A. Pendahuluan
Banyak pakar telah mengembangkan berbagai pendekatan Pendidikan
Nilai. Di antara berbagai pendekatan yang ada dan banyak digunakan, dapat
diringkas menjadi lima macam pendekatan, yaitu: pendekatan penanaman
pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan analisis nilai,
nilai,
pendekatan
IPS. Hal ini penting, untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan
pengajarannya, sehingga lebih menarik dan tidak
membosankan.
nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena
di kota-
pendidikan nilai dalam pembelajaran IPS. Para pakar pendidikan pada umumnya
sependapat tentang pentingnya upaya
pendekatan
dan
modus
pendidikannya.
Berhubungan
dengan
pendekatan-pendekatan
pengembangan bagi proses belajar mengajar atas latar social budaya peserta didik.
Pembudayaan berkait dengan penataan lingkungan dan iklim belajar produktif yang
memberikan peluang peserta didik mengembangkan kemampuan pikir dan apresiasi
nilai.
Oleh
karena
itu
budaya
belajar
merupakan
sasaran
untuk
dengan
premis
bahwa
pengembangan
pendidikan
nilai
dalam
dari bagian
irasional dari sifat dasar kita. pendapat Dawitt Parker dalam buku yang sama seperti
di atas (1953:334) mengernukakan bahwa: Menurut Plato dunia konsep, dunia
universal, dunia ide dan nilai merupakan dunia senyatanya yang tetap. Demikian
pula ahli-ahli pikir abad pertengahan, terutama filsafat Katolik Romawi, pada
umumnya berpendirian bahwa kebenaran, kebaikan dan keindahan adalah nyata
secara ontologis. Tuhan merupakan dasar dan susnber nilai-nilai. Status ontologis
nilai adalah lebih utama dari pada pemahaman psikologis. Pengalaman manusia
hanyalah merupakan bagian saja dari bidang kehidupan dan malahan saling
bertentangan. Penganut Realisrne modem seperti Prof. E.G. Spoulding menyatakan,
bahwa: nilai-nilai adalah subsistem dari pada eksitensi dalam ruang dan waktu.
Karena subsistem nilai-nilai bebas dari keinginan manusia.
Nilai-nilai ekonomik (economic values). Nilai-niiai mi ditunjukkan dengan
harga pasar dan meliputi juga semua benda-benda yang dapat dibeli. Nilai-nilai
ekonomi
perbuatan
dengan
ucapan.
Antara
idealisme
dengan
kenyatann,
2.
keterlibatan
emosionalnya
sehingga
memungkinkan
4.
5.
pembelajaran
nilai
adalah
sebuah
konstruksi
yang
dapat
sestemik
sesuai
dengan
tujuan
pendidikan
nilai..
(Hers,
pendidikan niali menyentuh bagian sisi yang paling dalam dari diri manusia (internal
side). Oleh karena itu tidak sepenuhnya dilihat dari dimensi pengetahuan seseorang,
dan perilaku lahirianya. Pada dasarnya model pembelajaran pendidikan nilai berakar
pada dialog yang tujuannya bukan untuk mengenalkan nilai tertentu kepada peserta
didik tetapi untuk membantu memiliki, menggunakan nilai dalam kehidupan seharihari. Sehingga Model pembelajaran pendidikan nilai sebagai proses pendidikan yang
bertujuan menumbuhkan kesadaran diri dan kepedulian diri.(Banks; 1999).
rnengkomunikasikan nilai yang dimiliki kepada orang lain secara terbuka. Membantu
mereka untuk menggunakan kemampuan berpikir dan sikap rasional dan kesiapan
untuk mengkaji; perasaan, nilai dan pola prilaku dirinya sendiri.
Pendekatan ini melahirkan model pembelajaran nilai dengan teknik bermain
peran (role playing) simulasi, Latihan Analisis diri (self analysies exercisess);
Kegiatan Sensitif (sensitivities activities), diskusi kelompok kecil. Model ini
dikembangkan oleh Gelatt et al (1973) dalam karyanya Decisions outcames, Rath
at all dalam bukunya Value and Teaching Simon at all (1972) dalam Value
Clarification Shaftel and Shaftel (1970) Value in Action Goodyknoontz (1968-74)
dalam bukunya Scholastic Contact Series Pendekatan belajar praktek aksi sosial
dikenal dengan Acting Learning bertujuan mengurutkan berdasarkan analisis dan
klarifikasi nilai, memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan aksi
personal dan sosial berdasarkan nilai yang dimilikinya. Memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan melihat dirinya sebagai anggota masyarakat.
Pendekatan ini melahirkan model pembelajaran nilai dengan melakukan kegiatan
praktek sosial dalam masyarakat, kerjasama antara sekolah dan masyarakat
dalam pengelolaaan kelompok hubungan interpersonal. Dikembangkan oleh Jones
(1971) dengan judul Finding Community dan Newinann (1972) dalam Social
Action. Bull (1969:18) menyatakan ada empat tahap perkembangan nilai yang
dilalui seseorang. Pertama, tahap anatomi yaitu tahap nilai baru merupakan potensi
yang siap dikembangkan. Kedua, tahap heteronomi yaitu tahap nilai berpotensial
yang dikembangkan melalui aturan dan pendisiplinan. Ketiga, tahap sosionomi yaitu
tahap nilai berkembang di tengah-tengah teman sebaya dan masyarakatnya.
Keempat, tahap otonomi yaitu tahap nilai mengisi dan mengendalikan kata hati dan
kemauan bebasnya tanpa tekanan lingkungannya.
Hampir sama dengan Banks Martorella dalam Djahiri (1992) mengemukakan
delapan pendekatan dalam pendidikan nilai atau budi pekerti, yaitu: (a) Evocation,
yaitu pendekatan agar peserta didik diberi kesempatan dan keleluasaan untuk
secara
terhadap stimulus
yang
diterimanya (b) Inculcation, yaitu pendekatan agar peserta didik menerima stimulus
yang diarahkan menuju kondisi siap; (c) Moral Reasoning, yaitu pendekatan agar
terjadi transaksi intelektual taksonornik tinggi dalam mencari pemecahan suatu
masalah; (d) Value Clarjflcation, yaitu pendekatan melalui stimulus terarah agar
siswa diajak mencari kejelasan isi pesan keharusan nilai moral; (e) Value Analysis,
yaitu pendekatan agar siswa dirangsang untuk melakukan analisis nilai moral; (0
Moral Awareness, yaitu pendekatan agar siswa menerima stimulus dan dibangkitkan
kesadarannya akan nilai tertentu; (g) Commitment Approach, yaitu pendekatan agar
siswa sejak awal diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses
pendidikan nilai; (h) Union Approach, yaitu pendekatan agar peserta didik diarahkan
untuk melaksanakan secara rill dalam suatu kehidupan.Menurut Hersh, et. al.
(1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak
digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan,
pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan
pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989)
mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan
kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku.
D.
memperkuat sistem nilai yang dipilih dan dimilikinya untuk dijadikan dasar
penampilan prilaku dalam kehidupan bermasyrakat. Di samping itu pendidikan nilai
menekankan pada pengembangan kemampuan bersikap yang memiliki keunggulan
untuk mengatasi kelemahan pembelajaran yang lebih menekankan aspek
pengetahuan dari pada sikap dan keterampilan sosial.
Kemudian berdasarkan tujuan tersebut maka dapat dilihat karakteristik dari
pembelajaran pendidikan nilai. Ada beberpa karakter dalam pembelajaran
pendidikan nilai antara lain: (1). Memberi penekanan pada penamaan nilai-nilai
sosial dalam diri peserta didik. (2) memberikan penekanan pada aspek kognitif dan
perkembangannya. (3) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan
sisiwa untuk berfikir logis dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan
dengan nilai-nilai sosial.(4) memberi penekanan pada usaha membantu peserta
didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri. (5) memberikan
penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan moral
dan
diyakini
kebenarannya
oleh
pemeluk-pemeluknya.
Keimanan
dimaknai
sebagai
perkembangan
tingkat
berpikir
dalam
membuat
pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang
lebih tinggi (Elias, I 989).Tujuan ada dua hal yang utama. Pertama, membantu siswa
dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan kepada nilai
yang lebih tinggi. Kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya
ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral (Superka, et. al.,
1976; Banks, 1985).
Proses
pengajaran
nilai
didasarkan
pada
dilema
moral,
dengan
menerima
nilai
dengan
sedikit
kritis,
berdasarkan
kepada
kriteria
kelompoknya. (3) Tahap autonomous. Dalam tahap ini seseorang berbuat atau
bertingkah laku sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri, tidak
sepenuhnya menerima kriteria kelompoknya. Dikemukakannya bahwa Piaget
berusaha mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada anak-anak melalui
pengamatan dan wawancara (Windmiller, 1976). Dan hasil pengamatan terhadap
anak-anak ketika bermain, dan jawaban mereka atas pertanyaan mengapa mereka
patuh
kepada
peraturan,
Piaget
sampai
pada
suatu
kesimpulan
bahwa
masalah
yang
berhubungan
dengan
nilai-nilai
sosial.
Jika
moral
menurut
pendekatan
mi.
Pertama,
membantu
peserta
didik
untuk
metoda-metoda
pengajaran
yang
sering
digunakan
dalah:
kiarifikasi
nilai
(values
clarification
approach)
memberi
penekanan pada usaha membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan
perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai
mereka sendiri tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga. Pertaima,
membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka
sendiri serta nilai-nilai orang lain; Kedua, membantu peserta didik, supaya mereka
mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan
dengan nilai-nilainya sendiri; Ketiga, membantu peserta didik, supaya mereka
mampu menggunakan sceara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan
kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku
mereka sendiri (Superka, et. al. 1976).
Dalam proses pengajarannya, pendekatan ini menggunakan metoda: dialog,
menulis, diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain (Raths, et. Al., 1978).
Istilah values clarffication pertama kali digunakan oleh Louis Raths pada tahun I
950an, Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki
oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan
oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamanya sendiri,
tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh
karena itu, bagi penganut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang
sangat
dipentingkan
dalam
program
pendidikan
adalah
mengembangkan
model dan pendorong. Peranan guru adalah mendorong peserta didik dengan
pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengembangkan keterampilan peserta
didik dalam melakukan proses menilai.
yang dapat meberi pengaruh kepada orang-orang melalui hubungan antara sesama.
Misalnya: saling memperhatikan, persahabatan, dan hubungan ekonomi, dan lainlain; (3) kompetensi kewarganegaraan (civic competence), yang dapat memberi
pengaruh kepada urusan-urusan masyarakat umum. Misalnya: proses pemilihan
umum dengan memberi bantuan kepada seseorang calon atau partai peserta untuk
memperoleh kemenangan, atau melalui kelompok peminat tertentu, mampu
mempengaruhi perubahan kebijaksanaan umum
E.
(Value Inquiry), atas dasar peniikiran bahwa sistem nilai akan kokoh apabila
dipelajari dengan melibatkan penuh peserta didik untuk melakukan kajian nilai, untuk
memperoleh kejelasan nilai. Tujuannya agar nilai itu dimilikinya oleh peserta didik
atas dasar penerimaan dengan penuh pemahaman dan kesadaran. Kesadaran
tersebut
akan
terbina
apabila
terdapat kejelasan
dalam prilaku
atau
harapan yang
ditampilkan, perasaan
yang
diekspresikan.
F.
penilaian
dalam
pendidikan
nilai
yang
berdasarkan
pada
Dalam
waktu
yang
bersamaan Anda juga dituntut untuk melakukan mengadakan pertimbanganpertimbangan nilai (iudgments of value). Untuk lebih jelasnya diberikan contoh
berikut ini, waktu pergi ke Toko, melihat barang yang dijual kemudian tertarik pada
suatu barang tertentu, maka memunculkan nilai untuk membelinya, dalam hal jul
secara faktual kita sudah melakukan pertimbangan dan memastikan barang tersebut
bagus, baik untuk dimiliki Namun demikian setelah lebih jauh melakukan
pertimbangan mana yang lebih baik membeli barang tersebut atau membeli barang
lain yang kegunaannya dan manfaatnya lebih tinggi bagi keluarga , pada tahap ini
kita melakukan pertinibangan nilai, akhirnya
yang bagus dan menarik tersebut. Pada diri siswa muncul kesadaran untuk tidak
melakukan sesuatu didasarkan atas pertimbangan nilai
Perlu diperhatikan pula perbedaan kedua pertimbangan itu, Lewis White Beck
menulis:
yang
pertama
ialah
pertimbangan-pertimbangan
mengenai
fakta.
konteks
inilah
pendidikan
nilai
sangat
diperlukan
sehingga
melakukan
pertimbangan
nilai
secara
matang.
Selanjutnya
dapat
DAFTAR RUJUKAN
Al Muchtar Suwarma--------- Strategi Pembelajaran IPS. Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Departemen Penidikan Nasional (2006) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No
teuku_ramli.htm
Udin S. Winataputra, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik
Sarjana Universitas