Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK MENULIS

BERITA & FEATURE


R. MASRI SAREB PUTRA

PT INDEKS Kelompok GRAMEDIA


indeks@cbn.net.id
BAGIAN I

BERITA
Bagian pertama ini membahas

 sekilas terjadi dan institusi berita

 etimologi dan semantik berita

 menggali don memburu berita

 berita, perisiwa, don takta

 unsur-unsur berita

 teknik menulis berita

 memancing dengan lead

 teknik membuat judul berita

 teknik menyunting berita


BAB 1

BERITA:
SEKILAS SEJARAH TERJADI
DAN INSTITUSINYA

Setelah membaca dan mempelajari bab ini. Anda


diharapkan dapat
1. memahami asal usui berita dan institusinya
2. memahami awal mula berita dilembagakan melolui
"acta diuma" dalam Forum Romanum
3. memahami asal usul wartawan dijuluki slave reporter,
atau "kuli tinta'
4. memahami revolusi institusi berita, setelah Johannes
Gutenberg menemukan mesin cetak
Kapankah terminologi "berita" ditemukan dan siapakah
orang yang pertama kali mempopulerkannya? Sukar
melacaknya secara pasti. Yang jelas, sejak manusia
pertama bisa berkomunikasi satu sama lain. sebenarnya
makna "berita" sudah dikenal. Bukankah berita pada
hakikatnya adalah kabar biasa, atau keterangan
mengenai kejadian/ peristiwa yang hangat?
Jadi, setiap kali berkomunikasi, setiap kali pula ada
isi/pesan/berita yang disampaikan atau yang hendak
dikomunikasikan. Tanpa adanya berita, maka sebuah
komunikasi menjadi hanya komunikasi biasa, tanpa ada
embel-embel "mengandung nilai berita".
Kabar biasa, atau keterangan mengenai
kejadian/peristiwa yang hangat tentu saja datang dari
pembawa kabar. Pada zaman dahulu kala, pada zaman
kerajaan. pembawa kabar sering dilakukan oleh hulu
balang. Salah satu pekerjaan hulu balang ialah
mewartakan kepada raja ihwal/ peristiwa yang terjadi di
seputar kerajaan. Karena itu, dalam arti sempit, hulu
balang juga disebut pewarta. Tentu saja, kabar yang
diwartakan hulu balang ialah kabar yang penting, kabar
yang mengandung nilai berita, sehingga kabar itu dapat
dijadikan dasar bagi raja di dalam mengambil sikap atau
tindakan. Jika yang diwartakan bukan kabar yang penting,
maka tentu saja si hulu balang akan dicaci maki oleh raja.
Belum lagi jika misalnya berita yang dibawakan
mengandung berita bohong, tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Bukan hanya si hulu balang akan
dipecat, bisa jadi ia juga dihukum.

1.1 Berita pada Zaman Romawi Kuno


Berita memang nenjadi bagian dari hidup umat manusia
dalam interaksi sosialnya. Akan tetapi, berita sebagai
komoditas dan sebagai sebuali peristiwa/fakta yang '
secara khusus disistematisasikan (dicari, dikumpulkan,
dan disiarkan untuk mendapatkan umpan balik) atau
dijadikan menu/sajian sebuah medium komunikasi—
barangkali baru dimulai pada zaman Romawi kuno.
Pakar sejarah Suetonius mencatat, ketika Julius
Caesar dinobatkan menjadi konsul (9 SM), ia
memerintahkan supaya di Forum Romanum (pasar Roma)
dipasang papan pengumuman yang disebut dengan acta
diurna atau catatan harian (ada = catatan: (diurna/diurnal
- harian). Dari sinilah kita mengenal istilah "akta notaris"
(catatan notaris) atau "akta mengajar" (surat keterangan
kompetensi untuk mengajar). Juga dari sini kita mengenal
istilah jurnal, atau terbitan berkala.
Boleh dikatakan, papan pengumuman di zaman
Romawi kuno merupakan medium cetak yang fungsinya
sebagai alat komunikasi massa. Namun, komunikasi yang
masih searah (one way trafflc communicaiion). tidak ada
hubungan timbal balik. Ada diuma adalah medium
komunikasi dari atas (penguasa) ke bawah (rakyat).
Papan pengumuman pada acta diurna adalah
informasi yang ingin dikomunikasikan dari penguasa
kepada rakyatnya. Orang yang bertugas mengumpulkan
informasi itu disebut diurnarius. Mereka adalah para
budak (servus), golongan rendahan. kaum orang yang
tidak merdeka, yang oleh majikan mereka disebut "orang
terikat". Pada zaman Kekaisaran Romawi, para budak
diadu berkelahi dengan binatang buas di amphiteatrum
(stadion). Perkelahian itu menjadi bahan tontonan yang
menarik. Tidak jarang, sang budak mati diterkam
binatang buas. Dan bagi yang menang, mendapat
ganjaran, biasanya diangkat martabatnya menjadi
manusia bebas. Waktu itu. hubungan budak-majikan
bagai hubungan harta-pemilik. Budak adalah "harta" dan
majikan adalah pemilik.
Dari sini nantinya lahir istilah slave reporter, yang di
Indonesia disamakan dengan "kuli tinta" untuk mengacu
pada tugas mengumpulkan dan menyiarkan berita. Di
dalam tugasnya .sehari-hari. wartawan menulis hasil
investigasi dan wawancaranya menggunakan pena.
Karena itu, wartawan disebut kuli tinta-setara dengan
orang yang bekerja membangun sebuah rumah, gedung,
atau jalan raya yang disebut "kuli bangunan".
Jadi. "kuli tinta" mengacu pada:
 suatu pekerjaan yang dilakukan dengan
menggunakan alat utama tinta (pena) atau wartawan;
 orang yang memperoleh penghasilan (bermata
pencaharian) dari menulis karangan (artikel, buku, dan
sebagainyaj {KBBI, 2001: 610)

1.2 Gutenberg: Revolusi Media Massa


Media cetak yang kita kenal sekarang, merupakan sebuah
proses penemuan panjang dan sangat berbelit. Media
celak tidak lahir begitu saja, namun jauh hari sebelumnya
sebenarnya sudah ada upaya, embrional, dan naluri
manusia untuk mengarah ke sana. Hanya saja. temuan-
temuan awal masih, bersifat naluriah, belum
tersistematisasikan dan belum distrategikan untuk suatu
tujuan atau kepentingan tertentu.
Kurang lebih 6.000 tahun yang silam, di zaman
Babilonia dan Ninive (wilayah Irak sekarang), di Asia Kecil
(Minor Asia) sebenarnya sudah dikenal karya cetak
-walaupun bentuknya masih sangat sederhana. Karya
cetak tersebut dibuat dari tanah lempung (tanah liat)
yang dipanggang seperti halnya batu bata. Para ahli
menemukan di Ninive terdapat 25.000 lempeng tanah liat
berbentuk segi empat yang telah dikeringkan. Setiap
lempeng berisi susunan garis-garis berupa paku. karena
itu disebut juga sebagai "tulisan paku".
Selelah manusia berhasil berkomunikasi dengan
suara atau bunyi, komunikasi sederhana itu meningkat
lagi menjadi komunikasi tertulis. Setelah mengenal dunia
sekitar dan dapat menggambar benda-benda, manusia
mulai menciptakan komunikasi lewat gambar untuk
"menuliskan" dan menyampaikan .sesuatu. Bahasa tulis
melalui gambar ini disebut juga dengan "piktograf' (dari
kata piciure = gambar dan grafein = tulisan).
Jika manusia penghuni tepi sungai Eufrat membuat
buku dari lempung, maka manusia yang bermukim di
sepanjang sungai Nil jauh lebih maju peradabannya. Hal
ini terbukti dari peninggalan kebudayaan material
mereka. Mereka membual karya cetak sudah
menggunakan papyrus yang tumbuh subur dan liar di
sepanjang pesisir Laut Tengah. Bahkan, tumbuh-
tumbuhan ini juga dengan mudah dapat ditemui di kiri
atau kanan tepi Sungai Nil.
Manusia penghuni tepi Sungai Eufrat (Mesir)
membual karya cetak diawali dengan memetik daun-daun
papyrus, kemudian di permukaan daun itu diukir dengan
huruf-huruf hieroglyp. Hierogtyp kemudian berkembang
menjadi ideograf. yakni lambang yang mempunyai makna
tertentu berupa huruf kanji yang sekarang ini masih
diteruskan tradisinya oleh bangsa Cina dan Jepang.
Tulisan dalam daun papyrus jika sudah penuh satu
daun, maka disambung dengan daun yang lain dan lama-
kelamaan sampai panjang, bahkan panjangnya hingga
bermeter-meter. Itu pula sebabnya. Kitab Taurat (Torah)
disebut Pentateukh, alau Lima Gulungan, karena kitab itu
memang terdiri atas lima gulungan. Kitab gulungan yang
terpanjang dalam sejarah sepanjang 7,5 meter.
Di tempat lain, orang Romawi membuat karya celak
juga dengan gulungan. Namun, bahan yang mereka
gunakan bukan dari daun papyrus, melainkan dari bahan
kulit domba atau kulit kambing yang disebut dengan
vellum. Materi kulit binatang ini ternyata cukup awet dan
mudah untuk disimpan. Berabad-abad lamanya manusia
menggunakan daun papyrus dan vellum untuk media
tulis-menulis. hingga kemudian bahan baku karya tulis
berupa kertas dan mesin cetak ditemukan.
Sementara itu, di India dan Indonesia yang alamnya
banyak ditumbuhi pohon palma, orang menggunakan
daun lontar sebagai media tulis-menulis. Di Cina, Tsai Lun
yang hidup sekitar tahun 105M, telah melakukan
eksperimen untuk membuat kertas. Ia menumbuk-
numbuk beberapa jenis materi sejenis hennep, yang
diadoni dengan air. lalu dimasukkan ke dalam cetakan,
lantas dijemur. Setelah kering, jadilah kertas. Dengan
perantaraan tawanan-tawanan perang Cina. penemuan
Tsai Lun lantas meluas sampai ke Arab, Mesir, Afrika
Utara, dan kemudian Eropa. Para pakar memandang
bahwa apa yang dirintis oleh Tsai Lun merupakan cikal
bakal penemuan jenis bahan baku cetak-tulis modem
yang disebut kertas.
Waktu terus bergulir, manusia semakin maju dalam
pemikiran dan peradabannya. Di tahun 1041, Pi Seng,
seorang warga Cina, menemukan alat cetak sederhana.
Akan tetapi, orang lebih mengenai apa yang dilakukan
oleh Johannes Gutenberg. seorang Jerman dari kawasan
Mainz, sebagai "penemu" teknologi cetak yang pertama.
Dari tangannyalah lahir Septuaginta. kitab Latin yang
pertama yang kemudian populer disebut sebagai "Kitab
Gutenberg". Kitab ini disebut juga sebagai "Kitab 42 Baris"
karena setiap halamannya terdiri atas 42 baris.
Kitab Gutenberg rampung pengerjaannya pada 15
Agustus 1456, dengan jumlah cetakan 180 eksemplar.
150 dicetak di atas kertas, dan 30 lagi dicetak dalam
vellum. Ukuran (format) buku 12 x 16, 5 inch. Konon,
hingga sekarang buku itu hanya tersisa 48 buah saja.
Barang berharga dan bersejarah itu 14 buah berada di
Amerika Serikat. Boleh dikatakan, revolusi di dunia
produksi media cetak dimulai ketika Gutenberg pada
tahun 1456 menemukan mesin cetak sederhana.
Meskipun sederhana, mesin cetak itu dapat memproduksi
secara massal beberapa kitab (produk).
Penemuan Gutenberg merupakan titik awal yang
menjadi inspirasi bagi penemuan-penemuan mesin cetak
selanjutnya yang semakin hari semakin canggih. Sejak itu,
teknologi percetakan semakin berkembang sehingga
memicu perkembangan produksi media cetak seperti
buku, majalah, surat kabar, serta berbagai terbitan
berkala maupun tidak berkala lainnya. Tanpa adanya jasa
Gutenberg, kita tidak tahu seperti apakah perkembangan
teknologi percetakan dan output-nya. Dalam konteks ini,
Marshail McLuhan mengatakan, "Gutenberg made
everybody a reader, Xerox makes everybody a publisher"
Gutenberg membuat setiap orang menjadi pembaca,
sedangkan Xerox membuat setiap orang menjadi
penerbit."
Tahun 1884 boleh dikatakan terjadi lompatan sekali
lagi teknologi di bidang percetakan. Seorang penduduk
Baltimore, Ottmar Mergenhaler berhasil menemukan jenis
mesin linotype. Disusul kemudian dengan penemuan
mesin celak yang lebih modern, yakni mesin cetak
silinder.
Dan pada awal abad 19, media cetak tidak saja
menjadi sebuah produk budaya. Akan tetapi, juga
berfungsi sebagai komoditas (barang dagangan).
Teknologi percetakan kian berkembang. Seni artistik pun
masuk dalam industri media cetak. Media cetak telah
semakin multifungsi, dicetak dalam jumlah besar, menjadi
salah satu media komunikasi cetak di samping media
lainnya.

KATA-KATA KUNCI
berita kabar
pewarta
medium/media komunikasi
Forum Romanum
acta diuma
acta senatus
slave reporter
kuli tinta
piktograf
mesin cetak
PERTANYAAN
1. Apa yang disebut dengan "acta diuna"?
2. Jelaskan Forum Romanum!
3. Apa yang dimaksudkan dengan slave reporter?
4. Mengapa wartawan disebut "kuli tinta"?
5. Apa peran Johannes Gutenberg dalam perkembangan
teknologi media cetak?

Anda mungkin juga menyukai