Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Edukasi Vol.7, No.

2, September 2012

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM


PROSES BELAJAR MENGAJAR
Oleh
Ustad MJ
STIT Al-Amin Indramayu
Abstrak
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition ialah
perolehan, penataan dan penggunaan. Perkembangan kognitif
merupakan perubahan kemampuan berpikir atau intelektual.
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu
memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka Dalam arti
perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa itu ada tiga, yaitu:
(1) Mengembangkan kecakapan kognitif (2). Mengembangkan
kecakapan afektif (3). Mengembangkan kecakapan psikomotor.
Perkembangan pada diri anak itu sndirilah yang memainkan peranan
aktif di dalam perkembangan anak; meskipun keluarga, sistem
pendidikan, dan teman main anak tersebut secara nyata juga
mempengaruhi perkembangan anak, namun anak membuat sendiri
perasaan dunianya (sense of the world). Untuk dapat mengendalikan
lingkungan, kita telah belajar untuk menduganya, dan supaya kita
mampu melakukannya, kita telah memilih pola-pola yang
terandalkan -yang paling awal berupa ketetapan-ketetapan- didalam
kejadian yang mempengaruhi kita. Dengan demikian, kita telah
belajar untuk menggambarkan dan mengorganisasikan pengalamanpenglaman kita kita secara internal.

44

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

Pendahuluan
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya
knowing, berarti mengetahui. Dalam arti luas, cognition ialah
perolehan, penataan dan penggunaan. Dalam perkembangan
selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu
domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap prilaku
mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan
keyakinan.
Mengembangkan kemampuan intelek atau kognitif nerupakan
bagian tujuan pendidikan di Indonesia untuk mencerdaskan bangsa.
Konsep perkembangan intelek menjadi masukan penting untuk
mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran.
Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif
menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan-hubungan
tanggapan,
serta
kemampuan
memahami,
menganalisis,
mensistesiskan dan mengevaluasi. Intelektual berfungsi dalam proses
pembentukan konsep dilakukan melalui pengindraan, pengamatan,
tanggapan, ingatan dan berpikir (Inggridwati, 2007).
Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan
berpikir atau intelektual. Konsep yang mendasari pengertian
merupakan kemampuan untuk menangkap sifat, arti, atau
keterangan mengenai sesuatu dan mempunyai gambaran yang jelas
dan lengkap tentang hal tersebut.(Hurclok, 1990). Pengertian
didasarkan pada konsep yang terbentuk bukan dari kesan
pengindraan secara langsung, melainkan dapat merupakan
penggabungan atau perpaduaan berbagai hal yang disatukan dengan
berbagai unsur, objek, situasi, sehinga menyatukannya dalam satu
konsep.1
Menurut Jean Piaget dalam teori kognitifnya mendefinisikan
perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang terbentuk
melalui interaksi yang konstan antara konstan individu dengan
lingkungannya. Ia berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi
1

Ilum Mualifah, dkk. Perkembangan Pesetra Didik. (Surabaya: Lapis PGMI, 2008).
Hal 68.
45

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak, yaitu proses


asimilasi dan proses akomodasi. Piaget menyimpulkan bahwa
perkembangan kognitif merupakan hasil perkembangan yang saling
melengkapi antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun
kembali dan berubah apa yang telah diketahui.
William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian
intelegensi, mendefinisikan intelejensin sebagai kmampuan untuk
menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dari pikiran, guna
menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru. 2
Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses belajar siswa
Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses
perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para
guru benang merah yang mengikat kedua proses tersebut.
Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada
proses perkembangan siswa, baik jasmani maupun rohaninya yang
sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai proses
pendidikan. Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang
mampu memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka.
Program pengajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu
memberikan dukungan besar
kepada para siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Setiap guru
sekolah layaknya memahami seluruh proses dan tugas
perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan masa
prayuwana dan yuwana yakni anak-anak dan remaja yang duduk di
sekolah-sekolah dasar atau ibtidaiyah dan menengah. Pengetahuan
mengenai perkembangan dengan segala aspeknya itu sangat banyak
manfaatnya, antara lain:
a. Guru dapat memberikan layanan bantuan dan bimbingan yang
tepat kepada para siswa dengan pendekatan yang relevan
dengan tingkat perkembangannya.
b. Guru
dapat
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan
timbulnya kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera

Kartini Kartono, Psikologi Umum (Bandung: Mandar Maju, 1996) hal 79

46

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

mengambil langkah-langkah penanggulangan yang tepat sesuai


dengan tahap perkembangannya
c. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat dalam
memulai aktivitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu
untuk sekelompok siswa dalam fase perkembangan tertentu
d. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan
pengajaran materi pelajaran atau pokok bahsan pengajaran
tertentu sesuai dengan kemampuan psikiologi sekelompok siswa
dalam fase perkembangan tertentu. 3
Menurut Muhammad Surya (Psikologi Pembelajaran dan
Pengajaran,2003:41) terhadap teori perkembangan kognitif Piaget
dalam pengajaran yaitu:
a. Memberikan peluang kepada anak agar anak bias belajar sesuai
dengan tahap perkembangannya.
b. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa
oleh karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan
bahasa yang sesuai dengan kemampuan cara berfikir anak.
c. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing.
d. Anak-anak akan lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik, artinya guru harus membantu agar
anak dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaikbaiknya.
Dalam arti perkembangan kognitif bagi proses belajar siswa itu ada
tiga, yaitu:
1. Mengembangkan kecakapan kognitif
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa
yang amat perlu dikembangkan secara khususnya oleh para guru
yakni strategi belajar memahami isi materi pelajaran dan strategi
meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut. Tanpa mengembangkan dua magma kecakapan
3

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta : Logos wacana ilmu). 1999. Hal 44 &
46.
47

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

kognitif ini, agaknya siswa sulit diharapkan mampu mengembangkan


kecakapan afektif dan psikomotornya sendiri. Strategi merupakan
prosedur mental yang terbentuk tatanan yang memerlukan alokasi
berupa upaya yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh
pilihan kognitf atau pilihan kebiasaan belajar siswa. Pilihan kebiasaan
belajar secara global terdiri atas
a. Menghafal prinsip-prinsip yang terkandung dalam materi
b. Mengaplikasikan prinsip-prinsip materi
Preferensi kognitif yang pertama pada umumnya timbul
karena dorongan luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa
menganggap belajar hanya mencegah ketidaknaikan atau
ketidaklulusan. Aspirasi yang dimilikim pun menurut Dart & Clarke
(1990) bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan
sekedar asal naik kelas dan lulus semata. Sebaliknya preferensi yang
kedua biasanya timbul karena
dorongan dari dalam didri siswa (motif intrinsik), dalam arti siswa
tersebut memang
tertyarik dan membutuhkan materi-materi
pelajaran yang disajikan gurunya. Oleh karenanya,siswa ini lebih
memusatkan perhatianyya untuk benar-benar memahami dan juga
memikirkan cara penerapannya (Good & Brophy, 1990). Untuk
mencapai aspirasi ini, ia memotivasi diri sendiri agar memusatkan
perhatianya pada aspek signifikansi materi dan mengaplikasikannya
dalam arti menghubungkannya dengan materi-materi lain yang
relevan.
2. Mengembangkan kecakapan afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan
membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan
kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama yang
piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara
seperti yang penyusun uraikan di atas, akan berdampak positif
terhadap kecakapan afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman
yang mendalam terhadap arti penting mata pelajaran agama yang
disajikan guru serta preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi
prinsip-prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan ranah afektif para

48

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

siswa. Peningkatan kecakapan afektif ini, antara lain, berupa


kesadaran beragama yang mantap.
Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental
keagamaanm yang lebih tegas sesuai dengan tutntuna ajaran agama
yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam.
3. Mengembangkan kecakapan psikomotor.
Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang
konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka. Namun, di samping itu kecakapan
psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif dan banyak
terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor siswa
merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran sera
sikap mentalnya.
Banyak contoh yang membuiktikan bahwa kecakapan kognitif
itu berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan
psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas
dan ideal) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan
lebih rajin beribadah shalat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan
segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang lain
yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah
kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan
kebaji9kan tersebut berasal dari pemahaman mendalam terhadap
materi pelajaran agama yang ia terima dari gurunya (kognitif).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya
guru dalam mengembangkan ketrampilan ranah kognitif para
siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut
menginginkan siswanya aktif dan mengembangkan sendiri
ketrampilan ranah-ranah psikologis lainnya. Setiap individu memiliki
gaya kognitif yang unik dan menetap dalam menghadapi tugas
kognitif sehari-hari seperti persepsi, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
Dua pendekatan itu akan memberikan pemahaman tentang
perencanaan
pendidikan yang tepat. Mengetahui tingkat
perkembangan anak apakah anak ada pada tingkat konkret atau
abstrak mempunyai implikasi penting dalam menentukan metode
49

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

belajar. Misal, guru SMP / SMA harus menyadari bahwa tidak semua
muridnya telah mencapai operasi formal. Ini berarti tidak ada
hubungan yang sempurna antara umur kronologis dan tingkat
perkembangan kognitif.
Satu diantara hal-hal yang penting dalam belajar mencakup
soal kematangan anak untuk belajar. Menurut Piaget operasi mental
tertentu terdapat pada tingkat perkembangan yang berbeda-beda
membatasi kesanggupan anak untuk mengelola masalah-masalah
tertentu terutama pada tahap abstrak. Ini menunjukan bahwa guru
harus dengan cepat menyesuaikan bahan pengajaran yang kompleks
dengan tahap perkembangan anak. Ini berarti pula bahwa guru harus
sering menunggu tahap perkembangan anak yang tepat untuk
menyampaikan bahan tertentu kepadanya. 4
Menurut ahli
para psikologi kognitif, pendayagunaan
kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia
itu mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya, cara
dan intensitas penggunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu
belum jelas benar. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai
hal ini antara lain ialah bahwa kapasitas sensori dan jasmani seorang
bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas
pengendalian sel-sel otak bayi. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir
dengan cacat atau berkelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi
tersebut dapat mengotomatisasikan refleks-refleks motor dan dayadaya sensorinya. Otomasi refleks dan sensori menurut para ahli tidak
pernah sama sekali terlepas dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat
refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat
ranah kognitif manusia. 5
Setiap individu memiliki gaya kognitif yang unik dan menetap
dalam menghadapi tugas kognitif sehari-hari seperti persepsi,
pemecahan masalah dan pengmbilan keputusan (Bertini,Pizzamiglio
& Wapner,1986; Porter & Suedfeld,1981; Scott & Bruce,1995) 6.
4

Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. Psikologi Belajar. ( Jakarta : Rieka Cipta).
Hlm 228.
5
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2003). Hal
22.
6
Howard S. Fredman & Miriam W. Schustack,Kepribadian (Jakarta:Erlangga,2006)
hal 256

50

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

Aliran-Aliran Dalam Kognitif


Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar daripadsa hasil belajar. Bagi penganut
aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antar stimulus
dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Prinsip-prinsip dasar psikologi yaitu belajar
aktif, belajar lewat interaksi sosial dan lawat pengalaman sendiri.
Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibernetik.
Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap
penemuan-penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar
sebagai proses hubungan stimulus-respons-reinforcement. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol
oleh reward (ganjaran) dan reinforcement (penguatan). Mereka
adalah para ahli jiwa aliran kognitif. Menurut pendapat mereka,
tingkahlaku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkahlaku itu
terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi,
kaum kognitifis berpandangan bahwa tingkahlaku seseorang lebih
bergantung pada insight (pemahaman) terhadap hubunganhubungan yang ada di dalam suatu situasi. 7
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri
seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan
dengan lingkungan 8. Proses ini tidak berjalan secara terpisah-pisah,
tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-bersambung.
menyeluruh, ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak
memahami not-not balok yang terpampang pada di portitur
sebagai infornmasi yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai
satu kesatuan yang secara utuh masuk pikiran dan perasaannya.
Dalam praktik teori ini terwujud dalam tahap-tahap perkembangan
yang diusulkan oleh Jean Piaget, belajar bermakna nya Ausubel,

Westy Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT Rineka Cipta. 2003). Hal


127.
8
Margaret Bell, et al. Belajar dan membelajarkan ,Seri pustaka teknologi pendidikan
no 11.(Jakarta: Unervitas Terbuka,1991)
51

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

dan belajar penemuan secara bebas (Free Discovery Learning) oleh


Jerome Bruner.
1. Piaget
Piaget adalah seorang psikolog developmental karena
penelitian mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta
perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Dia adalah salah seorang psikolog suatu teori komperhensif tentang
perkembangan intelejensi atau proses berpikir. Menurut Piaget,
pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuankemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif. Apabila ahli
biologi menekankan penjelasan tentang struktur yang memungkinka
individu mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan, maka piaget
tekanan penyelidikannnya lain. Piaget menyelidiki masalah yang
sama dari segi penyesuaian manusia serta meneliti perkembangan
intelektual atau kognisi berdasarkan dalil bahwa struktur intelektual
terbentuk di dalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
Piaget memakai istilai scheme secara interchangeably dengan
istilah struktur. Scheme adalah pola tingkahlaku yang dapat diulang.
Scheme berhubungan vdengan refleks-refleks pembawaan misalnya
bernafas, makan, minum, dan scheme mental misalnya pola tingkah
laku yang masih sukar diamati (sikap) dan pola tingkahlaku yang
dapat diamati. Menurut piaget intelegensi itu terdiri dari terdiri dari
tiga aspek :
a. Struktur disebut juga scheme
Perkembangan intelektual anak berlangsung melalui
perkembangan yang diacu piaget sebagai skema. Piaget tidak
menyinggung mengenai bentuk skema yang terjadi di dalam
otak, namun yang dibahas adalah bentuk skema yang
merupakan penggambaran inmternal menenai kegiatan fisik
atau mental, sehingga skema dapat dianggap sebagai kumpulan
kaidah mengenai bagaimana caranya berinteraksi dengan
lingkungan.
Seorang anak yang memiliki skema tertentu akan terdorong
untuk menggunakannya. Piaget menekankan, bahwa aktivitas di
52

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

dalam memnggunakan skema inilah yang membawa anak


kearah
hubungannya
dengan
lingkungan
sehingga
menghasilkan perkembangan kognitif. Jalan yang di tempuhnya
anak di dalam interaksinya dengan lingkungan tergantung
pada skema yang dimilkinya. Motivasi untuk mengulang
kegiatan yang berhubungan dengan skema dapat dilihat
terutama sekali pada anak-anak yang berusia beberapoa
bbulan,
yang
mengayun-ayunkan
kakinya
sehingga
menyebabkan bergeraknya semua benda di dalam kereta bayi.
Perbuatannya itu akan diulang tanpa henti.
b. Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala
individu menghadapi sesuatu masalah.
c. Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan
seseoranmg mencapai kemajuan intelektual. Fungsi irtu sendiri
terdiri dari dua macam yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi : berupa kecakapan seseorang dalam menyusun
proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk
sistem yang koheren.
Adaptasi yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya.
Adaptasi ini terdiri dari dua macam proses
komplementer yaitu asimilasi dan akomodasi. 9
Menurut Jean Piaget (1975), bahwa proses belajar sebenarnya
terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi,
3).Equilbrasi (penyeimbangan) 10. Proses asimilasi adalah proses
penyatuan (pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang
sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyasuaian
struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Ekuilbrasi adalah
penyesuaian berkesiambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini
piaget membaginya menjadi 4 tahap, yaitu tahap sensori-motor,

Wasty Soemanto . Psikologi Pendidikan. (Jakarta : PT rineka Cipta. 2003). Hal 130
Piaget, J, Comments On Mathematical Eduqation, Contemporary Education, 47
(1) hal 5-10
53
10

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

tahap pra-opersional, tahap operasional konkret, dan tahap


operasional formal.
a. Tahap Sensori Motor ( 0- 2 Tahun)
Tahap sensori motor berlangsung secara tidak mulus sejak
dari kelahiran bayi hingga bayi berusia dua tahun. Bayi yang
baru lahir memiliki sangat sedikit skema terbatas yang ada
sejak di dalam kandungan dan skema ini memungkinkan bagi
bayi untuk menggenggam, mengisap, dan melihat benda.
Anak-anak hanya tertarika kepada sesuatu yang ada pada saat
itu, begitu benda disingkirkan dari pandangannya diapun akan
melupakannya. Sifat ini ada hingga nak berusia 8 bulan yaitu
pada saat anak tersebut kiranya menyadari bahwa benda
tersebut masih ada sekalipun tidak berada dihadapannya, dan
dia berusaha mencari mainan yang disembunyikan dibelakng
sesuatu benda yang lain. Piaget menamakan perkembangan
ini sebagai ketetapan benda (objek permanence). Anak-anak
yang berusia 8-12 bulan akan berusaha mencari maianan yang
disembunyikan.mereka telah pula mengembangkan struktur
mental yang memungkinkan mereka melambangkan dunia
serta memikirkan benda-benda yang mereka lihat. Pada
separuh tahap sensory motor mereka sudah dapat
menggunakannya untuk mnenggambarkan serta bvertindak di
dalam lingkungnnnya. 11
Menurut Piaget pada tahap pertama yaitu tahap sensori
motor. Selama perkembangan dalam periode sensori motor
yang berlangsung sejak anak lahir sampai usia dua tahun
intelegensi yang dimiliki anak masih berbentuk primitif dalam
arti masih didasarkan pada prilaku terbuka. Pada tahap ini
perkembanag mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan
bayi
untuk
mengorganisasikan
dan
mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar)
melalui gerakan-gerakan dan tindakan fisik. Intelegensi sensori
motor sesumgguhnya merupakan intelegensi dasar yang amat
berarti karena ia menjadi fondasi untuk tipe-tipe integensi
tertentu yang akan dimiliki anak kelak.
11

Malcolm Hardy steve Heyes. Pengantar Psikologi (Jakarta:Erlangga,1988). Hlm


56

54

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)


Pada perkembangan pra operasional terjadi pada dirir anak
ketika berumur 2-7 tahun. Perkembangan ini bermula pada saat
anak telah memkiliki penguasaan sempurna mengenai objek
permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran
akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau bisasa
ada. Walaupun b enda tersebut sudah ia tinggalkan, atau sudah
tak dilihat dan tak didengar lagi. Perolehan kemampuan berupa
kesadaran terhadap eksistensi objek permanence (ketetapan
adanya benda) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif
baru yang dusebut representation atau mental representation
(gambaran mental). Secara singkat, representasi adalah sesuatu
yang mewakili atau menjadi simbol atau wujud yang lainnya.
Representasi m ental merupakan bagian penting dari skema
kognitif yang m enungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan
eksistensi sebuah benda atau kejadian tyertentu walaupun
benda atau kejadian itu berada di luar pandangan,
pendengaran, atau jangkauan tangannya.
Representasi mental juga memungkinkan anak untuk
mengembangkan deferred-initetion (peniruan yang tertunda)
yaitu kapasitas meniru perilsaku orang lain yang sebeluimnya
pernah ia lihat untuk merespon lingkun gan. Perilaku-perilaku
yang ditiru terutama perilaku-perilaku orang lain (khususnya
orang tua dan guru) pernah ia lihat ketika ornga itu merespons
barang, orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa
lampau.
Dalam periode perkembangan pra oerasional disamping
diperolehnya kapasitas-kapasitas seperti di atas, yang sangat
penting adalah diperolehnya kemampuan berbahasa. Dalam
periode ini anak mulai mampu menggunakan kata-kata yang
benar, mampu pila mengoperasikan kalimat-kalimat pendek
tetapi efektif.
Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan katakata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran
egosentrisme animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah
suatu ketidakmampuan untuk membedaka antara perspektif
55

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

seseorang dengan perspektif orang lain dengan kata lain anak


melihat sesutu hanya dari sisi dirinya. Animisme
adalahkeyakinan bahwa objek yang tidak bergerak memiliki
kualitas semacam kehidupan yang dapat bertindak. Seperti
seorang anak yang mengatakan, pohon itu bergoyang-goyang
mendorong daunnya dan daunnya jatuh. Sedangkan intuitif
adalah anak-aak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Mereka
mengatakan
mengetahui
sesuatu
tetapi
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
Pada tahap pra operasional, anak mulai menggunakan
bahasa dan simbol yang paling sederhana, anak sudah mulai
melakuka gerakan-gerakan sederhana dan menbuat sesuatu
yang ia pahami sendiri. Pada tahap ini anak aktifitas berfikirnya
belum mempunyai sistem yang terorganisasikan, cara berfikir
anak dalam tahap ini tidak sistematis, tidak konsisten, tidak
logis dan cendrung artificialism serta centration misalnya
menggambar, menulis dan sebagainya tapi semua yang
dilakukan terkesan tidak teratur.
c. Tahap Konkrit Operasional (7-11 tahun)
Di dalam priode opoersional konkret yang berlangsung
selama usia 7 hingga 11 tahun, anak masih tergantung pada
rupa benda namun dia telah mampu mempelajari kaidah
mengenai lingkungannya secara lebih canggih. Dia telah pula
mempelajari kaidah mengenai konservasi dan dapat
menggunakan logika sederhana dalam mem,ecahkan berbagai
permasalahan yang selalu muncul setiap kjali ia berhadapan
dengan benda nyata.
Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat
diterapkan kedalam contoh-contoh yang spesifik atau konkret.
Dalam priode konkret operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja anak memperoleh tambahan kemampuan
yang disebur system of operations (satuan langkah berfikir).
Kemampuan satuan langkah berfikir ini berfaidah bagi anak
untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu kedalam pemikirannya sendiri. Satuan
56

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

langkah berfikir anak terdiri dari atas aneka ragam operation


(tatanan langka) yang masing-masing berfungsi sebagai skema
kognitif khusus yang merupakan perbuatan intern yang
tertutup (interiorized action) yang dapat dibolak-balik atau
ditukar dengan operasi-operasi lainnya. Satuan langjkah
berpikir anak kelak akan menjadi dasar terbentuknya
intelegensi intuitif. Intelegensi, menurut piaget bukan sifat yang
biasanya digambarkan dengan skor IQ. Intelegensi adalah
prose, tahapan atau lanhgkah operasional tertentu yang
mendasari semua pemikiran dan pengetahuan manusia,
disamping merupakan proses pembentukan pemahaman.
Namun demikian, masih ada keterbatasan keterbatasan
kapasitas anak dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Anakanak dalam rentang usia 7-11 tahun baru mampu berpikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang
konkret. Inilah yang menjadi alasan mengapa perkembangan
kognistif anak yang berusia 7-11 tahun tersebut dinamakan
tahap konkret operasional.
d. Tahap Formal Operasional (11 tahun sampai dewasa)
Pada tahap ini individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkret dan berfikir secara abstrak
dan lebih logis. Sebagai pemikiran yanag abstrak, remaj
mengembangkan gambaran keadan yang ideal. Mereka dapat
berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan
membandingkan orang tua mereka dengan standar iseal yang
mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinankemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap
apa yang mereka lakukan.
Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang
remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik
secara simultan (serentak) maupun berurutan dua ragam
kemampuan kognitif, yakni: kapasitas menggunakan hipotesis
dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan
kapasitas menggunakan hipotesis seorang remaja akan mampu
berpikir hipotesis yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya
dalam hal pemecahan masalah dengan
menggunakan
57

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia


respons. Sedangkan dengan kapasitas menggunakan prinsipprinsip abstrak, remaja akan mampu mempelajari materimateri pelajaran yang abstrak seprti ilmu agama, ilmu
matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan
lebih mendalam.
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang
semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya.
Dalam kaitan ini seorang guru seyogianya memahami tahaptahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan materi
belajar dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap-tahap
tersebut.
Dinamika Belajar Penemuan
Dalam kamus Oxford, pengertian discover adalah mengetahui,
memperoleh pngetahuan atau ilmuyang membawa pada suatu
pandangan. Bahasa Indonesia memberi pengertian discover
sebagai menemukan. Makna menemukan agaknya mendekati
pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa pada
suatu pandangan.
Berdasarkan pemikiran Bruner tentang pembentukan konsep
teori belajar kognitif, pentingnya struktur, kesejajaran
perkembangan kognitif dan bahasa dan teori intruksi, maka
belajar penemuan menunuk pada suatu kreatifitas manusia
terhadap tatanan dan penglaman . dan secara epistimologis
kreatifitas itu merupakan konsep percaya diri.
Belajar penemuan memberikan keleluasaan siswa untuk
memecahkan masalah dibidangnya serta membiarkan siswa
untuk memecahkan masalah; dan menemukan makna itu
memungknkan siswa nelajar knsep dengan bahasa yang
diketahuinya serta melalui modus representasi yang dimilikinya.
Keuntungan belajar penemuan menurut Bruner adalah:
terdapat nilai tambah dalam potensi intelektual
tekanan terletak pada hadiah intrinsik
siswa belajar untuk menemukan sesuatu
memungkinkan siswa untuk mengingat informasi.
58

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

Gambaran belajar penemuan misalnya di bidang bahasa dan


ilmu bumi. Di bidang bahasa, bahwa belajar penemuan
bertujuan mereduksi bahasa kedalam tipe-tipe dan tatanan,
sedangkan di bidang ilmu bumi bertuuan meniadakan hafalan
fakta.
Saran-saran untuk pengembangan kelompok diskusi guna
tujuan belajar penemuan, menurut Dembo (1981) meliputi:
harus ada kejelasan dan kesamaan tujuan antara guru dan
kelmpok ndiskusi; menciptakan suasana yng kondusif yang
menyenankan bagi partisipasipan; mementapkan nada
kelompok dalam hal bimbingan; kejelasan peranan guru;
mengetahui akhir diskusi dan perumusan diskusi yang jelas
dan padat.
Sementara itu Ausubel (1978) berpendaapat bahwa belajar
konsep bertalian dengan rasional psikologi dan deduksi dari
metode penemuan, serta btasan psikologi dan edukasi dari
belajar penemuan. Asumsi dari pendapat Ausubel
dimaksudkan untuk mengevaluasikan hasil belajar dan teknik
mengajar pemecahan masalah serta pengetahuan metode
ilmiah, dan dimaksudkan untuk menyadarkan bahwa semua
pengetahuan yang nyata adalah justru dari hasil penemuan
itu sendiri.
Dari saran Dembo tentang diskusi dan penjelasan Ausubel
tentang metode penemuan dan belajar penemuan, dapat
diinterpretasikan bahwa hubungan antara metode dan
penemuan terletak pada segi penerapan suatu metode
sehngga menimbulkan motivasi penggalian sesuatu. Dilain
pihak hubungan antara belajar penemuan dan ilmu terletak
pada cognitive need untuk mengeksplorasi pengenalan.
Belajar penemuan memungkinkan terciptanya human
progress melalui berbagai inovasi dan invensi ( invention =
hasil penemuan)
positif. Di dalam sejarah ditnjukan
bagaimana anak-anak renensanse dan anak-anak
pencerahan membuktikan kedinamisan belajar penemuan,
baik di dalam laboratorium fisik maupum laboratorium social.
Dalam hal ini factor kreatifitas manusia menentukan kualitas
59

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

belajr penemuan. Pernyataan di atas diduykunh oleh Bohn


(1987). Bohn menandaskan betapa pentingnya kreatifitas yan
metaforik dalam abad informasi ini untuk bergumul dngan
ilmu dan tatanannnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tentang belajar
penemuan dari Jerome Bruner, maka dapat diajukan
kesimpulan sebagai berikut:
belajar penemuan merupakan kecenderungan yang ada
pada diri manusia yaitu Self-curiouscity (keingintahuan)
untuk mengadakan petualangan pengalaman
belajar penemuan terjadi karena sikap mental manusia
untuk mengubah struktur yang ada. Sifat mental tersebut
selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan
pengenalan.
Kualitas belajar penemuan diwarnai oleh modus
imperative kesiapan dan kemampuan secara enaktif,
ikonik dan simbolik.
Penerapan belajar penemuan hanya merumuskan garis
besar tujuan instruksional sebagai arahan informatif
Kreativitas metaforik dan creative Condisoning yang bebas
bertanggungjawab memungkinkan kemajuan karena
terbentuknya bibit meritokrasi (meritorious =berfaedah)
yang pada gilirannya bersifat milionaritas
Anak telah memiliki pengertian yang utuh tantang
sesuatu hal, pada priode ini anak telah mampu mengutarakan
pendapatnya dengan bahasa. Berbeda dengan piaget, brunner
memiliki pandangan yang lain tentang peranan bahasa dalam
perekembangan intelektual anak. Bruner berpendapat
meskipun bahasa dan pikiran berhubungan, tetapi merupakan
dua sistem yang berbeda. Bahasa merupakan alat berfikir
dalam yang berbentuk fikiran. Dengan kata lain proses berfikir
akibat bahsa dalam benak siswa. Bruner berpendapat bahwa
kesiapan adalah penguasaan ketrampilan sederhana yang
memungkinkan seseorang menguasai ketrampilan yang lebih
tinggi. Menurut brunner kita boleh menunggu datangnya
kesiapan, tetap-I harus membantu tercapainya kesiapan
itu.tugas orang dewasalah mengajarkan kesiapan itu pada
60

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

anak.berhubungan dengan proses belajar Barner dikenal


dengan belajar penemuannya ( Discovery Learning). Menurut
teori ini proses belajar akan berjaklan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan untuk menemukan sutu
aturan (termasuk konsep, teoti, definisi dan sebagainya).
Melalui contoh-contoh yang menggambarkan, aturan yang
menjadi sumbernya.
Dasar pemikiran Burner yang mengarah kepada
perkembangan intelektual, sangat mirip dengan dasar
pemikiran Piaget, tetapi ada bebrapa perbedaanb yang
penting dan cukup mendasar. Studi Piaget terutama
berkenaan dengan penjelasan mengenai apakah yang terjadi;
dia menjelaskan mengenai mekanisme apa yang terjadi
didalam perkembangan intelek, terutama dalam rangka
menjernihkan penjelasan mengenai hal apa yang terjadi itu
sendiri. Burner, dilain pihak, diliputi banyak pertanyaan
kepada dirinya sendiri mengenai bagaimana dan mengapa
perkembangan intelektual itu terjadi. Sementara Piaget
menganggap bahwa proses pematangan yang terjadi
merupakan factor yang paling utama sedangkan kebudayaan
dan pendidikan merupakan faktor penunjang, maka Bruner
justru menempatkan kedua factor berakhir tersebt sebagai
faktor yang paling utama. Burner tidak menyetujui pandangan
Piaget, yang menyatakan bahwa motivator utama atau
pengaruh utama terhadap pertumbuhan intelektual adalah
biologi, karena Bruner berpendapat bahwa apabila
perkembangan biologi menekan seseorang kearah prilaku
yang lebih dapat menyesuaikan diri, maka lingkungan pun
akan menarik orang tersebut kearah yang sama. Disini
Burner menekankan bahwa dia hanya melakukan studi
terhadap anak tanpa menguji pengalaman mereka, dan
lingkunganya pun dibatasi untuk memberikan gambaran yang
tak lengkap. Piaget hanya menyatakan, bahwa perkembangan
intelektual melibatkan interaksi antara seseorang dengan
lngkungannya, sedangkan Burner lebih menekankan
61

Jurnal Edukasi Vol.7, No. 2, September 2012

penguatan kemampuan anak dan mengenggap bahwa


lingkungan anaklah yang bertindak sebagai penguat.
Akan tetapi, sama halnya dngan Piaget, Burner pun yakin
bahwa perkembangan pada diri anak itu sndirilah yang
memainkan peranan aktif di dalam perkembangan anak;
meskipun keluarga, sistem pendidikan, dan teman main anak
tersebut secara nyata juga mempengaruhi perkembangan
anak, namun anak membuat sendiri perasaan dunianya (sense
of the world).
Untuk dapat mengendalikan lingkungan, kita telah belajar
untuk menduganya, dan supaya kita mampu melakukannya,
kita telah memilih pola-pola yang terandalkan -yang paling
awal berupa ketetapan-ketetapan- didalam kejadian yang
mempengaruhi kita. Dengan demikian, kita telah belajar
untuk menggambarkan dan mengorganisasikan pengalamanpenglaman kita kita secara internal. Bruner sangat tertarik
bagaimana kita mengembangkan, kemampuan unuk
menggambarkan lingkungan kita secara internal dan
menggunakan informasi ini untuk menduga apa yang akan
terjadi dimasa yang mendatang.
Dalam mengajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini.
a. Mengusahakan agar setiap siswa berbartisipasi aktif,
minatnya perlu ditingkatkan kemudian perlu dibimbing
untuk mencapi tujuan tertentu
b. Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan
juga perlu disajikan secara sederhana sehingga dapat
dimengerti oleh siswa
c. Menganalisis
secuence,
guru
mengajar
berarti
membimbing siswa melalui urutan-urutan pernyataan dari
suatu masalah sehingga siswa memperoleh pengertian
dan mentransfer apa yang sedang dipelajar.
d. memberi reinforcement dan umpan balik. Penguatan
yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa
ia menemukan jawabannya.

62

Ustad MJ. Teori Perkembangan Kognitif Dalam Proses Belajar Mengajar

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriono. Psikologi Belajar. ( Jakarta : Rieka
Cipta). 1998
Hayes,Malcolm Hardy Steve. Pengantar Psikologi.Jakarta:Erlangga,
1988
Howard S. Fredman & Miriam W. Schustack. Kepribadian.Jakarta:
Erlangga 2006
I Nyoman Sudana,Degeng .Ilmu Pengajaran
Variabel.Jakarta : Proyek P2T Dirjen Dikti, 1989

Taksonomi

Kartini,Kartono, Psikologi Umum.Bandung: Mandar Maju, 1996


Margaret Bell, et al, Belajar dan membelajarkan ,Seri pustaka
teknologi pendidikan.Jakarta: Unervitas Terbuka, 1991
Mualifah,Ilum. dkk, Perkembangan Pesetra Didik. Surabaya: Lapis
PGMI, 2008
Mulyati,E., Pengantar Psikologi Belajar .Jogjakarta:Quality Publising,
2007
Piaget, J, Comments On Mathematical Eduqation, Contemporary
Education, tth
Soemanto,Westy Psikologi Pendidikan.Jakarta : PT Rineka Cipta, 2003
Syah,Muhibbin, Psikologi Belajar.Jakarta : Logos wacana ilmu, 1999
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2003

63

Anda mungkin juga menyukai