel-sel tersebut juga dapat membentuk ATP untuk memenuhi
kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel yang baru terbentuk akan menuju
equator lalu berdiferensiasi menjadi serat lensa.3
4. Nukleus dan korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan
akan menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah
lensa. Serat-serat yang baru akan membentuk korteks dari lensa.3
C. Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous
humour sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan
produknya. Namun hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous
humour. Oleh karena itu, sel-sel yang berada ditengah lensa membangun

jalur komunikasi terhadap lingkungan luar lensa dengan membangun low


resistance gap junction antar sel.3
1. Keseimbangan Elektrolit dan Air di dalam lensa
Lensa normal mengandung 65% air, dan jumlah ini tidak banyak
berubah seiring bertambahnya usia. Sekitar 5% dari air di dalam lensa
berada di ruang ekstrasel. Konsentrasi sodium di dalam lensa adalah
20M dan pottasium sekitar 120M. Konsentrasi sodium dan pottasium di luar
lensa lebih tinggi.3
Keseimbangan elektrolit antara lingkungan dalam dan luar lensa sangat
tergantung dari permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa sodium, Na+,
K+-ATPase. Inhibisi Natrium Kalium ATPase dapat mengakibatkan hilangnya
keseimbangan elektrolit dan meningkatnya air di dalam lensa.3
Keseimbangan Kalsium juga sangat penting bagi lensa. Konsentrasi Kalsium
yang normal di dalam sel adalah 30 M, sedangkan diluar lensa 2 M. Perbedaan
konsentrasi Kalsium ini diatur sepenuhnya oleh Kalsium ATPase. Hilangnya
keseimbangan Kalsium ini dapat menyebabkan depresi metabolisme glukosa,
pembentukan protein high molecular weight, dan aktivasi protease destruktif.3
Transpor membran dan permeabilitas sangat penting untuk kebutuhan nutrisi
lensa. Asam amino aktif masuk ke dalam lensa melalui pompa sodium yang berada
di sel epitel. Glukosa memasuki lensa secara difusi terfasilitasi, tidak langsung
seperti sistem transpor aktif.3
2. Akomodasi lensa
Mekanisme yang dilakukan oleh mata untuk mengubah fokus dari benda jauh
ke benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh
badan siliar terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan yang
terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.3
Saat m. cilliaris berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa
menjadi lebih cembung, ketebalan axial lensa meningkat, dan terjadi akomodasi.
Saat m cilliaris relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih, dan kekuatan
dioptri menurun.2
Tabel 1. Perubahan yang terjadi pada saat akomodasi
Akomodasi

Tanpa akomodasi

M. cilliaris
Ketegangan serat zonular
Bentuk lensa
Tebal axial lensa
Dioptri lensa

Kontraksi
Menurun
Lebih cembung
Meningkat
Meningkat

Relaksasi
Meningkat
Lebih pipih
Menurun
Menurun

Terjadinya akomodasi dipersarafi oleh saraf simpatik cabang Nervus


Occulomotorius. Obat-obat parasimpatomimetik (pilocarpin) memicu akomodasi,
sedangkan obat-obat parasimpatolitik (atropin) memblok akomodasi. Obat-obatan yang
menyebabkan relaksasi otot ciliar disebut cyclopegik.2
D. Etiologi Dan Patofisiologi
Lensa sebagian besar terbuat dari air dan protein. Protein tertentu
dalam lensa bertanggung jawab untuk menjaga kejernihannya. Selama
bertahun-tahun,

struktur

protein

lensa

yang

berubah,

akhirnya

menyebabkan kekeruhan bertahap lensa. Jarang, katarak dapat hadir pada


saat lahir atau pada anak usia dini sebagai akibat dari cacat keturunan
enzim, dan trauma parah pada mata, operasi mata, atau peradangan
intraokular juga dapat menyebabkan katarak terjadi lebih awal dalam
kehidupan. Faktor lain yang dapat menyebabkan perkembangan katarak
pada usia lebih dini meliputi paparan berlebihan cahaya ultraviolet,
diabetes, merokok, atau penggunaan obat-obatan tertentu, seperti steroid
oral, topikal, atau inhalasi. Obat lain yang lebih lemah kaitannya dengan
katarak termasuk penggunaan jangka panjang statin dan fenotiazin.3
Etiologi katarak kongenital yang paling umum termasuk infeksi
intrauterin, gangguan metabolisme, dan sindrom genetik ditransmisikan.
Sepertiga dari katarak pediatrik sporadis, mereka tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik atau mata. Namun, mereka mungkin mutasi
spontan dan dapat menyebabkan pembentukan katarak pada keturunannya
pasien. Sebanyak 23% dari katarak kongenital adalah familial. Cara
transmisi yang paling sering adalah autosomal dominan dengan penetrasi
yang lengkap. Jenis katarak mungkin muncul sebagai katarak total, katarak

polar, katarak lamelar, atau opasitas nuklear. Semua anggota keluarga


dekat harus diperiksa. Infeksi penyebab katarak termasuk rubella (yang
paling umum), rubeola, cacar air, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes
zoster,

poliomyelitis,

influenza,

virus

EpsteinBarr,

sifilis,

dan

toksoplasmosis.4
Penyebab terjadinya katarak senilis hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Patofisiologi di balik terjadinya katarak senilis amat kompleks dan belum
sepenuhnya dimengerti. Namun ada beberapa kemungkinan di antaranya
terkait usia lensa mata yang membuat berat dan ketebalannya bertambah,
sementara kekuatannya menurun. Kerusakan lensa pada katarak senilis
juga dikaitkan dengan kerusakan oksidatif yang progresif. Beberapa
penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized
glutathione dan penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase.
Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis.5
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsula anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan . Di sekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus.
Opasitas pada kapsul poterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai
influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.

Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.3
E. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum diklasifikasikan berdasarkan: Morfologi, Maturitas,
dan Age of Onset.1
Morfologi
Katarak Nuklear
Pada katarak nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa
dan menjadikan nukleus lensa menjadi berwarna kuning
dan opak. Katarak ini lokasinya pada bagian tengah lensa
atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras
(sklerosis), berubah menjadi kuning sampai coklat.
Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk
yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh lebih
dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik
(miopisasi).
Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari
korteks lensa serta komposisi air dari serat-serat pembentuk
lensa. Katarak menyerang pada lapisan yang mengelilingi
nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul usia 40-60
tahun dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat
daripada katarak nuklear.
Katarak subcapsularis
Kekeruhan mulai dari kecil, daerah opak hanya dibawah
capsul, dan biasanya ada di belakang lensa. Pasien merasa
sangat terganggu saat membaca di cahaya yang terang dan
biasanya melihat halo pada malam hari. Dibagi menjadi
katarak subcapsularis posterior dan Subcapsularis anterior.
Pada Subcapsularis posterior biasanya terdapat pada pasien
DM, Myotonic Dystrophy, dan steroid. Sedangkan pada

subcapsularis anterior biasanya terdapat pada Glaukoma


sudut

tertutup

akut

(Glaukomfleckens),

toksisitas

amiodaron, miotic, dan Wilson disease.


Katarak Capsularis
Dibagi menjadi 2 jenis:
Anterior Capsular
1. Congenital : Kelainannya di membran pupil
yang tidak dapat lepas pada waktu lahir.
2. Acquired : Pseudoexfloation syndromes,
Chlorpromazine, yang disertai dengan sinekia
posterior
Posterior Capsular
Congenital : Persisten hyaloid membran. Seperti ada
hubungan kapsul posterior dengan retina yang

seharusnya menghilang sejak lahir.


Katarak Lammelar
Katarak Sutural
Maturitas
Katarak Insipiens : Kekeruhan dimulai dari tepi equator
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Pada katarak
subcapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat di anterior
subcapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks yang berisi jaringan degeneratif pada katarak
insipiens. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh
karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa, bla dilakukan uji bayangan iris akan positif. Bentuk
ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.1
Katarak Intumesen: Katarak yang terjadi akibat lensa yang
menarik air sehingga menjadi cembung. Masuknya air ke
dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar
yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal
dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan

dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya


terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan mipopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa
akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol
pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.1
Katarak Immatur : Kekeruhan hanya mengenai sebagian
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif,
pada stadium ini terjadi hidrasi kortks yang mengakibatkan lenas
menjadi cembung sehingga memberikan perubahan indeks refraktsi
dimana mata kaan menjadi miopi. Kecembungan ini akan
mengakibatkan dorongan pada iris kedepan sehingga bilik mata
depan akan semakin sempit dan menimbulkan hambatan pupil yang
berpotensi menjadi glaukoma sekunder. Uji bayangan iris pada
keadaan ini positif1
Katarak matur : Kekeruhannya telah mengenai seluruh
lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. proses degenerasi berjalan terus menerus akan
terjadi pengeluaran air bersama sama hasil desintegrasi
melalui kapsul , didalam stadium ini lensa akan berukuran
normal,iris tidak terdorong kedepan dan bilik mata depan
akan mempunyai kedalaman normal kembali. Lensa
berwarna putih keruh akibat perkapuran menyeluruh karena
deposit kalsium.Bila dilakukan uji bayangan iris akan
terlihat negatif.1
Katarak hipermatur: Katarak yang mengalami proses
degenerasi lanjut, lensa menjadi cair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa. Masa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat

10

bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa, kadang kadang


pengerutan berlanjut sehingga hubungan dengan zonula
Zinn menjadi kendor. Bila proses berjalan terus disertai
dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar sehingga korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih
berat (keadaan ini disebut Katarak Morgagni). Uji
bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.1
Tabel 2. Perbedaan stadium katarak1

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatu
r

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

(air masuk)
Iris
Bilik

Normal

(air keluar)

Terdorong

Normal

Tremulans

mata Normal

Dangkal

Normal

Dalam

bilik Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Pseudops

depan
Sudut
mata
Shadow test

11

Penyulit

Glaukoma

Uveitis
Glaukoma

Age of Onset
Katarak Congenital: Beberapa bayi ada juga yang lahir
dengan katarak, tetapi orang tua kurang memperhatikan dan
baru terlihat ketika usianya sudah 3 bulan. Semakin lambat
dioperasi prognosis semakin buruk. Jika dapat melihat
biasanya

ambliopia

dan

tidak

maksimum.

Katarak

kongenital sebaiknya dioperasi sebelum usia 2 bulan.


Katarak Infantil merupakan kelanjutan dari katarak
kongenital di mana usia penderita di bawah 1 tahun.
Katarak Juvenile terjadi pada usia di bawah 9 tahun dan
biasanya kelanjutan dari katarak kongenital
Katarak Presenile terjadi pada usia lebih dari 9 tahun
Katarak senile terjadi pada usia lebih dari 50 tahun.
Kebanyakan katarak yang kita jumpai adalah jenis ini

akibat proses degeneratif.


Katarak lainnya
Katarak komplikata: Merupakan katarak akibat penyakit
mata lain seperti radang, dan proses degenerasi seperti
ablasi retina ,retinitis pigmentosa , glaucoma, pasca bedah
mata,dapat juga disebabkan penyakit system endokrin
seperti diabetes mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia dan
miotonia distrofi ).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana
mulai katarak selamanya didaerah bawah kapsul atau pada
lapis korteks, kekeruhan dapat difus , pungtata ataupun
linier, dapat berbentuk rosete,reticulum dan biasanya
terlihat vakuol.
Bentuk katarak komplikata:

12

a. Kelainan pada polus posterior mata


Terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis pigmentosa,
ablasio retina, kontusio retina dan myopia tinggi yang
mengakibatkan kelainan badan kaca, biasanya kelainan
ini berjalan aksial yang biasanya tidak berjalan cepat
didalam nucleus sehingga sering terlihat nucleus lensa
tetap jernih.
b. Kelainan pada polus anterior bola mata
Biasanya akibat kelainan kornea berat ,iridosiklitis ,
kelainan neoplasma dan glaukoma.Pada iridosiklitis
akan mengakibatkan katarak subskapularis anterior.
Katarak komplikata yang disebabkan Diabetes Mellitus,
dapat terjadi dalam 3 bentuk :
a. Pasien

dengan

dehidrasi

berat

,asidosis

dan

hiperglikemia nyata, pada lensa akan terlihat kekeruhan


berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.Bila dehidrasi
lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan
hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal
kembali.
b. Pasien diabetes juvenil yang tidak terkontrol , dimana
terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48
jam , bentuk dapat snow flake atau bentuk piring
subkapsular.

13

c. Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran


secra histologikdan biokimia sama dengan katarak
pasien non diabetik.
Katarak Traumatik: Paling sering akibat cedera benda asing
dilensa atau trauma tumpul terhadap bola mata.Lensa
menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan
kadang korpus vitreus masuk kedalam struktur lensa.Pasien
mengeluh penglihatan kabur secara mendadak. Mata
menjadi merah , lensa opak dan mungkin terjadi perdarahan
intra okular, apabila humor aqueus dan korpus vitreus
keluar dari mata , mata menjadi sangat lunak.
Penatalaksanaan katarak traumatik, yaitu:
1. Benda asing yang masuk harus segera dikeluarkan atau
setelah peradangan mereda.
2. Diberikan antibiotik sistemik dan Topikal kortikosteroid
topikal untuk memperkecil terjadinya infeksi dan uveitis
3. Atropin Sulfat 1 % untuk menjaga pupil tetap berdilatasi
dan mencegah pembentukkan sinekia posterior.

F.

Manifestasi Klinis 1,5


Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan
riwayat kemunduran secara progresif dan gangguan dari penglihatan.
Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak
ketika pasien datang.
1. Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering
dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.

14

2. Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan


sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau
pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam
hari.
3. Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan
kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang
hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan
peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan
kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara
khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada
katarak subkortikal posterior atau anterior.
4. Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan
gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau
ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan
diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,
prisma, atau lensa kontak
5. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut dan lensa mata tampak
berwarna keputihan
6. Ukuran kacamata sering berubah
G. Diagnosis
Diagnosa katarak senilis dibuat berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk
mendeteksi adanya penyakit-penyakit yang menyertai, contohnya:
Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan cardiac anomalies. Penyakit seperti
Diabetes Mellitus dapat menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga
perlu dideteksi secara dini dan bisa dikontrol sebelum operasi.
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak
subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan

15

adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk


terhadap penyakit pasien dan prognosis penglihatannya. Pemeriksaan yang
sangat penting yaitu test pembelokan sinar yang dapat mendeteksi pupil
Marcus Gunn dan defek pupil aferen relatif yang mengindikasikan lesi
saraf optik.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi
opasitas lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva,
kornea, iris, bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan
hati-hati, gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah
pemberian dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga
dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya
trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur.
Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan oftalmoskopi direk dan
indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang harus dinilai.
Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan penglihatan.
1,5

H. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi
jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan.
Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada
obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa. Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah
berkembang

dari

metode

yang

kuno

hingga

tehnik

hari

ini

phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang


digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi.
Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa
yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract
ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang

16

tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu
ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.1,5
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) / Ekstraksi Katarak
Intra Kapsuler (EKIK)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Operasi ini lebih susah untuk sembuh karena luka
insisi yang sangat lebar sekitar 160-1800, IOL harus diletakkan di
camera oculi anterior atau dijahit di posterior, dan resiko terjadi
komplikasi atau penyulit lebih besar. Penyulit yang dapat terjadi pada
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
kebocoran vitreus, dan perdarahan.
2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) / Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit

17

yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak
sekunder.
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi
ekstrakapsular yang disukai untuk sebagian besar operasi katarak di
Amerika Serikat sejak tahun 1990-an, EKEK konvensional atau
standar dianggap kurang berisiko untuk pasien dengan katarak yang
sangat keras atau jaringan epitel kornea yang lemah. Getaran
ultrasound yang digunakan dalam phakoemulsifikasi cenderung
menimbulkan stress kornea.
Sebuah
ekstraksi
katarak

ekstrakapsular

konvensional

membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk dilakukan. Setelah


daerah sekitar mata telah dibersihkan dengan antiseptik, kain steril
digunakan untuk menutupi sebagian wajah pasien. Pasien diberikan
baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa jaringan di sekitar mata
atau anestesi topikal untuk membuat mati rasa mata itu sendiri. Eyelid
holder digunakan untuk membuat mata tetap terbuka selama
prosedur. Jika

pasien

sangat

gelisah,

dokter

mungkin

dapat

menggunakan obat penenang secara intravena.


Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di
kornea pada titik di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun
panjang khas sayatan EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-an,
perkembangan IOLs akrilik yang dapat dilipat telah memungkinkan
ahli bedah banyak untuk bekerja dengan sayatan yang hanya 5-6
mm. Variasi ini kadang-kadang disebut sebagai EKEK sayatan kecil
(small-insision / SICS). Setelah sayatan dibuat, ahli bedah membuat
robekan sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal sebagai
capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka
kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan
tekanan dengan instrumen khusus. Setelah nucleus dikeluarkan, ahli
bedah

menggunakan

suction

untuk

menghisap

sisa

korteks

18

lensa. Suatu bahan viskoelastik khusus disuntikkan ke dalam kapsul


lensa kosong untuk membantu mempertahankan bentuk sementara
ahli bedah memasukkan IOL. Setelah lensa intraokular telah
ditempatkan dalam posisi yang benar, substansi viskoelastik akan
dibuang dan sayatan ditutup dengan dua atau tiga jahitan6.

Gambar 3. Prosedur ECCE. Insisi yang dibuat lebih lebar daripada


SICS.

3. Phacoemulsification
Phakoemulsifikasi

(phaco)

maksudnya

membongkar

dan

memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang


sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan
pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa
intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra
okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

19

Dalam phakoemulsifikasi, ahli bedah menggunakan probe ultrasound dimasukkan melalui sayatan untuk memecah nukleus lensa
menjadi

potongan-potongan

yang

lebih

kecil. Teknik

baru

menawarkan keuntungan insisi yang lebih kecil dari standar EKEK,


jahitan sedikit atau tidak ada untuk menutup sayatan, dan waktu
pemulihan lebih pendek untuk pasien. Kelemahan adalah kebutuhan
untuk peralatan khusus dan kurva belajar yang curam untuk ahli
bedah. Satu studi menemukan bahwa ahli bedah yang diperlukan
untuk melakukan sekitar 150 katarak ekstraksi menggunakan
phakoemulsifikasi sebelum tingkat komplikasi mereka jatuh ke tingkat
dasar7.
Teknik ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan EKEK
konvensional, terutama karena diperlukan insisi lebih kecil. Hal ini
diyakini dapat mengurangi surgically induced astigmatism dan
memungkinkan refraksi stabil dan rehabilitasi visi dan kegiatan seharihari. Selain itu, operasi phakoemulsifikasi menunjukkan inflamasi dan
kerusakan sawar darah-aqueus humor yang lebih rendah daripada
yang diamati dengan operasi EKEK 7.

20

Gambar 4. Prosedur phacoemulsification.

4. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang
merupakan teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih cepat sembuh, jahitan lebih sedikit atau
tidak ada, kauterisasi minimal sampai tidak ada daripada ECCE, dan
lebih murah, tidak butuh latihan lama dibanding phaco. Operasi ini
menggunakan teknik insisi supero oblik (arah jam 9-12) pada
perbatasan sklera-konjungtiva selebar 5-6 mm, lalu membuat
terowongan (tunnel) untuk capsulorhexis, pengeluaran korteks lensa,
sampai pemasukkan IOL yang dapat dilipat. 8,9

Gambar 5. Lokasi insisi pada SICS.

21

Gambar 6. Lokasi insisi dan pembuatan terowongan (tunnel).

Gambar 7. Langkah-langkah SICS.

Gambar 8. Terowongan (tunnel) pada SICS.

Gambar 9. Lokasi insisi yang meminimalisir komplikasi operasi


katarak yaitu astigmatisma.

Tabel 3. Keuntungan dan kerugian ICCE, ECCE, phaco, SICS

22

Metode

Indikasi

Keuntungan

ICCE

Zonula lemah

Kerugian

Tidak ada resiko katarak Resiko tinggi kebocoran vitreous


sekunder.
Peralatan

(20%).
yang Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
dibutuhkan sedikit.
IOL di COA atau dijahit di

ECCE Lensa

sangat Peralatan

keras.
Endotel kornea

dibutuhkan

sedikit.
untuk
kurang bagus. Baik

Phaco

SICS

posterior.
yang Astigmatisme.
paling Rehabilitasi visual terhambat.
endotel

kornea.
IOL di COP.
Sebagian besar Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.
Pelatihan lama.
katarak kecuali
Ultrasound dapat mempengaruhi
katarak
endotel kornea.
Morgagni dan
trauma.
Hampir semua Rehabilitasi visual cukup Tergantung keahlian ahli bedah.
katarak.

cepat.
Peralatan

yang

dibutuhkan sedikit dan


tidak mahal.
Pelatihan tidak

begitu

lama.
IOL di COP.
Apabila lensa mata penderita katarak telah diangkat maka
penderita

memerlukan

lensa

pengganti

penglihatannya dengan cara sebagai berikut:1,5


1. Kacamata afakia yang tebal lensanya
2. Lensa kontak

untuk

memfokuskan

23

3. Lensa intra okular, yaitu lensa permanen yang ditanamkan di


dalam mata pada saat pembedahan untuk mengganti lensa mata
asli yang telah diangkat.
EKEK hampir selalu operasi elektif. Setelah operasi telah
dijadwalkan, pasien akan perlu memiliki pemeriksaan khusus yang
dikenal sebagai keratometry jika IOL yang akan ditanamkan. Pengujian,
yang tidak menimbulkan rasa sakit, dilakukan untuk menentukan
kekuatan IOL yang dibutuhkan. Dokter spesialis mata mengukur panjang
bola mata pasien dengan USG dan kelengkungan kornea dengan alat
yang disebut Keratometer. Pengukuran yang diperoleh dari keratometer
dimasukkan ke dalam computer untuk menghitung kekuatan lensa IOL.1,5
IOL adalah pengganti lensa mata pasien, bukan untuk lensa
korektif. Jika pasien mengenakan kacamata atau lensa kontak sebelum
katarak berkembang, ia akan terus membutuhkannya setelah IOL
ditanam. Koreksi lensa harus dilakukan setelah operasi, karena mungkin
membutuhkan penyesuaian.1,5

24

Gambar 10. Lensa Intra Okuler / Intra Ocular Lens (IOL)


Pasien dapat menggunakan mata mereka setelah operasi. Pasien
dapat pergi bekerja keesokan harinya, meskipun mata yang dioperasi
akan memakan waktu antara tiga minggu sampai tiga bulan untuk
sembuh sepenuhnya. Pada periode ini, mereka harus memeriksa tajam
penglihatan untuk melihat apakah kekuatan lensa mereka harus
diubah. Pasien dapat melakukan kegiatan normal mereka dalam satu atau
dua hari operasi, dengan pengecualian mengangkat barang berat atau

25

membungkuk dengan ekstrim. Kebanyakan dokter mata menyarankan


pasien memakai kacamata mereka selama hari dan tape perisai mata pada
mata yang dioperasi pada malam hari. Mereka harus memakai kacamata
hitam pada hari-hari cerah dan hindari menggosok mata yang
dioperasi. Selain itu, dokter mata akan memberikan obat tetes mata
selama satu sampai dua minggu untuk mencegah infeksi, mengatasi rasa
sakit, dan mengurangi pembengkakan. Hal ini penting bagi pasien untuk
menggunakan tetes mata persis seperti yang diarahkan.10
Pasca operasi, pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik
jangka pendek. Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa
minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan
peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
phacoemulsification. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka
pasien membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak
dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa
intraokuler multifokal, lensa intraokuler yang dapat berakomodasi sedang
dalam tahap pengembangan.10
Perawatan pasca bedah
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau
mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan
dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi pakai kacamata atau
dengan pelindung seharian. Kacamata sementara dapat digunakan
beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat
dengan baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen (Biasanya 6-8 minggu setelah operasi).8 Selain itu juga akan
diberikan obat untuk :

26

1. Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang


menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit
yang mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja bius
yang digunakan saat pembedahan.
2. Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih
dianggap rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna.
3. Obat tetes mata steroid. Obat yang mengandung steroid ini
berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
4. Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi
pasca bedah.
Hal yang boleh dilakukan antara lain9 :
1. Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan
2. Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3. Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan
mengangkat kaki keatas.
Yang tidak boleh dilakukan antara lain1 :
1.
2.
3.
4.
5.

Jangan menggosok mata


Jangan menggendong yang berat
Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah

I. Komplikasi
Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat
terjadi karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik7
1.

Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan

keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama


bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera
okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag
yang berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan
menutup sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.7

27

2.

Fakotopik
Berdasarkan posisi lensa oleh karena proses intumesensi, iris,

terdorong ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga


aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus,
akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma.7
3.
Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi
mata sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul
uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.7
Selain komplikasi akibat penyakit itu sendiri, terdapat juga
komplikasi akibat pembedahan atau operasi. Komplikasi yang mungkin
terjadi dengan operasi katarak meliputi:10
1. Infeksi pada mata (endophthalmitis).
2. Pembengkakan dan cairan di tengah lapisan saraf (edema makula
cystoid).
3. Pembengkakan penutup bening dari mata (kornea edema).
4. Pendarahan di depan mata (hyphema).
5. Meledaknya (pecahnya) kapsul dan kehilangan cairan (vitreous
gel) di mata.
6. Lepasnya lapisan saraf di belakang mata (ablasio retina).
Komplikasi yang mungkin terjadi beberapa waktu setelah operasi
meliputi:10
1. Masalah dengan silau.
2. Dislokasi lensa intraokuler.
3. Mengaburnya bagian dari penutup lensa (kapsul) yang tersisa
setelah operasi, sering disebut aftercataract (kekeruhan kapsul
posterior). Ini biasanya bukan masalah besar dan bisa diobati
dengan operasi laser, jika diperlukan. Jenis IOL dapat
mempengaruhi seberapa besar kemungkinan kekeruhan setelah
4.
5.
6.
7.

operasi.
Ablasi retina.
Uvuetis, glaukoma, dan hifema.
Astigmatisme atau strabismus.
Kendurnya kelopak mata atas (ptosis).

28

J. Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat
sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis
umumnya baik.1
K. Pencegahan
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan
terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol penyakit
metabolik, mencegah paparan langsung terhadap sinar ultraviolet dengan
menggunakan kacamata gelap, dan sebagainya. Pemberian intake
antioksidan seperti vitamin A, C, dan E secara teori bermanfaat. Katarak
kongenital dicegah dengan skrining penyakit infeksi pra dan saat
kehamilan.1,5

Anda mungkin juga menyukai