Anda di halaman 1dari 20

BAB I

I. LATAR BELAKANG

Kanker Payudara (Carcinoma Mammae) merupakan kanker yang sangat berbahaya bagi
seluruh perempuan didunia.(1) Namun tidak hanya perempuan saja yang dapat terkena kanker
payudara. Laki-laki juga dapat terkena kanker payudara. Namun kasus tersebut jarang terjadi.
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki payudara yang padat memiliki peluang
yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Kanker payudara ditimbulkan karena
terbentuknya sel-sel abnormal yang tidak terkendali yang disebabkan mutasi gen. Kanker
payudara ditemukan pada negara maju maupun negara berkembang. Pada tahun 2012
diperkirakan ada 1,67 juta kasus (25% dari seluruh kasus kanker didunia). Kanker payudara
adalah penyebab utama kematian setelah kanker paru.(2) Laporan terbaru untuk setiap negara
menunjukkan bahwa kejadian kanker payudara meningkat 3,7% per tahun selama 1980-1987 dan
0,4% per tahun antara tahun 1987 dan 2002. Di Hawaii, tingkat insiden tahunan pada usia
tertentu yang diakibatkan oleh kanker payudara meningkat dari kurang dari 40 menjadi hampir
100 per 100.000 dengan umur lebih dari 40 tahun.(3) Oleh karena itu, maka diperlukan deteksi
dini untuk mengetahui kanker payudara lebih awal serta dapat dilakukan pengobatan atau
penanganan yang cepat dan tepat. Melalui mammografi dan ultrasonografi (USG) deteksi dini
dapat dilakukan untuk mencegah semakin parahnya kanker payudara. Untuk itu perlu
diadakannya perbandingan antara penggunaan mammografi dan ultrasonografi dalam
pemeriksaan kanker payudara untuk menilai sensitivitas, spesifisitas, efektifitas dan akurasinya
dalam menditeksi kanker payudara.(2)
1.1 KANKER PAYUDARA

Kanker payudara atau carcinoma mammae adalah kanker yang sangat berbahaya bagi
seluruh perempuan didunia.(1) Untuk meningkatkan deteksi dini, maka wanita dianjurkan untuk
menjalani tes mammografi. Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki payudara yang
padat memiliki peluang yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. Kanker payudara
ditimbulkan karena terbentuknya sel-sel abnormal yang tidak terkendali yang disebabkan mutasi
gen, kehamilan pertama pada usia lanjut, waktu menyusui yang pendek dan faktor gaya hidup
juga mempengaruhi timbulnya kanker payudara, seperti mengkonsumsi alkohol, merokok atau

diet berlebih, menstruasi pertama yang terjadi pada umur yang terlalu muda, serta faktor
menopause. Kanker payudara ditemukan pada negara maju maupun negara berkembang. Pada
tahun 2012 diperkirakan ada 1,67 juta kasus (25% dari seluruh kasus kanker didunia). Kanker
payudara adalah penyebab utama kematian setelah kanker paru. Gejala kanker payudara tidak
dirasakan distadium awal dan tanpa disadari oleh penderita. Pada stadium awal biasanya muncul
benjolan kecil yang tidak menimbulkan rasa nyeri. Banyak penderita yang melakukan
pengobatan pada stadium lanjut. Pengobatan stadium lanjut tentu tidak terlalu membantu serta
tidak efektif bagi penderita kanker payudara. Oleh karena itu, maka diperlukan deteksi dini untuk
mengetahui kanker payudara lebih awal serta dapat dilakukan pengobatan atau penanganan yang
cepat dan tepat. Beberapa contoh alat screening yang bisa digunakan adalah mammografi dan
USG. (2)
1.2 MAMMOGRAFI

Mammografi (MMG) adalah alat untuk pemerikasaan kanker payudara yang di lakukan
setidaknya dua pandangan per payudara yaitu medio lateral dan cranio caudal. Mammografi
menggunakan energy x-ray rendah untuk jaringan payudara.
Syarat penggunaan mammografi yaitu screening direkombinasikan setiap 1-2 tahun
untuk wanita setelah mereka mencapai usia 40 tahun, tapi dalam beberapa tahun dokter mungkin
merekombinasikan mulai skrinning sebelum usia 40 tahun jika wanita memiliki sejarah kuat dari
kanker payudara.
Mammografi menggunakan molibdenum-rhodium, dan dibacakan oleh lima BIRADS:
1. BI-RADS 1 (negative)
2. BI-RADS 2 (benign finding)
3. BI-RADS 3 (probably benign)
4. BI-RADS 4 (suspicious abnormality)
5. BI-RADS 5 (highly sugesstive of malignancy)

Aplikasi klinis umum pada mammografi :

1. Skrinning mammografi : untuk mendeteksi kanker secara dini pada wanita tanpa
gejala
2. Diagnostic mammografi : gambar payudara untuk diagnosis lesi payudara yang
mencurigakan
3. Survaillance mammografi : untuk menilai keganasan pada wanita dengan kanker
payudara.(5)
1.3 ULTRASONOGRAFI

USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan gelombang suara. USG dapat
membedakan benjolan berupa tumor padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi
masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih direkomendasikan pada wanita usia
muda (di bawah 30 tahun). Pemeriksaan USG saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan
untuk deteksi kanker payudara. USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak bersifat
invasif dan tidak semahal pemeriksaan lainnya. Tetapi, efektifitas pemeriksaan USG sangat
tergantung dari pengalaman dan keahlian operator. Ultrasound dapat digunakan dalam deteksi
dini kanker payudara, terutama pada wanita dengan jaringan payudara yang padat.(5)

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Penggunaan Alat Mammography Sebagai Alat Screening Breast Cancer


Mammografi (MMG) telah menjadi salah satu uji diagnosis yang digunakan dalam
screening kanker payudara, yang mana uji histologi merupakan gold standard. Mammografi
dapat melihat perbedaan jenis jaringan payudara, dan jaringan ikat yang lebih padat
dibandingkan dengan jaringan lemak yang merupakan proporsi dari jenis jaringan pada
payudara.
Penelitian dilakukan oleh KP Tan (2014) secara retrospektif untuk mengetahui
perbandingan akurasi antara MMG dan Ultrasonografi (USG) dalam mendeteksi kanker
payudara. Pada penelitian tersebut pemeriksaan MMG menggunakan alat Hologic Lorad Selenia
(United States) dengan penglihatan dua arah (two-vie, cranial-caudal dan medial-lateral
oblique). Indikasi dilakukannya MMG yaitu : gejala kanker payudara, pasien dengan kanker
payudara sebelumnya, pasien yang menjalani terapi hormon replacement, serta pasien yang
meminta screening. Karakteristik penilaian nodul payudara termasuk : bentuk, garis tepi,
kepadatan, adanya kalsifikasi, jumlah lesi, letak lesi, serta kelenjar getah bening. Karakteristik
penilaian microcalsification pada MMG yaitu ukuran, jumlah, bentuk, garis tepi, kepadatan, dan
distribusi. Penilaian lesi dengan menggunakan kategori berdasarkan tingkatan praduga
keganasan. Lalu MMG direview kembali oleh radiologist sebagai pembaca kedua.
Subjek dari study ini adalah pasien yang melakukan foto payudara dan biopsi pada rumah
sakit tersier selama kurun waktu 18 bulan. Detail pasien (nama, nomor regristrasi, ras, umur,
indikasi melakukan foto) didapatkan dari buku catatan departemen biopsi dan form permintaan
foto. Detail dari hasil foto payudara dan hasil biopsi histologi didapatkan dari Integrated
Radiology Information System (IRIS) rumah sakit .

Karakteristik dasar pasien dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Katakteristik dasar subjek penelitian.


Hasil MMG yang didapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Menunjukan hasil uji diagnostik MMG dan validitas dari MMG.

Dapat dilihat pada tabel, mammografi mendiagnosis sebanyak 144 (82%) kanker
payudara jinak dan mendiagnosis 32(18%) kanker payudara ganas dengan sensitivitas 49%,
spesifisitas 89%, dan akurasi 81%.(7)
Pada penelitian lain dilakukan Hong Zhao (2015) secara retrospektif yang bertujuan
untuk membandingkan MMG dan USG dalam diagnosis kanker payudara pada perempuan
dengan kebangsaan China, MMG dilakukan 2 minggu sebelum operasi dengan hasil dari
pemeriksaan patologi sebagai gold standard. Alat yang digunakan adalah molybdenum-rhodium
target full-field digital MG system (Senographe 2000D, General Electric, Pittsburgh, PA, USA)
gambaran digital secara Mediolateral oblique dan craniocaudal. Keseluruhan hasil MMG dibaca
oleh dua ahli radiologi yang tidak mengetahui identitas dan riwayat medis pasien. Penafsiran
berdasarkan American College of Radiology (ACR) BIRADS (Breast Imaging Reporting and
Data System) lexicon. Lesi payudara dikelompokan kedalam enam kategori menurut garis tepi
lesi dan klasifikasi status BI-RADS. BI-RADS 0 = MMG tidak memuaskan, dibutuhkan
gambaran tambahan dan evaluasi kembali, BI-RADS 1 = negatif, tidak ditemukan kelainan pada
MMG, BI-RADS 2 = terdapat temuan jinak, lesi jinak tanpa adanya tanda keganasan, BI-RADS
3 = kemungkinan lesi jinak, termasuk benjolan uncalcified dengan palpasi negatif dan batas yang
jelas dan terfokus, asimetris, titik seperti kalsifikasi dan disarankan segera follow up. BI-RADS 4
= kelainan yang mencurigakan tanpa adanya tanda keganasan, teraba, benjolan padat dengan
garis tepi yang jelas, teraba kompleks kista, teraba abses, massa padat dengan bentuk tidak
teratur, perlu dipertimbangkan untuk melakukan biopsi. BI-RADS 5 = sangat memperlihatkan
keganasan dan tindakan yang tepat harus segera diambil.
Tingkat kepadatan payudara dikelompokan dalam tingkatan ACR1 sampai ACR4.
Tingkat 1 hampir seluruhnya lemak, tingkat 2 fibroglandular tersebar, tingkat 3 kepadatan yang
heterogen, tingkat 4 sangat padat. Pada penelitian tersebut, tingkat 1 sampai 2 didefinisikan
sebagai kepadatan rendah, sedangkan tingkat 3 sampai 4 didefinisikan kepadatan tinggi.
Subjek penelitian yaitu sebanyak 274 pasien yang telah didiagnosa dengan kanker
payudara dan telah menjalani operasi di The Second Affiliated Hospital of Anhui Medical
University (Hefei, China) selama bulan Maret 2011 hingga November 2014.

Karakteristik dasar subjek penelitian dibagi dalam beberapa kelompok seperti umur
dengan dua kelompok yaitu kelompok umur 45 tahun dan kelompok umur >45 tahun , status
mentruasi, pathology, ukuran lesi, kepadatan payudara dan volume payudara. Karakteristik
subjek dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik dasar subjek penelitian

Tabel 4. Perbandingan hasil uji diagnostik kanker payudara dengan mammografi dan
ultrasonografi.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat sensitivitas (88,5%), spesifisitas (57,9%) dan
akurasi (73,7%) uji diagnostik dengan MMG secara keseluruhan.(1)
Emine Devolli-Disha (2009) melakukan penelitian lainnya secara retrospektif dengan
tujuan untuk mengetahui yang manakah lebih akurat diantara MMG dan USG sebagai alat
diagnosa kanker payudara berdasarkan kelompok umur dan tingkat kepadatan payudara.
Konvensional film-screen MMG dilakukan dengan sedikitnya dua gambar permasing-masing
payudara secara medio-lateral oblique dan cranio-caudal. MMG diperoleh dengan alat yang
dianjurkan (Alpha RT Imaging, General Electric Medical Systems, Milwaukee). Mammogram
ditafsir berdasarkan kategori diagnostik Breast Imaging Reporting and Data system (BI-RADS)
dengan 5 tingkatan. Tingkatan 1 negatif, 2 temuan jinak, 3 kemungkinan jinak, 4 kelainan
mencurigakan, 5 sugestif ganas. Skala kepadatan payudara juga didasarkan pada kategori BIRADS 1 sampai 4. Dengan BI-RADS 4 sesuai untuk payudara yang padat,

BI-RADS 3

kepadatan heterogen, BI-RADS 2 kepadatan yang kelenjar fibro tersebar, BI-RADS 1 hampir

sepenuhnya lemak. Pada penelitian yang terdiri dari 546 perempuan ini, 87 orang (mean Umar =
74,13,5) dengan kepadatan payudara berlemak.

Subjek penelitian diambil dari Department of Radiology in University of Prishtina antara


Januari 2003 hingga September 2007. Sebanyak 546 pasien dengan gejala kanker payudara
diperiksa, dengan rata-rata umur 56 12,9 tahun dan rentangan 30-77 tahun. Dari 546 pasien
yang melakukan hispatologi, hasil nya menunjukan 259 pasien dengan kanker invasive dan
sisanya sebanyak 287 orang dengan lesi jinak.
Dengan hasil MMG dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Perbandingan sensitifitas USG dan MMG pada seluruh sampel pada kelompok umur
yang berbeda.

Tabel 6. Perbandingan spesifisitas MMG dan USG pada seluruh sampel pada kelompok umur
yang berbeda.

Dapat dilihat dari tabel 5 dan 6 secara berturut-turut sensitivitas dan spesifisitas dari
mammografi pada penelitian tersebut adalah 52,1% dan 73,9%.(5)

Tomo Osako (2006) juga melakukan penelitian yang serupa seperti diatas, yaitu
penelitian retrospektif untuk mengetahui hubungan antara ukuran tumor pada kanker payudara
dengan palpasi dan sensitifitas dari MMG dab USG, dan modalitas manakah yang dapat
mendereksi kanker payudara yang tidak bisa dipalpasi pada perempuan Umar 30 sampai 39
tahun.
Antara bulan januari 2001 hingga desember 2003 pada rumah sakit institusi Kanker,
sebanyak 2176 pasien menjalani operasi pembedahan dan secara pathology telah terbukti
mengalami kanker payudara. Sebanyak 186 pasien (8,6%) berusia 30 hingga 39 tahun pada saat
itu dengan umur rata-raya 35,4 tahun. Dua puluh satu pasien diekslusi berdasarkan kriteria : jenis
kelamin (laki-laki), synchronous bilateral breast cancer, penyakit Paget, postexcisional biopsy
pada rumah sakit lain, kanker payudara tersamar,dan kontraindikasi mamografi karena pasien
hamil. Karakteristik pasien dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut

Tabel 7. Karakteristik dasar


subjek penelitian
Temuan
abnormal

MMG

didefinisikan

dengan

Japanese

Mammography Guidelines
yang

berdasarkan

pada

Breast Imaging Recording


and Data System of the
American
Radiology
kategori massa 3-5, kalsifikasi dan temuan lainnya dari kanker payudara.

College
yaitu

of

sebagai

Mammografi dilaksanakan dengan menggunakan alat Senographe-DMR (GE Medical


System, Milwaukee, MN, USA) or Mammomat 3000 (Siemens, Munich, Germany).
Gambaran rutin mediolateral oblique dan gambaran craniocaudal dari payudara serta
gambaran wilayah pembesaran kanker dievaluasi. Kepadatan payudara dikelompokkan
berdasarkan Japanese Mammography Guidelines. Istilah fatty digunakan saat hampir seluruh
jaringan payudara dipenuhi oleh lemak. Istilah Scattered fibroglandular densitydigunakan saat
parenkim mammary tersebar diseluruh payudara dan juga terdapat lemak. Heterogeneously
densedigunakan untuk lemak bercampur dengan parenkim mammary menunjukan kepadatan
tinggi yang tak merata. Extreme density digunakan untuk menunjukan jaringan payudara yang
hampir tidak ada lemak tercampur dengan parenkim mammary.
Hasil MMG dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Sensitivitas dari mammografi melalui ukuran tumor pada payudara dengan tingkat
kepadatan keseluruhan dan dapat teraba. (Tnp: tidak dapat teraba, T1p: 2cm atau kurang, T2p:
lebih dari 2cm tapi kurang dari 5cm, T3p: lebih dari 5cm).(4)

2.2 Penggunaan Alat Ultrasonografi Sebagai Alat Screening Kanker Payudara


Metode diagnosis dengan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu metode untuk
diagnosis penyakit kanker payudara dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
sekitar 7.5-10 MHz.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Tomo Osaka et al (2007), peneliti melakukan
penelitian secara restrospektif dalam mencari hubungan antara ukuran tumor kanker payudara
dengan palpasi, sensitivitas mammografi, dan ultrasonografi dan menentukan modalitas yang
tepat dalam mendeteksi kanker payudara yang tidak teraba pada 165 wanita berumur 30-39
tahun. Ukuran tumor diklasifikasikan menjadi empat yaitu Tnp; tumor yang tidak terlihat, T1p;
2 cm, T2p; > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm, dan T3p; > 5 cm. Data diambil dari data
palpasi, MMG, dan USG pada catatan rekam medis pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
USG dapat mendeteksi semua tumor kanker payudara yang dipalpasi tetapi masih kurang dalam
mendeteksi tumor yang tidak dapat dipalpasi. Pada tumor yang dapat dipalpasi, sensitivitas USG
tidak tergantung oleh ukuran tumor yang dipalpasi dan kepadatan payudara. Sensitivitas USG
untuk kanker payudara T1p adalah 100% (40 dari 40), kanker T2p (80 dari 80), dan kanker T3p
(29 dari 29). Untuk kanker Tnp, sensitifitas USG sebesar 43% (6 dari 14) (Gambar 2)

Gambar 2. Berdasarkan ukuran tumor (Tnp: nonpalpable, T1p: 2 cm atau kurang, T2p: lebih dari
2 cm, tetapi tidak lebih dari 5 cm, T3p: lebih dari 5 cm jika dipalpasi).

Tabel 8. Sensitivitas ultrasonografi berdasarkan ukuran tumor dan kepadatan payudara.(4)


Penelitian yang dilakukan oleh K P Tan et al (2014) juga menunjukkan perbandingan
akurasi antara USG dibandingkan dengan mammografi dalam mendeteksi kanker payudara.
Subjek dari penelitian adalah pasien yang telah melakukan pemeriksaan payudara dan biopsi
pada rumah sakit tersier selama 18 bukan dengan data diambil dari buku rekam medis
departemen biopsi. Hasil USG dilaporkan dalam skala kategorikal berdasarkan level malignan

(1: normal, 2: tumor jinak, 3: indeterminate, 4: suspicious lesion, 5: malignant lesion). Dalam
analisi statistika, sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value (PPV), negative predictive
value (NPV) and akurasi USG yang dihitung dengan histologi sebagai Gold Standard. Kategori 2
dan 3 diklasifikasikan sebagai benign dan kategori 4 dan 5 sebagai malignant.
Dari 326 lesi, terdapat 150 lesi yang dideteksi dengan USG. Lesi yang dideteksi oleh
USG lebih banyak ditemui pada wanita dengan umur kurang dari 40 tahun. jika dibandingkan
dengan Gold Standar, USG memiliki sensitivitas yang lebih baik dari MMG. Dari pasien yang
dinyatakan normal oleh MMG, ditemukan & pasien memiliki lesi yang dideteksi oleh USG. Pada
pasien yang dinyatakan normal dengan USG, terdapat 1 yang memiliki malignant jika dideteksi
dengan MMG.

Tabel 9. Hubungan antara imaging dan kategori umur

Tabel 10. Perbandingan antara hasil MMG dan USG dengan hasil histologi pada semua lesi
(n=326).

Tabel 11. Validitas USG dan MMG pada semua imaging lesi (n=326)
Sensitivitas 75%dari USG, 31% (95% CI 15%-47%) lebih tinggi dibanding

44%

sensitivitas MMG. Sensitivitas tertinggi dari USG bermakna secara statistik (p=0.014).
Spesifisitas 91% MMG, 12% (95% CI 5%-18%) lebih tinggi dibanding 75% spesifisitas
USG. Spesifisitas tertinggi MMG bermakna secara statistik (p=0.001).

Pada perempuan dengan umur kurang dari 50 tahun, sensifitas USG adalah 50% (95% CI
10%-90%) lebih tinggi dibanding sensifitas MMG. Namun, karena sedikitnya lesi malignant
(n=6), sensitifitas dari kedua modalitas tidak bermakna secara statistik (p=1.000). Pada
perempuan dengan umur di atas 50 tahun, sensifitas USG adalah 27% (95% CI 19%-36%) lebih
tinggi dibanding sensitivitas MMG. Sensitifitas tertinggi USG bermakna secara statistik
(p=0.015).
Di sisi lain, perempuan dengan umur kurang dari 50 tahun, spesifisitas USG dan MMG
adalah sama. Pada perempuan dengan umur lebih dari 50 tahun, spesifisitas dari MMG adalah
21% (95% CI 12%-31%) lebih tinggi dibandingkan spesifisitas USG. Spesifisitas tertinggi MMG
bermakna secara statistik (p=0.001).
Akurasi dalam mendeteksi kanker payudara dari USG adalah 84% dan dengam MMG
81%. Telah dilaporkan bahwa USG dapat mendeteksi kanker payudara yang tidak bisa dideteksi
dengan mammografi sebanyak 10-40% kasus tergantung pada usia dan kepadatan payudara.
Pada penelitian ini, 20% kanker payudara terdeteksi dengan USG dan tidak terdeteksi dengan
mammografi. Untuk gambar yang dihasilkan dari USG menunjukkan struktur payudara dari kulit
ke dinding dada tanpa tumpang tindih. Lesi ganas yang hypoechoic berbeda dengan jaringan
payudara yang relatif hyperechoic normal. Dengan demikian, pencitraan USG tidak terganggu
oleh parenkim payudara yang padat.(7)
Penelitian yang dilakukan oleh Emine Devolli-Disha et al, juga dilakukan dalam
membandingkan antara USG dengan mammografi pada perempuan dengan gejala kanker
payudara berdasarkan umur dan kepadatan payudara. Subjek berjumlah 546 perempuan dengan
gejala kanker payudara dengan median umur 56 tahun. Analisis data menggunakan uji X 2 uji
student t-test. Signifikan menggunakan pearsonchi square test, dengan p<0.01.(5)
Penelitian yang dilakukan oleh Hong Zhao et al (2015), penelitian ini juga
membandingkan antara akurasi penggunaan USG dengan mammografi dalam mendeteksi Breast
Cancer. Subyeknya adalah 274 perempuan Cina.
Pemeriksaan menggunakan USG ini menggunakan Doppler warna dari USG Device
(PHLIPS iu22, Philips, Best, The Netherlands) dengan frekuensi yang tersusun yaitu 10 18 Hz.
Seluruh pemeriksaan dengan USG, pasien berada dalam posisi supinasi untuk pemeriksaan

payudara bagian medial. Sedangkan bagian lateral, pemeriksaan pada posisi contralateral
posterior oblique dengan lengan terangkat ke atas.
Sesuai dengan tabel 4, diketahui bahwa USG memiliki sensitivitas: 95,9%, spesifisitas:
66,7%, akurasi: 81,8%, false-positif: 33,3%, false-negatif: 4,1%, positive predictive value:
75,5%, negative predictie value: 93,8%.
2.3 Perbandingan antara Penggunaan USG dan Mammografi Pada Kanker Payudara

Berdasarkan uji yang telah dilakukan dalam jurnal, sensitivitas USG pada usia 50 tahun
keatas lebih besar 27% dibandingkan dengan penggunaan mammografi P=0.015. Sedangkan
pada uji yang dilakukan pada usia 50 tahun kebawah sensitivitas USG 50% lebih besar namun
hal ini belum signifikan secara statistik (p=1.000)
Spesifisitas USG pada usia 50 tahun keatas menunjukkan lebih rendah 21% P=0.001
dibandingkan dengan mammografi sedangkan pada usia 50 tahun kebawah menunjukkan hasil
yang sama sehingga bisa dikatakan imbang.(5)

Apabila dibandingkan berdasarkan ukuran dari benjolan di payudara, terdapat beberapa


kategori, yaitu :

Tnp (tidak teraba)


T1p (2cm atau kurang)
T2p (lebih dari 2cm,kurang dari 5 cm)
T3p (lebih dari 5cm saat teraba)

Berdasarkan hasil uji pada gambar diatas,dapat dilihat bahwa sensitivitas dari USG lebih
tinggi dibandingkan dengan mammografi, kecuali untuk kategori TnP dimana sensitivitas TnP
Mammografi memang lebih tinggi namun tetap saja buruk karena berada dibawah 80%.

Apabila diuji berdasarkan ukuran benjolan saat palpasi dan kepadatan payudara,dapat
dilihat bahwa pada kategori kepadatan Scattered fibroglandular density,fatty,dan
unknown keduanya mendapatkan hasil yang sama.
Berikut penjabaran untuk kategori extremely dense dan heterogeneously dense :

Pada kategori Extremely dense dan Tnp dapat dilihat bahwa mammografi lebih
sensitif dan USG sendiri tidak dapat mendeteksi apabila terdapat tumor yang tidak
dapat dipalpasi

Pada kategori Extremely dense untuk bagian T1p,T2p,T3p penggunaan USG

lebih sensitif dibandingkan mammografi.


Pada kategori Heterogeneously dense dan Tnp,keduanya sama-sama rendah

namun USG lebih baik.


Pada kategori Heterogeneously dense untuk bagian T1p,T2p,T3p penggunaan
USG lebih sensitif dibandingkan mammografi.

Berdasarkan data diatas, uji dengan mammografi untuk benjolan yang relatif besar yang
dapat terpalpasi pada payudara kategori Dense lebih buruk. USG sendiri baik digunakan untuk
deteksi pada semua kategori yang dapat terpalpasi.1

Berdasarkan uji yang telah dilakukan yaitu uji diagnostic menggunakan mamografi dan
USG didapatkan sensitivitas kedua tes dalam kaitannya dengan usia memiliki variabilitas.
Sensitivitas mammografi (52,1%) meningkat secara substansial pada usia diatas 60 tahun, dan
sensitivitas USG (72,6%) lebih sensitif 20,5% dibandingkan mammografi pada wanita berumur
dibawah 45 tahun p<0,01. Spesifisitas USG (88,5%) lebih 14,6% lebih tinggi daripada
spesifisitas mammografi (73,9%) untuk wanita umur diatas 60 tahun maupun dibawah 45 tahun
dan hasil ini sudah significant secara statistik p<0,05.

Jika dilihat dari hasil kepadatan payudaranya memiliki hasil yang bervariasi juga dari
jenis kepadatannya. Untuk sensitivitas USG untuk kepadatan payudara dan kepadatan heterogen
lebih tinggi dibandingkan mammografi dan untuk spesifisitasnya juga USG lebih tinggi
dibandingkan mammografi dan hasil ini sudah significant secara statistik.(5)
Berdasarkan hasil akurasi dari perbandingan antara mammografi dengan USG didapatkan
hasil sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value secara
keseluruhan untuk mendeteksi kanker payudara didapatkan semua hasil USG lebih tinggi
daripada mammografi. Nilai-nilai tersebut kemudian di kelompokkan berdasarkan usia, status
menstruasi, kepadatan payudara dan volume payudara. Dan dipatkan juga hasil sensitivitas dan
akurasi pada mammografi lebih rendah daripada USG pada wanita berusia <45 tahun.

Berdasarkan hasil perbandingan dari tingkat kesepakatan ukuran dan letak lesi antara
mammografi dan US dimana didapatkan hasil mammografi lebih rendah dari US (semua nilai
P<0.01) kecuali lesi yang berukuran >5cm ( P>0.05) pada tabel dibawah juga ditunjukkan bahwa
mammografi sering gagal dalam mengidentifikasi ukuran dan lokasi lesi karena struktur kelenjar
padat yang tumpang tindih. Tes Chi-Square untuk tingkat kesepakatan ukuran dan lokasi lesi
antara mammografi dan US. Nilai P <0,05 dianggap signifikan.

Secara keseluruhan, penggunaan USG lebih baik dibandingkan dengan menggunakan


mammografi.(1)

DAFTAR PUSTAKA

1.
Zhao H, Zou L, Geng X, Zheng S. Limitations of mammography in the diagnosis of
breast diseases compared with ultrasonography: a single-center retrospective analysis of 274
cases. European journal of medical research. 2015;20(1):49.
2.
Michelle Harvie P, Anthony Howell, MSc, and D. Gareth Evans, MD, FCRP. Can Diet
and Lifestyle Prevent Breast Cancer: What Is the Evidence? American Society of Clinical

Oncology Educational Book / ASCO American Society of Clinical Oncology Meeting.


2015;35:66-73.
3.
Gertraud Maskarinec YZ, Yumie Takata, Ian Pagano, Dianne M. Shumay,, Marc T.
Goodman LLM, Abraham M. Nomura, Lynne R. Wilkens,, Kolonel aLN. Trends of breast cancer
incidence and risk factor prevalence over 25 years. 2006;98(1):44-55.
4.
Tomo Osako TI, Kaoru Takahashi, Kotaro Iijima, Yumi Miyagi, Seiichiro Nishimura,
Keiichiro Tada, Masujiro Makita, Futoshi Akiyama, Goi Sakamoto, and Fujio Kasumi.
Diagnostic Mammography and Ultrasonography for Palpable and Nonpalpable Breast Cancer in
Women Aged 30 to 39 Years. Springer Link. 2007;14(3):255-9.
5.
Devolli-Disha E M-KS, Ymeri H, Kutllovci A. Comparative accuracy of mammography
and ultrasound in women with breast symptoms according to age and breast density. Research
Support, Non-US Gov't, Comparative Study. 2009;9(2):131-6.
6. The Journal of the American Medical Association (JAMA), 2005.
http://jama.jamanetwork.com/article.aspx?articleid=200479
7. Tan Kp, et al. The Comparative Accuracy of Ultrasound and Mammography in The Detection of

Breast Cancer. Med J Malaysia. 2014;69(2):79-85

Anda mungkin juga menyukai