Disusun oleh :
ILHAM AKBAR ERUMBIA
70 2010 028
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB
diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena
kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti,
namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.
Diagnosis
dini
dan
penanganan
adekuat
dapat
mencegah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pre Eklamsia Berat (PEB)
A. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau
koma yang timbul akibat kelainan neurologi.
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada
yang
dewasa ini
banyak
dikemukakan
sebagai
sebab
preeklampsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat
diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak
hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia
dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar
ditemukan mana yang sebab mana yang akibat.
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia.
Wanita
peningkatan
dengan
respon
hipertensi
terhadap
pada
berbagai
kehamilan
substansi
dapat
mengalami
endogen
(seperti
E. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tandatanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas.
Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun
frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang
manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu
berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif,
memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang
baik.
F. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
Adanya tanda IUGR (janin terhambat)
c. Laboratorium
Adanya HELLP Syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).
2. Partus Lama
A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada persalinan aktif. Persalianan lama disebut juga distosia,
didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.
B. Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau kemacetan.
Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan
Temperature tinggi
Abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
Meteorismus
Edema vulva
5. Pemeriksaan dalam
Edema serviks
8.
partograf.
9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik.
D. Jenis-Jenis Kelainan His
1. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan
fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus
lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum
penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin,
kecuali persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini
morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan
inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul
setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu
dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia uteri,
harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang
harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk
mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti,
yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia
uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
2. His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine
contraction. Golongan coordinated hypertonic uterine contraction
bukan merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu
efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat
sinagkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan
partus presipitatus yang ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot
di luar his juga biasa, kelaiannya pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan luas pada jalan lahir,
khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat
dalam waktu yang singkat.
3. Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di
luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi
antara
kontraksi
bagian
atas,
tengah
dan bawah
protraction
dan
laju
endap
darah
yang
tetap
tinggi
Dalam kehamilan :
1.
2.
jantung
dalam
kehamilan
berkisar
antara
1-4%.
BAB III
KASUS
1. Identitas Pasien
Pasien
Nama
: Ny.S
Umur
: 20 Tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Alamat
Suku
: Indonesia
Medrec
: 211259
MRS
: 08 Mei 2014
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Os sudah masuk kala II tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk mengeran.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Os mengeluh sakit perut seperti mau melahirkan, lalu os diantar ke Bidan. Di
bidan, os sudah memasuki kala II (pembukaan lengkap) tetapi os sudah tidak
mempunyai kekuatan untuk mengeran dan air ketuban sudah banyak keluar,
kemudian os dirujuk ke RSMP.
Riwayat Penyakit dahulu
Jantung
(+)
Hipertensi
(-)
Ginjal
(-)
Alergi obat
(-)
DM
(-)
: 13 tahun
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya
Riwayat Pernikahan
Lama Pernikahan : 10 bulan
Usia Menikah
: 19 tahun
Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada
Riwayat ANC
Periksa ke bian setiap 1 x / bulan
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Hamil ini
Riwayat Abortus Kuretase : Tidak ada
Kehamilan ini
HPHT
: 13 8 2013
TP
: 20 5 2014
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
: Kompos Mentis
: 36,2 C
TD
TB
: 155 cm
: 82 x / menit
BB
: 63 kg
RR
: 32 x / menit
Mata
Leher
THT
Thorax
Mammae
Pulmo
Cor
Abdomen
Genitalia
: Tidak diperiksa.
Ekstremitas
4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb
Urine
5. Diagnosis Kerja
Post SC dengan indikasi PEB + kala II lama, JTH Preskep
Setelah konsul ke PDL (tampak oedem paru kanan)
6. Penatalaksanaan
Intruksi post sc
: - Cefotaxime
- Alinamin F
- IVFD RL
- Transfusi WB 500 cc
: - Furosemide
- Amlodipine
- Digoksin
- Monitor urin output
- Brikan 02 3 liter
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Diagnosis pada kasus ini adalah post sc indikasi PEB, kala II lama dan oedem
paru kanan (setelah konsul dengan spesialis Penyakit Dalam) sudah tepat,
karena :
Diagnosis PEB dikarenakan nilai tekanan darah pada os, sistoliknya berada
150 mmHg, sedangkan diastoliknya 90 mmHg. Hasil prorein didalam urin
os juga didapatkan positif (+).
Kala II lama, os sudah masuk di kala II lebih dari 120 menit sebelum
dilakukan SC, kepala bayi sudah masuk PAP tetapi karena ibu sudah tidak
memiliki kekuatan untuk meneran, kepala bayi tidak bias turun.
Oedem paru bias didapatkan karena os sebelumnya memiliki riwayat penyakit
jantung yang didapatkan sejak os kecil.
2. Tatalaksana
Untuk penatalaksanaan sudah benar, baik untuk memperbaiki keadaan pasca
sc maupun pengobatan untuk oedem parunya.
BAB V
KESIMPULAN
1. Penanganan untuk kasus PEB sebaiknya dilakukan secara benar, pasien
yang sudah terdeteksi PEB harus dirawat untuk menstabilkan Tekanan
Darahnya sebelum melahirkan.
2. Pada kasus Kala II lama, bidan seharusnya bias lebih cepat merujuk bila
dalam kondisi tersebut agar keselamatan ibu dan bayi bisa terjaga.
3. Pasien dengan riwayat penyakit jantung harus juga mengetahui komplikasi
apa saja yang bisa timbul pada saat persalinan, supaya bisa lebih hati-hati
guna kesehatan bayi yang dikandungnya.