Anda di halaman 1dari 2

OPINI MAHASISWA: WAJAH MAHASISWA MASA KINI

Bram (bukan nama sebenarnya), dia salah satu mahasiswa dari jutaan mahasiswa
di negeri ini, sedang asik memutar-memutar rokok di sela jari-jarinya sambil sesekali
menghisapnya lalu menyemburkannya sehingga menjadi bulatan kepulan asap yang
pastinya menambah jumlah polusi udara di Jakarta. Bram kala itu sedang menunggu
jam mata kuliah kedua, celananya yang robek dengan kaos yang cukup kusam pula,
ditambah anting di kuping membuat Bram lebih mirip seorang preman pasar ketimbang
seorang mahasiswa yang menyandang predikat kaum intelektual.
Nah, yang ini namanya Mawar (juga bukan nama asli). Mahasiswi yang satu ini
adalah gadis yang cantik, dandanannya sangat modis dan seksi, membuat para kaum
adam yang memandangnya berfantasi. Seperti biasa Mawar dan kawan-kawan se-genknya sedang kumpul di salah satu kantin kampus di Ciputat, trend mode rambut, pakaian,
dan aksesoris yang sedang update saat ini serta tempat-tempat hangout favorit, biasa
menjadi topik diskusi utama serta tema kongko mereka. Padahal Mawar dan kawankawannya itu mengambil jurusan Ekonomi Islam dengan konsentrasi perbankan
syariah, yang jelas tidak pernah berlaian antara mata kuliah dengan topik bahasan
mereka setiap kali bertemu kawan-kawannya.
Lain halnya dengan Solikhin (nama samaran), mahasiswa rantau yang
barangkali tampak terasing di kalangan mayoritas teman-temannya. Tapi ada yang
tampak unik darinya, di saat teman-teman kuliahnya menghabiskan waktu di tempattempat hangout seperti kafe, bar atau diskotik, Sholikhin justru membagi waktunya
untuk mengajar anak-anak jalanan pada salah satu rumah singgah di sela-sela
rutinitasnya yang padat sebagai mahasiswa dan aktifis kampus.
Itulah realitas mahasiswa. Padahal, mahasiswa adalah kaum intelektual, generasi
pembaharu, agen of change, sekaligus oposisi pemerintah yang paling independen.
Begitulah kira-kira image yang melekat pada mereka yang menyandang predikat
mahasiswa. Begitu hebat itu sehingga icon kampus, tempat mereka belajar, selalu
diidentikan dengan komunitas perubahan. Karena memang catatan sejarah telah
mengukir para mantan mahasiswa yang telah mengoptimalkan fungsi dan perannya
dengan baik, tapi kini...?

Mari kita tengok bersama kondisi mahasiswa saat ini melalui ilustrasi diatas
yang memang menjadi karakter dominan mahasiswa kita. Bram dan Mawar mewakili
entitas kebanyakan mahasiwa saat ini, ditengah kurungan kemajuan tehnologi serta
modernisasi peradaban yang menamakan diri sebagai globaliasasi, figur-figur
pemuda/mahasiswa dalam dunia tanpa batas ternyata lebih mudah membentuk pribadipribadi konsumtif pada segala hal. Mahasiswa sekarang seakan kehilangan identitasnya,
sikap ramah dan rasa sosial yang tinggi yang pernah dimiliki pemuda bangsa ini yang
notabene adalah bangsa timur mulai hilang dan berganti sikap apatis, individualistik dan
tidak jarang anarkis.
Keadaan mahasiswa yang seperti ini pastinya berimbas pada kualitas SDM para
lulusannya. Bahkan kenyataannya, kini kebanyakan mereka yang telah menyandang
status sarjana justru menjadi pengangguran, dan luntang-lantung tidak jelas. Mereka
kurang memiliki life skill, akibatnya membuang-buang waktu untuk hal yang sia-sia
ketika masa kuliah dahulu.
Namun di tengah kebanyakan mahasiswa kini yang sangat suka menyia-nyiakan
waktu, masih ada sebagian mahasiswa layaknya Sholikin seperti pada ilustrasi diatas,
sadar akan fungsi dan perannya sebagai mahasiswa dan manusia. Mau peduli dan
berbagi ilmu yang dimilikinya kepada mereka yang kurang beruntung.
Singkatnya, negeri ini sedang sakit kawan! Lahirnya generasi baru dengan
kualitas SDM yang baik adalah salah satu obat penawar rasa sakit tersebut, dan obat itu
ada pada kita, para mahasiswa. Dengan demikian, maka sudah saatnya kalian, para
mahasiswa kebanyakan seperti Bram dan Mawar melakukan introspeksi Melakukan
introspeksi dengan membenahi sikapnya yang kurang pantas dilakukan oleh mereka
selaku mahasiswa. Sebelum semuanya terlambat, sebelum segalanya berubah menjadi
penyesalan. (Nur Alamah)

Anda mungkin juga menyukai