Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

DENGAN KALA II LAMA DAN RIWAYAT


PENYAKIT JANTUNG

Disusun oleh :
ILHAM AKBAR ERUMBIA
70 2010 028

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia Preeklampsia berat (PEB) merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan perinatal di Indonesia. PEB
diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi yang disebabkan karena
kehamilan. PEB ditandai oleh adanya hipertensi sedang-berat, edema, dan
proteinuria yang masif. Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti,
namun suatu keadaan patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia
uteroplacentol.
Diagnosis

dini

dan

penanganan

adekuat

dapat

mencegah

perkembangan buruk PER kearah PEB atau bahkan eklampsia penanganannya


perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
anak. Semua kasus PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang dilengkapi dengan
fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk mendapatkan terapi
definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda
preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat, di
samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi.
Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada
remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada
multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-keadaan berikut :
1) Kehamilan multifetal dan hidrops fetalis.
2) Penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes
mellitus.
3) Penyakit ginjal.

Pre-eklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul


pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias:
hipertensi, proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai konvulsi
sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya.
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab kematian
ibu dan bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 12 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus lama akan
menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang dapat
terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada
janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya dengan
sulit dan lama mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi
mereka untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani persalinan sulit
mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan pada
mereka sepanjang hidupnya. Persalinan yang lama biasa terjadi terutama pada
wanita yang baru menjalani persalinan anak pertama.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pre Eklamsia Berat (PEB)
A. Pengertian
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau
koma yang timbul akibat kelainan neurologi.
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita
hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria
tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 28 minggu atau lebih.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,
dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.
Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
atau disertai udema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan ringan dan berat. Penyakit
digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan
kualitatif;
3. Oliguria, air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis.
B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya. Oleh karena itu disebut penyakit teori namun belum ada

memberikan jawaban yang memuaskan. Tetapi terdapat suatu kelainan yang


menyertai penyakit ini yaitu :
- Spasmus arteriola
- Retensi Na dan air
- Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasospasme mungkin bukan merupakan sebab primer
penyakit ini, akan tetapi vasospasme ini yang menimbulkan berbagai gejala
yang menyertai eklampsia.
Teori

yang

dewasa ini

banyak

dikemukakan

sebagai

sebab

preeklampsia ialah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat
diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit itu. Rupanya tidak
hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia
dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar
ditemukan mana yang sebab mana yang akibat.
C. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan
oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia.
Wanita
peningkatan

dengan
respon

hipertensi
terhadap

pada

berbagai

kehamilan
substansi

dapat

mengalami

endogen

(seperti

prostaglandin,tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi


platelet. Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan

kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomelurus


dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan
nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intavaskuler, meningkatnya
kardiakoutput dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan
hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trobositopeni. Infark
plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat
bahkan kematian janin dalam rahim.
D. Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklamsia ditegakkan berdasarkan adanya dari tiga gejala, yaitu :
- Edema
- Hipertensi
- Proteinuria
Berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan
sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur
setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester
kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklamsia.
Proteiuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein 1 g/l
dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil
minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklamsia berat bila ditemukan gejala :
- Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolik 110 mmHg.
- Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.
- Oliguria (<400 ml dalam 24 jam). - Sakit kepala hebat atau gangguan
penglihatan. - Nyeri epigastrum dan ikterus. - Trombositopenia. Pertumbuhan janin terhambat. - Mual muntah - Nyeri epigastrium - Pusing Penurunan visus.

E. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tandatanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan
semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan
adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan di atas.
Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun
frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan
pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang
manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu
berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,
dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan
rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklampsia dan segera
merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensif,
memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang
baik.
F. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala
preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
1. Perawatan aktif
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assesment (NST dan USG). Indikasi :
a. Ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi
konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan)
b. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG)
Adanya tanda IUGR (janin terhambat)

c. Laboratorium
Adanya HELLP Syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
2. Pengobatan mediastinal
Pengobatan mediastinal pasien preeklampsia berat adalah :
a. Segera masuk rumah sakit.
b. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap 30 menit,
refleks patella setiap jam.
c. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125
cc/jam) 500 cc.
d. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e. Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4).

2. Partus Lama
A. Pengertian
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada persalinan aktif. Persalianan lama disebut juga distosia,
didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit.
B. Etiologi
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
Kelaianan tenaga/his tidak efisien (adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak
dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau kemacetan.
Kelaianan janin (malpresenstasi, malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.

Kelaianan jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)


Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Faktor resiko persalinan lama :

Umur kurang dari 16 tahun akan terjadi persalinan macet karna jalan

lahir/tempat keluar janin belum berkembamg sempurna/masih kecil.

Tinggi badan kurang dari 140 cm dikuatirkan akan terjadi persalinan

macet karna tulang panggul sempit.

Kehamilan pertama dikuatirkan akan terjadi disproporsi janin dalam

panggul sehingga akan membahayakan keselamatan janin.

Adanya riwayat persalinan sulit ditakutkan akan terjadi lagi pada

kehamilan yang selanjutnya.


C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala partus lama, yaitu:
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi

Temperature tinggi

Nadi dan pernafasan

Abdomen meteorismus

3. Pemeriksaan abdomen

Meteorismus

Lingkaran bandle tinggi

Nyeri segmen bawah rahim

4. Pemeriksaan local vulva-vagina

Edema vulva

Cairan ketuban berbau

Cairan ketuban bercampur mekonium

5. Pemeriksaan dalam

Edema serviks

Bagian terendah sulit didorong ke atas

Terdapat kaput pada bagian terendah

6. Keadaan janin dalam rahim

Asfiksia sampai terjadi kematian

7. Akhir dari persalinan lama

8.

Rupture uteri imminen sampai rupture uteri

Kematian karena perdarahan dan atau infeksi

Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada

partograf.
9. Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam.
10. Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya
kurang dari 40 detik.
D. Jenis-Jenis Kelainan His
1. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi
lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan
fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus
lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum
penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin,
kecuali persalinan berlangsung terlalu lama; dalam hal terakhir ini
morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan ini dinamakan
inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul
setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu
dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia uteri,
harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang
harus diambil. Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk
mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti,
yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia
uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
2. His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine
contraction. Golongan coordinated hypertonic uterine contraction

bukan merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu
efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat
sinagkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan
partus presipitatus yang ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot
di luar his juga biasa, kelaiannya pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan luas pada jalan lahir,
khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat
dalam waktu yang singkat.
3. Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga di
luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak
ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi

antara

kontraksi

bagian

atas,

tengah

dan bawah

menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di


samping itu tonus otot uterus yang menarik menyebabkan rasa nyeri
yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan
spasmus sirkuler setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran
konstriksi. Kelainan ini bisa primer atau sekunder. Distosia servikalis
dinamakan primer kalau serviks tidak membuka karena tidak
mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine action.
Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan
dapat diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini
dibiarkan, maka tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan
nekrosis jaringan serviks dan dapat mengakibatkan lepasnya bagian
tengah serviks secara sirkuler. Distosia servikalis sekunder disebabkan
oleh kelainan organik pada serviks, misalnya karena jaringan parut
atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa robek, dan
robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.

E. Kelainan Kala Pada Partus Lama


1. Kelaianan kala I
Fase laten memanjang
Fase laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan
akan adanya his teratur yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif,
walaupun lambat, dan berakhir pada pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan
barada dalam persalianan aktif apabila dilatasi mencapai 5 cm.
Lama fase laten sebesar 20 jam pada ibu nulipara dan 14 jam pada ibu
multipara mencerminkan nilai maksimum secara statistic. Durasi rata-ratanya
adalah 8,6 jam dan rentangnya dari 1-44 jam. Faktor-faktor yang
mempengaruhi durasi fase laten antara lain adalah lama anesthesia regional
atau sedasi yang berlebihan, keadaan serviks yang buruk (misal tebal, tidak
mengalami pendataran, atau tidak membuka), persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat atau stimulasi oksitoksin sama
efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten yang berkepanjangan.
istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering tidak disadari.
Menurut Friedman, memanjangnya fase laten tidak memperburuk morbiditas
atau mortalitas janin dan ibu, tetapi Chelmow membantah anggapan tersebut.

Fase aktif memanjang


Friedman membagi fase aktif menjadi gangguan

protraction

(berkepanjangan/berlarut-larut) dan arrest (macet/tak maju). Ia mendefinisikan


protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan yang lambat, yang
untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam atau penurunan
<1cm/jam. untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai kecepatan
pembukaan < 1.5 cm/jam atau penurunan < 2cm/jam. Ia mendefinisikan arrest
sebagai berhentinya secara total pembukaan atau penurunan; kemacetan
pembukaan (arrest of dilatation) didefinisikan sebagai tidak adanya perubahan
serviks dalam 2 jam,dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai
tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.
Keterkaitan atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang
berkepanjangan dan macet adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan

malposisi janin, misalnya oksiput posterior persisten. Pada persalinan ini


Friedman menganjurkan pemeriksaan Fetopelviks untuk mendiagnosis
disproporsi sefalopelviks. terapi yang dianjurkan adalah penatalaksanaan
menunggu, sedangkan oksitoksin dianjurkan untuk persalinan yang macet
tanpa disproporsi sefalopelviks.
2. Kelainan kala II
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan
20 menit untuk multipara, tetapi angka ini juga sangat bervariasi. pada ibu
dengan paritas tinggi liang vagina dan perineumnya sudah melebar, 2 atau 3
kali usaha mengejan setelah pembukaan lengkap mengkin cukup untuk
mengeluarkan janin. Sebaliknya, pada seorang ibu dengan panggul sempit atau
janin besar, atau dengan kelainan gaya ekspulsif akibat anesthesia regional
atau sedasi yanag berat, maka kala II dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan
Laros melaporkan bahwa rata-rata persalinan kala II, sebelum pengeluaran
janin spontan, memanjang sekitar 25 menit oleh anastesi regional. Tahap
panggul atau penurunan janin pada persalinan umumnya berlangsung setelah
pembukaan lengkap. Selain itu, kala II melibatkan banyak gerakan pokok yang
penting agar janin dapat melewati jalan lahir. Kala II persalinan pada nulipara
dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai 3 jam apabila digunakan analgesi
regional. Untuk multipara 1 jam adalah batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam
pada penggunaan analgesi regional.
F. Penatalaksanaan
Tetap memantau/ mengobservasi tanda-tanda vital ibu
Tetap memantau his dan mengontrol DJJ setiap setelah his.
Beri infus ibu bila kondisi ibu semakin melemah. Infus cairan:
Larutan garam fisiologis
Larutan glucose 5-10% pada janin pertama: 1 liter/jam
Tetap memperhatikan asupan gizi ibu terutama asupan cairan.
member perlindumgan antibiotika-antipiretika
Beri Oksigen (sesuai kebutuhan) bila terjadi tanda tanda gawat janin.

Posisikan ibu untuk miring ke kiri selama merujuk.


3. Penyakit Jantung pada Kehamilan
A. Pengertian
Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler.
Wanita dengan penyakit kardiovaskuler dan menjadi hamil, akan terjadi
pengaruh timbal balik yang dapat merugikan kesempatan hidup wanita
tersebut.
Pada kehamilan dengan jantung normal, wanita dapat menyesuaikan
kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara fisiologis. Dalam kondisi tidak
hamil, penyakit jantung itu sendiri sudah mengalami permasalahan dalam
memompakan darah ke seluruh tubuh. Terlebih pada saat hamil. Pada saat
hamil mulai minggu ke enam volume darah ibu semakin meningkat sampai
dengan 50 % karena proses pengenceran darah. Aliran darah akan lebih
banyak dipompakan ke peredaran darah rahim melalui ari ari untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin sehingga kerja jantung menjadi lebih
berat.
B. Etiologi
a. Penyakit jantung akibat demam reumatik (terbanyak di indonesia)
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam
rematik. Diagnosis demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila
berpatokan pada criteria Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik
aktif. Manifestasi yang terbanyak adalah poliartritis migrant serta karditis.
Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik adalah
nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul
beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya
laju endap darah dan jumlah leukosit. Bila terjadi demam rematik pada
kehamilan, maka prognosisnya akan buruk. Adanya aktivitas demam rematik
dapat diduga bila terdapat:
Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
Leukositosis

dan

laju

endap

darah

yang

tetap

tinggi

Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tempatnya.

b. Penyakit jantung hipertensi


Penyakit jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan, terutama pada
golongan usia lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini, hipertensi
esensial, penyakit ginjal atau koaktasio aorta, kehamilan akan mendapat
komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas yang tinggi
pada ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit jantung hipertensi
adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan ditujukan kepada
penurunan tekanan darah dan control terhadap cairan dan elektrolit.
Perubahan tersebut disebabkan oleh :
a)

Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai

puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap.


b)

Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran rahim.

Dalam kehamilan :
1.

Denyut jantung dan nadi: meningkat

2.

Pukulan jantung: meningkat

3. Tekanan darah: menurun sedikit.


Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit jantung
bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis). Frekuensi
penyakit

jantung

dalam

kehamilan

berkisar

antara

1-4%.

Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung, saat-saat yang berbahaya bagi


penderita adalah :
1. Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya
(hipervolumia).
2. Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan dan
memerlukan kerja jantung yang berat.
3. Pada Pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang
sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
4. Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi
C. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan

Akibat penyakit jantung dalam kehamilan, terjadi peningkatan denyut


jantung pada ibu hamil dan semakin lama jantung akan mengalami kelelahan.
Akhirnya pengiriman oksigen dan zat makanan dari ibu ke janin melalui ari
ari menjadi terganggu dan jumlah oksigen yang diterima janin semakin lama
akan berkurang. Janin mengalami gangguan pertumbuhan serta kekurangan
oksigen.
Sebagai akibat lanjut ibu hamil berpotensi mengalami keguguran,
kelahiran prematur ( kelahiran sebelum cukup bulan ),lahir dengan Apgar
rendah atau lahir meninggal,dan kematian janin dalam rahim(KJDR).
Terutama bila selama kehamilannya sang ibu tidak mendapat penanganan
pemeriksaan kehamilan dan pengobatan dengan tepat.
D. Tanda dan gejala
Berikut tanda dan gejala penyakit jantung :
a.mudah lelah
b.nafas terengah-engah
c.ortopnea (pernafasan sesak ,kecuali dalam posisi tegak)
d.batuk malam hari
e.hemoptisis
f.sinkop
g.nyeri dada
h.riwayat keluarga

BAB III
KASUS
1. Identitas Pasien
Pasien
Nama

: Ny.S

Umur

: 20 Tahun

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan

: SMP

Agama

: Islam

Alamat

: Jalan Swartakarsa, Kertapati

Suku

: Indonesia

Medrec

: 211259

MRS

: 08 Mei 2014

2. Anamnesis
Keluhan Utama
Os sudah masuk kala II tetapi tidak mempunyai kekuatan untuk mengeran.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Os mengeluh sakit perut seperti mau melahirkan, lalu os diantar ke Bidan. Di
bidan, os sudah memasuki kala II (pembukaan lengkap) tetapi os sudah tidak
mempunyai kekuatan untuk mengeran dan air ketuban sudah banyak keluar,
kemudian os dirujuk ke RSMP.
Riwayat Penyakit dahulu
Jantung

(+)

Hipertensi

(-)

Ginjal

(-)

Alergi obat

(-)

DM

(-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada
Riwayat Haid
Haid pertama

: 13 tahun

Siklus haid

: 28 hari

Lama haid

: 7 hari

Banyaknya

: 2 3 kali ganti pembalut

Riwayat Pernikahan
Lama Pernikahan : 10 bulan
Usia Menikah

: 19 tahun

Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada
Riwayat ANC
Periksa ke bian setiap 1 x / bulan
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Hamil ini
Riwayat Abortus Kuretase : Tidak ada
Kehamilan ini
HPHT

: 13 8 2013

TP

: 20 5 2014

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran

: Kompos Mentis

: 36,2 C

TD

: 150 / 100 mmHg

TB

: 155 cm

: 82 x / menit

BB

: 63 kg

RR

: 32 x / menit

Mata

: Konjungtiva anemis, Sklera tidak ikterik

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB.

THT

: Mukosa bibir kering.

Thorax
Mammae

: Simetris kanan dan kiri, puting menonjol.

Pulmo

: didapatkan os bernafas lebih cepat.

Cor

: didapatkan suara jantung II terdengar lebih kuat dari suara


jantung I .

Abdomen

: Cembung, lemas, terdengar bising usus.

Genitalia

: Tidak diperiksa.

Ekstremitas

: Dalam batas normal.

4. Pemeriksaan Laboratorium
Hb

: 9,0 (Pre SC)


6,0 (Post SC)

Urine

: tampak keruh, warna kuning dan proteinurin (+).

5. Diagnosis Kerja
Post SC dengan indikasi PEB + kala II lama, JTH Preskep
Setelah konsul ke PDL (tampak oedem paru kanan)

6. Penatalaksanaan
Intruksi post sc

: - Cefotaxime
- Alinamin F
- IVFD RL
- Transfusi WB 500 cc

Konsul ke dokter PDL

: - Furosemide
- Amlodipine

- Digoksin
- Monitor urin output
- Brikan 02 3 liter
BAB IV
PEMBAHASAN

1. Diagnosis
Diagnosis pada kasus ini adalah post sc indikasi PEB, kala II lama dan oedem
paru kanan (setelah konsul dengan spesialis Penyakit Dalam) sudah tepat,
karena :
Diagnosis PEB dikarenakan nilai tekanan darah pada os, sistoliknya berada
150 mmHg, sedangkan diastoliknya 90 mmHg. Hasil prorein didalam urin
os juga didapatkan positif (+).
Kala II lama, os sudah masuk di kala II lebih dari 120 menit sebelum
dilakukan SC, kepala bayi sudah masuk PAP tetapi karena ibu sudah tidak
memiliki kekuatan untuk meneran, kepala bayi tidak bias turun.
Oedem paru bias didapatkan karena os sebelumnya memiliki riwayat penyakit
jantung yang didapatkan sejak os kecil.
2. Tatalaksana
Untuk penatalaksanaan sudah benar, baik untuk memperbaiki keadaan pasca
sc maupun pengobatan untuk oedem parunya.

BAB V
KESIMPULAN
1. Penanganan untuk kasus PEB sebaiknya dilakukan secara benar, pasien
yang sudah terdeteksi PEB harus dirawat untuk menstabilkan Tekanan
Darahnya sebelum melahirkan.
2. Pada kasus Kala II lama, bidan seharusnya bias lebih cepat merujuk bila
dalam kondisi tersebut agar keselamatan ibu dan bayi bisa terjaga.
3. Pasien dengan riwayat penyakit jantung harus juga mengetahui komplikasi
apa saja yang bisa timbul pada saat persalinan, supaya bisa lebih hati-hati
guna kesehatan bayi yang dikandungnya.

Anda mungkin juga menyukai