Malang
Malang
KOTA MALANG
JAWA TIMUR
KOTA MALANG
ADMINISTRASI
Profil Wilayah
Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota besar kedua
di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar, Malang tidak lepas dari
permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Kota yang
pernah dianggap mempunyai tata kota yang terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda
ini, kini banyak dikeluhkan warganya seperti kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas,
suhu udara yang mulai panas, sampah yang berserakan atau harus merelokasi
pedagang kaki lima yang memenuhi alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai
permasalahan tata kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian
tersendiri. Dari segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah
sekitarnya seperti Batu dengan agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau
situs-situs purbakala peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh
dari kota membuat para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan
sekaligus tempat belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep pariwisata Kota
Malang dari kota peristirahatan menjadi kota wisata belanja.
Tabel V. 1.
No.
2
3
4
5
Total
Luas (Km)
36,89
8,83
17,77
22,60
20,97
110,06
Orientasi Wilayah
Secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 0746'48" - 0846'42" Lintang
Selatan dan 11231'42" - 11248'48" Bujur Timur, dengan luas wilayah 110,06 km2
dengan batas-batas sebagai berikut :
Batas Utara : Kabupaten Malang
Batas Selatan : Kabupaten Malang
Batas Timur : Kabupaten Malang
Batas Barat : Kabupaten Malang
PENDUDUK
Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
763.465
741.815
729.249
717.590
571.244
JUMLAH PENDUDUK
708.907
penduduk Kota Surakarta tahun 1998 sampai dengan tahun 2002 dapat dilihat pada
grafik di atas. Dan untuk lebih jelasnya tentang pertumbuhan penduduk tiap kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel V. 2.
Kecamatan
Blimbing
Lowokwaru
Klojen
Sukun
Kedungkandang
Jumlah
1999
155.315
145.514
119.771
158.684
138.306
717.590
Tahun
2000
158.063
148.283
119.592
161.906
141.405
729.249
2001
160.625
151.357
119.743
165.153
144.937
741.815
2002
162.677
45.210
128.520
168.871
65.966
571.244
2003
163.492
156.300
125.701
169.089
148.883
763.465
Kecamatan
Kedungkandang
Klojen
Blimbing
Lowokwaru
Sukun
Total
36,89
8,83
17,77
22,60
20,97
110,06
Penduduk
Jumlah
Kepadatan
149.853
3.767
117.308
13.307
156.361
8.923
166.395
7.459
161.750
7.730
772.642
6.878
Tenaga Kerja
Jumlah pencari kerja yang belum ditempatkan sampai dengan bulan April 2003,
sebanyak 13.126 jiwa. Padahal jumlah lowongan kerja yang ada hanya 440. disini
dapat dilihat adanya ketidak seimbangan antara jumlah pencari kerja dengan jumlah
lowongan kerja. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini.
Tabel V. 4.
Januari
Februari
Maret
April
12.433
1.247
13.707
1.007
132
12.568
12.568
1.485
14.053
819
369
12.865
12.865
214
13.079
77
13.002
13.002
837
13.839
713
13.126
386
115
529
765
475
100
498
655
No
Uraian
Lowongan Terbuka
Pemenuhan
Penghapusan
Lowongan Belum Terpenuhi
Januari
1.536
1.007
529
Februari
1.294
819
475
Maret
575
77
498
April
1.153
713
440
TK
P
22
11.791
302
2.573
9.206
2.093
6.113
1.975
34.075
8
16.019
272
616
11.798
584
1.316
1.664
32.277
Per.
1. Pertanian
2.Pertambangan
3. Industri
4. Listrik Gas Air
5. Bangunan
6. Perdagangan
7. Angkutan
8. Keuangan
9. Jasa
Jumlah
6
727
8
40
372
5
92
178
1428
Jum.
30
2.781
574
3.189
21.004
2.677
7.429
3.639
66.352
Per.
-
WNA
TK
L P Jum.
- - 6 2
8
- - 2 2
- - 1 3
4
9 5
14
Per.
6
727
8
40
372
5
92
178
1.428
JUMLAH
TK
L
P
22
8
11.797 16.021
302
272
2.573
616
9.208 11.798
2.093
584
6.113
1.316
1.976
1.667
34.084 32.282
Jum.
30
27.818
574
3.189
21.006
2.677
7.429
3.643
66.366
EKONOMI
Kondisi Perekonomian Daerah
Tabel V. 6.
DISTRIBUSI PERSENTASE KEGIATAN EKONOMI
2000
Industri
, Pengolahan
35.84%
Pertambangan
, dan Penggalian
0.11%
, Perdagangan
Hotel, dan
, Restoran
32.22%
, Bangunan
2.89%
Listrik Gas, dan
Air Bersih, 0.55%
Pertanian, 0.67%
, Jasa jasa
11.64%
, Keuangan
8.33%
Pengangkutan
, dan Komunikasi
7.76%
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah
(%)
32.22
2.89
0.55
7.76
8.33
11.64
0.67
35.84
0.11
Dari data tahun 2000, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian
Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan (35,84%), kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (32,22%), sektor jasa-jasa (11,64%), sektor
keuangan (8,33%). Sedangkan sektor lainnya (11,97%) meliputi sektor pengangkutan
dan komunikasi, pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.
Tabel V. 7.
- Perhiasan emas
- Lantai kayu jati
- Alas kaki
- Kerai gulung plastik
- Sapu ijuk
- Kerajinan perak
- Tembakau
- Tepung tapioka
- Keranjang rotan
- Furniture
- Kayu meranti merah
- Rajutan plastik
Realisasi total eksport(dalam $ US)
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
$
14,012,484.01
34,425.30
885,859.99
507,419.27
598,792.44
11,570.18
16,893.00
665,515.18
192,178.96
2,843,451.12
647,966.16
347,425.63
20,763,981.24
Total kegiatan ekonomi tahun 1999 menunjukkan sektor perdagangan, hotel dan
restoran menjadi penyumbang terbesar kedua. Nilainya Rp 1,8 trilyun. Sebesar 61
persen dari penduduk usia produktif kota ini mencari nafkah di sektor perdagangan.
Selain perdagangan, Kota Malang juga dikenal dengan industrinya. Berbagai macam
industri seperti makanan, minuman, kerajinan emas dan perak sampai garmen berdiri
di kota ini. Kawasan Kotalama penuh dengan industri berukuran sedang sampai berat,
juga kerajinan keramik. Kerajinan kera-mik di Dinoyo misalnya, mulai berkembang dan
mendapatkan tempat di kalangan pencinta keramik di Tanah Air.
Sektor industri, yang merupakan 37 persen dari total kegiatan perekonomian, menjadi
penyumbang terbesar. Nilainya Rp 2,26 trilyun. Komoditas industri ini mampu
menembus pasaran ekspor. Hanya sayangnya realisasi ekspor Kota Malang tahuntahun belakangan ini nilainya terus menurun. Dari total nilai 74,5 juta dolar AS, menurun setengahnya menjadi 30,9 juta dolar AS pada tahun 1999, dan tahun 2000 turun
lagi menjadi 20,1 juta dollar AS.
Kawasan perdagangan seperti Jalan Merdeka Timur atau Jalan Pasar Besar mampu
melayani kebutuhan warga. Tidak hanya kebutuhan warga Kota Malang melainkan
juga warga sekitar seperti dari Blitar, Kediri, dan Tulungagung.
Keuangan Daerah
Tabel V. 8.
PENERIMAAN
- Bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
- Bagian pendapatan asli daerah
- Bagian dana perimbangan
- Bagian pinjaman daerah
- Bagian lain-lain penerimaan yang sah
TOTAL
PENGELUARAN
- Belanja rutin
- Belanja pembangunan
TOTAL
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
JUMLAH (Rp)
5,707,276,000.00
25,655,116,800.00
218,696,636,370.00
17,573,721,350.00
267,633,550,520.00
Rp
Rp
Rp
208,681,386,636.00
58,952,163,884.00
267,633,550,520.00
Dari sisi penerimaan APBD kota Malang pada tahun 2001, penerimaan daerah yang
berasal dari Dana Perimbangan merupakan yang terbesar yaitu sekitar 81% atau
sekitar 218,6 milyar dari sekitar 267,6 milyar, sedangkan penerimaan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah menyumbang sekitar 9% atau sekitar 25,6 milyar. Sedangkan
penerimaan lain yaitu sebesar 5,7 milyar yang berasal dari sisa anggaran tahun lalu.
Dari sisi pengeluaran, anggaran terbesar, diperuntukan bagi belanja rutin yaitu hampir
sekitar 77% atau sekitar 208,6 milyar, sedangkan untuk belanja pembangunan,
dialokasikan hanya sebesar 58,9 milyar atau sekitar 23%. Dengan alokasi dana
pembangunan yang cukup kecil dibandingkan dengan alokasi untuk belanja rutin,
salah satu pertimbangan yang dipakai dalam menentukan kebijakan pengelolaan
anggaran belanja seperti sebagai berikut; Belanja pembangunan difokuskan pada
sektor yang bersifat cost recovery. Penerimaan PAD kota Malang perlu ditingkatkan
seiring dengan berlakunya UU tentang Otonomi Daerah melalui optimalisasi sumbersumber pendanaan yang selama ini ada, selain berusaha menciptakan sumber-sumber
pendanaan baru, baik dari penerimaan sektor pajak maupun perusahaan daerah
Tahun
1996/1997
1997/1998
1998/1999
1999/2000
SD
372
372
372
368
SMP
100
99
100
100
SMU
99
88
88
93
Perguruan Tinggi
34
37
38
41
Kecamatan
Blimbing
Lowokwaru
Klojen
Sukun
KedungKandang
Jumlah
TK
N
0
0
1
0
0
1
SD
S
49
42
70
51
41
253
N
61
52
26
55
54
248
MI
S
10
5
24
12
6
57
SLTP
S
0
0
1
1
0
2
5
5
5
11
20
46
N
3
4
8
3
4
22
SMU
S
14
12
19
13
11
69
SMK
S
10
8
11
5
9
5
38
Fasilitas Kesehatan
Jumlah Rumah Sakit selama tahun 2001 - 2002 tidak ada perubahan, begitu pula
dengan Puskesmas dan Klinik KB. Namun jumlah apotek, lab medis,rumah bersalin,
optik, BP dan BP Gigi di luar RS terjadi peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel V. 11.
SARANA KESEHATAN
RS Umum
RSU Pembantu RSU
RSU Pembantu ABRI
RSU Pembantu BUMN
Rumah Sakit Swasta
RS Khusus Bedah
RS Anak dan Bersalin
2001
7
1
1
1
4
0
1
2002
7
1
1
1
4
0
1
No
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
SARANA KESEHATAN
RS Bersalin
Rumah Bersalin
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Pondok Bersalin Desa
BP diluar RS
BP Gigi di luar RS
Klinik KB
Apotek
Rumah Obat / Toko Obat
LAB. Medis
Optik
2001
1
10
15
33
14
630
21
18
52
106
10
11
20
2002
1
17
15
33
14
617
46
48
52
110
16
13
26
Kapasitas (l/dt)
Mata air
744,5
Air Permukaan
2.300
Sumur Dalam
JUMLAH TENAGA KERJA PERUSAHAAN AIR MINUM DAERAH EKS KARESIDENAN MALANG
TAHUN 2001
No
Keterangan
1.
2.
3.
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1.355
376
852
33
503
343
Jumlah
1.731
885
846
Tabel V. 13.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DATA PAM JAWA TIMUR DAERAH EKS KARESIDENAN MALANG TAHUN 2001
Rumah
Tangga
Ket.
Sosial
Umum
Banyak
188.981
1.255
pelanggan
Persentase
banyak
93,99
0,62
pelanggan (%)
Banyak air
minum yang
40.268,01 1.494,92
disalurkan
(000 m3)
Rata-rata
penggunaan
213
1.191
air minum per
pelanggan
(m3)
Persentase
penggunaan
82,09
3,05
air minum per
pelanggan (%)
Nilai air minum
yang
37.944.492 417.172
disalurkan
(ribuan rupiah)
Sosial
Khusus
Niaga
Industri
Instansi
Pemerintah
Khusus/
lainnya
Jumlah
3.865
5.420
221
1.073
243
201.058
1,92
2,70
0,11
0,53
0,12
100,00
2.521,63
1.888,95
157,87
2.647,55
73,42
49.052,35
652
349
714
2.467
302
244
5,14
3,85
0,32
5,40
0,15
100,00
1.610.283
6.064.418
547.279
7.876.559
97.007
54.557.210
Permasalahan pelayanan air bersih adalah tingginya tingkat kehilangan air akibat
terjadinya kebocoran pada pipa distribusi serta rendahnya tingkat pelayanan.
Berdasarkan data tahun 2000 bahwa Tingkat kebocoran air PDAM sebesar 35%.
Tabel V. 14.
No.
1.
2.
3.
Bangunan Produksi
Wendit I
Wendit II
Wendit III
JUMLAH
Tabel V. 15.
Keterangan
Jumlah HU terpasang
Jumlah jiwa per Hidran Umum
Jumlah Mobil Tangki yang aktif
Jumlah rata-rata jiwa per sambungan rumah
Jumlah Pelayanan Air Minum Penduduk Kota
Tingkat Konsumsi Air Minum
Volume Air Terjual
Tingkat kehilangan air
Jumlah pegawai
Satuan
(unit)
(jiwa/HU)
(unit)
(jiwa/SR)
(%)
(l/or /hr)
(m3/bulan)
(%)
jiwa
Jumlah
60
10
2
7
61
120
2.129.577
36.09
553
Tabel V. 16.
Tarif
dasar air
minum
(Rp/ m3)
650,-
Jumlah biaya OP
tahun 2001
(Rp/bulan)
2.108.040.794,-
Tingkat
efisiensi
penagihan (%)
92
Tabel V. 17.
Jumlah Pinjaman
SLA (Rp)
RPD (Rp)
3.058.606.991,-
10.056.000.000,-
160.809.120,-
687.712.650,-
Tabel V. 18.
Kapasitas Produksi
Eksisting
l/dt
l/hari
3.004
259.545.600
Jumlah Penduduk
772.642
Kebutuhan
ideal
Kota Besar
135 l/orang/hari
Kebutuhan
Total (Lt//hr)
Selisih
(Lt//hr)
104.306.670
-155.238.930
Dari hasil analisa didapat bahwa total produksi PDAM Kota Malang sudah bisa
memenuhi kebutuhan penduduk di Kota Malang dengan kelebihan produksi sebesar
155.255.930 l/hari. Penanganan yang perlu dilakukan adalah perlunya peningkatan
jaringan distribusi, dengan melakukan penambahan dan dengan mengurangi tingkat
kebocoran.
Komponen Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kota Malang sebagian besar ditangani oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki jumlah personel 1637 (PNS dan Pasukan
Kuning). Organisasi pemungutan retribusi oleh Subdin Pendataan dan PUSM dan
bekerja sama dengan U.D Hatiga yang dikontrak pada tahun 2002 dalam
pengangkutan sampah.
Biaya pengelolaan sampah per tahun adalah 2.074.038.000,- dan penerimaan retribusi
sampah 1.575.000.000,Rata-rata timbunan sampah kota 1.850 m3 / hari dan volume rata-rata sampah yang
telah dikelola 1.370 m3/hari.
Tabel V. 19.
No.
1.
Jenis
Sarana Pengumpul Sampah
- Gerobak sampah
- Becak sampah
Jumlah
425 unit
2.
3.
14 unit
17 unit
Peralatan di TPA
- Buldozer
- Back Hoe
- Loader
- traktor
2 unit
2 unit
1unit
1unit
4.
80 unit
48 unit
141 unit
Tabel V. 20.
No
Nama/Lokasi
Luas
(Ha)
Sistem
Pengolahan
Status
Tanah
1.
12
Semi
Landfill
Milik Pemkot
Tabel V. 21.
Sanitasi
Jarak dari
pusat ke TPA
(km)
15
Jarak
Ke
Pemukiman
Terdekat (km)
1,700
Jumlah Penduduk
Timbulan Sampah
Kota Besar
Perkiraan
timbulan
sampah total
Sampah
yang
terangkut
saat ini
Selisih
763.465
3,25 liter/orang/hari
2.481 m3
1.370 m3
1.141,08 m3
Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25
liter/orang/hari, Kota Malang dengan jumlah penduduk 763.465 jiwa, menghasilkan
2.481 m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000.
Namun Kota Malang baru dapat mengelola sebanyak 1.370 m3. Sehingga banyaknya
sampah yang belum terlayani adalah 1.111 m3 atau 44%.
Komponen Sanitasi/Limbah Cair
Pengelolaan limbah dilayani dengan fasilitas pengelolaan setempat (on site system)
dan fasilitas pengelolaan terpusat (off site system) . Fasilitas on site system terdiri dari
fasilitas on site dan fasilitas komunal. Sedangkan fasilitas off site system
menggunakan IPLT dan IPAL.
Tabel V. 22.
Tangki
Septik
(unit)
-
Fasilitas On Site
Cubluk
Jumlah penduduk
(unit)
yang terlayani
(jiwa)
-
Tabel V. 23.
No
Jenis
Pengelola
1.
IPLT Supit
Urang
UPTD Pengelola
Tinja dan Air Limbah
2.
IPAL
di
Kelurahan
Mergosono
UPTD Dinas
Kebersihan
Subdin Pendataan
dan PUSM
Fasilitas Komunal
Tangki Septik
komunal (unit)
Jumlah
penduduk
terlayani
3017 KK
Kapasitas
pengolahan
penampungan
dan
pengerukan
Rp 1.712.500,- per
bulan
16000 jiwa
Keterangan
Sistem perpipaan (sewerage):
Pipa servis (m) : 12.132,00
Pipa kolektor (m) : 2.217,00
Pipa Utama (m) : 1.421,20
jenis pengolahan UASB
Organisasi Pemungutan Retribusi
Rp 169.624.000,per bulan
Rp 6000,-/m2
Sumber:
IPLT=Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
IPAL=Instalasi Pengolahan Air Limbah
MCK
(unit)
Biaya pengangkutan
Tarif penyedotan tinja
berdasarkan Perda No 10 tahun
2001
Komponen Drainase
Secara umum kondisi drainase di Kota Malang terutama pada saluran drainase
tertutup, sebagian besar sudah cukup tua peninggalan jaman penjajahan Belanda.
Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumpatan dan
tidak berfungsinya manhole sebagi street inlet. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan
bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan
intensitas curah hujan.
Ditinjau dari kondisi fisik kota yang merupakan dataran tinggi dengan aliran utama
berupa sungai, maka saluran yang terdapat di Kota Malang dapat dibagi menjadi 2
(dua) saluran drainase makro dan drainase mikro.
1. Wilayah drainase makro
2. Drainase mikro, berkembang dengan 2 pola yaitu:
Selain berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan, drainase di Kota Malang juga
difungsikan sebagai saluran pembuangan limbah domestik (mix drain) yang secara
tidak langsung telah menimbulkan proses sedimentasi yang dapat berakibat terhadap
terjadinya luapan air.
Panjang saluran
a. Saluran sekunder (m) : 8.446 (Kec. Klojen)
b. Saluran primer (m)
: 6.198 (Kec. Klojen)
Daerah genangan
a. Luas (Ha)
: 1,00
b. Tinggi (cm)
: 15
c. Lama (jam)
:1
d. Frekuensi (kali/tahun) : setiap hujan lebat
e.
Komponen Jalan
Jaringan jalan merupakan unsur utama dalam pembangunan kota utamanya yang
berhubungan dengan strategi pengembangan dan perluasan kota. selanjutnya
klasifikasi sistem jalan utama di kota Malang menurut fungsinya terdiri dari jalan arteri
Primer dan sekunder yang merupakan poros Utaraselatan dan sebagian besar untuk
rute Timur-Barat merupakan jalan kolektor.
Tabel V. 24.
No
1.
2.
3.
4..
5.
6.
7.
8.
9.
Total
Panjang (km)
30,1
28,6
26,2
23,4
76,79
179,95
18,4
0,4
282,5
663.34
Perkerasan jalan di Kota Malang kondisinya relatif baik, namun masih banyak jalanjalan lokal yang kondisinya kurang baik. Permukaan jalan memburuk akibat
kurangnya pemeliharaan dan air yang tergenang tidak dapat mengalir karena
kurangnya sistem drainase yang memadai.
Secara umum kondisi jaringan jalan yang ada di Kota Malang pada tahun 2000
adalah jalan dalam kondisi rusak sepanjang 86,41 Km, jalan dalam kondisi sedang
sepanjang 398,31 Km dan jalan dalam kondisi baik sepanjang 180,92 Km.
Permasalahan sektor jalan kota dl Kota Malang pada umumnya berkisar pada masalah
kecelakaan lalu lintas, kurang lengkapnya sarana prasarana transportasI, dan
penerapan sistem lalu lintas jalan kota yang kurang sempurna.
Secara umum permasalahan sektor jalan kota di Kota Malang dapat digambarkan
sebagai berikut :
1. Permasalahan Keselamatan Jalan Raya
Permasalahan keselamatan jalan raya terjadi pada beberapa lokasi yang berada
di dalam kota, yaitu :
Pada persimpangan-persimpangan yang tidak dilengkapi tanda pengatur lalu
lintas dimana sering terjadi konflik IaIu lintas.
Pada jalan yang lampu lalu lintasnya tidak berfungsi dengan baik atau
geometriknya tidak baik.
Akses ke terminal, dimana terdapatnya konflik antar pejalan kaki, angkutan kota
dan lalu lintas lainnya
Sisi ruas jalan yang digunakan untuk berbagai kegiatan,seperti pedagang kaki
lima, parkir mobil, becak dan lalu lintas pejalan kaki yang tidak teratur.
2. Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan data dari polisi lalu lintas Kota Malang, kecelakaan lalu lintas yang
terjadi pada tahun 1997- 2001 adalah sebagai berikut:
Tabel V. 25.
JenIs Kecelakaan
1.
Meninggal
2.
Luka Parah
3.
Luka Ringan
Total
1997
76
62
553
691
Tahun Kejadian
1998 1999 2000
59
64
42
65
68
72
225
144
241
349
276
255
2001
23
57
204
284
Lokasi rawan kecelakaan yang terjadi periode tahun tersebut terdapat pada ruas.ruas jalan utama seperti :
a. Jl. Kolonel Sugiono
Pada Persimpangan reI K.A dengan JI. Sartono, JI. Kebalen Wetan, JI.
Martadinata
Sekitar Persimpangan JI Satsuit Tubun dan akses ke Terminal Gadang dan
Pasar Induk Gadang.
b. Supriadi
Berdekatan dengan RS Supraon dan STM Nusantara.
c. Jl. MT. Haryono
Sekitar Pasar Dinoyo
Disepanjang ruas jalan yang melintasi Kelurahan Tlogomas (sekitar
Perumahan Bukit Hijau dan Permata Hijau) hingga terminal Landungsari.
d. Jl. Basuki Rachmad yang berdekatan dengan kantor Telkom dan pada ruas Jl
Sudarmo yang berdekatan dengan persimpangan JI. Ciliwung dengan pasar
buah.
3. Kapasitas persImpangan
a. Permasalahan kapasitas yang dijumpai pada beberapa persimpangan utama
yang menjadi lokasi kritis yang telah dilengkapi dengan lampu lalu lintas tetapi
masih memerlukan perbaikan serta adanya pelebaran jalan untuk menambah
kapasitas.
b Beberapa perlengkapan lampu lalu lintas memerlukan pergantian karena alat
penggontrol lampu sudah tidak berfungsi pada saat penyalaan.
4. Jalan satu arah
a. Sistim satu arah banyak diterapkan pada ruas jalan di Kota Malang terutama
pada pusat kota. Pengendara akan menempuh jarak lebih jauh apabila ingin
memutar arah dan harus menuju ke putaran-U
b. Sistim seperti ini terutama berdampak pada trayek angkutan kota yang
lintasannya bervariasi.
5. Akses ke terminal
a Persimpangan yang berdekatan dengan terminal pada umumnya mengalami
kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh banyaknya angkutan kota dan bus
yang keluar masuk terminal. Sedangkan pada akses terminal terjadi konflik
antara pejalan kaki, angkutan kota, bus dan kendaraan lainnya.
b. Permasalahan utama yang terjadi pada Terminal Arjosari ditimbulkan oleh
persimpangan JI. Raden Intan dimana angkutan kota membelok dari jalan utama.
Pada Terminal Gadang kondisi sangat macet terutama pada persimpangan jalan
K.S. Tubun yang berdekatan dengan Pasar Gadang yang kegiatan utamanya
memanfaatkan sebagian badan jalan sehingga mempengaruhi lalu lintas
dipersimpangan. Diterminal Landungsari juga mengalami kemacetan yang terjadi
pada pintu keluar menuju jalan utama karena lampu lalu lintas pada lokasi ini
sudah tidak ada atau tidak berfungsi lagi
6. Dampak angkutan terhadap arus lalu lintas
Banyak angkutan kota yang beroperasi sangat berpengaruh terhadap lalu lintas
terutama pada masalah kemacetan
Trayek angkutan umum yang melalui pusat kota terpencar ke berbagai jalan
yang berbeda.
7. Parkir di badan jalan
Pada umumnya ruas jalan dalam kota dimanfaatkan sebagai lahan parkir kecuali
pada jalan-jalan utama yang memiliki papan larangan. Pada beberapa ruas jalan
diijinkan parkir dengan sistim serong dan tegak lurus. Hal ini akan berdampak pada
kapasitas ruas jalan dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Sedangkan pada
kawasan pusat kota permasalahannya lebih krusial lagi dengan adanya berbagai
kegiatan yang memanfaatkan badan jalan seperti pedagang kaki lima, pejalan kaki,
kendaraan parkir dan lalu lintas kendaraannya lainnya.
8. Parklr dan larangan berhenti
Penerapan larangan parkir yang ada memerlukan perbaikan-perbaikan untuk
menghindari terjadinya permasalahan lalu lintas yang baru. Berdasarkan
pengamatan yang diperoleh sebagian besar angkutan umum melakukan
pelanggaran terhadap rambu-rambu larangan parkir, sehingga mengganggu lalu
lintas lainnya.
9. Persimpangan rel kereta api
Persimpangan reI kereta api yang ada di Kota Malang memotong jalur utama lalu
lintas utara - selatan pada dua tempat. Jika pintu persimpangan tertutup, antrian
kendaraan semakin bertambah bahkan kendaraan berhenti memenuhi jalan
sehingga pada saat pintu terbuka menimbulkan hambatan bagi lalu lintas
sebaliknya.
Kondisi permukaan jalan jelek sehinga mempengaruhi kapasitas di
persimpangan seperti pada JI. Martadinata, JI. Sugiono dan JI. Sartona
10. Putaran-U