PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pioderma merupakan penyakit kulit yang sering dijumpai. Impetigo
merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering menyerang bayi baru
lahir, terutama pada bayi yang kebersihan badannya kurang. Impetigo biasanya
terjadi setelah cidera pada kulit, seperti luka maupun pada bekas infeksi virus
herpes simpleks yang disebut impetigo sekunder. Namun, dapat pula terjadi pada
kulit normal yang disebut dengan impetigo primer.1,2
Faktor predisposisi mudahnya terjadi infeksi kulit pada bayi baru lahir
antara lain hygiene yang kurang yaitu perawatan pasca kelahiran yang tidak
bersih, kemudian neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR), malnutrisi,
lingkungan yang kotor, musim panas dengan banyak debu atau adanya penyakit
lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu.1,3-6
Insiden impetigo terjadi hampir di seluruh dunia, di Amerika Serikat
kurang lebih 9 10 % dari usia neonatus hingga anak-anak datang ke klinik kulit
menderita impetigo, dengan perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan
perempuan adalah sama. Impetigo sering menyerang bayi baru lahir dan anakanak, jenis yang terbanyak (sekitar 90%) adalah impetigo bulosa, terjadi pada bayi
baru lahir hingga anak usia 2 tahun. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis
atau beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat
ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah.1,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Impetigo merupakan penyakit
infeksi menular pada kulit superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit,
yang menyebabkan terbentuknya lepuhan-lepuhan berisi nanah (bula hipopion),
mudah pecah dan meninggalkan kulit yang terkelupas dengan pembentukan
krusta. Impetigo neonatorum merupakan varian impetigo bulosa yang terjadi
pada neonatus. Penyakit ini merupakan salah satu contoh pioderma yang sering
dijumpai dalam kasus penyakit kulit pada bayi baru lahir.1,4
2.2 Epidemologi
Impetigo sering menyerang bayi baru lahir dan anak-anak, jenis yang
terbanyak (sekitar 90%) adalah impetigo bulosa, terjadi pada bayi baru lahir
hingga anak usia 2 tahun. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau
beriklim panas serta pada negara-negara yang berkembang dengan tingkat
ekonomi masyarakat yang masih tergolong lemah.1,4
Kebanyakan infeksi bermula sebagai infeksi Streptococcus tetapi
kemudian Staphylococcus mengantikan Streptococcus. Selain dapat menyebabkan
manifestasi pioderma primer dari kulit yang utuh, dapat juga menyebabkan infeksi
sekunder dari penyakit kulit yang ada sebelumnya atau pada kulit yang terkena
trauma yang disebut dengan dermatitis impetigenisata. Impetigo jarang
berkembang
menjadi
infeksi
sistemik,
walaupun
post
streptococcal
kecil. Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh
sendiri tapi dapat juga menjadi kronik.
b.
Menurunnya daya tahan tubuh, misalnya karena berat badan lahir rendah
(BBLR) atau bayi preterm
c.
d.
Tilibury Fox)
Impetigo krustosa, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B hemolyticus.
Tidak disertai gejala umum, hanya terdapat pada anak. Tempat predileksi di
wajah, yakni sekitar lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika
penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwama kuning seperti
madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi dibawahnya, krusta sering
menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.1,7,8
Komplikasinya glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh serotipe
tertentu, diagnosis bandingnya adalah ektima. Pengobatan yang dipakai jika
krusta sedikit, lepaskan krusta dan diberi antibiotik. Jika krusta banyak, diberikan
pengobatan antibiotik sistemik.1,7,8
Impetigo neonatorum
Impetigo neonatorum atau disebut juga dengan bullous impetigo of
10
dengan diameter <0,5 cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi
vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung nanah/pus) yang
mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna kunig madu
dan lengket yang berukuran <2 cm dengan kemerahan minimal atau tidak ada
kemerahan di sekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian
mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di
bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta
akan kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di
bagian tengah. Kemudian pada impetigo bulosa yang timbul secara tiba-tiba pada
kulit yang sehat dari plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah,
berdiameter 1-5 cm, pada daerah dalam dari alat gerak (daerah ekstensor),
bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan dinding yang tebal, dapat bertahan
selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan krusta yang berwarna
coklat, datar dan tipis.8-10
2.7 Gejala Klinis
a. Impetigo Bulosa
Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul
sampai bula (gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dan 1
cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan.
Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi
berwarna keruh.
Atap dan bula pecah dan meninggalkan gambaran collerette pada
pinggirnya. Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika
Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti
b. Impetigo Krustosa
Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul
disekelilingnya.
Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya
atau mengikuti kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis
jaringan parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat
ditemukan pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda
glomerulonefritis (radang pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi
oleh kuman Streptococcus penyebab impetigo.1-3,7
12
menjadi lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit.
Pemfigoid vulgaris: bula yang tidak gatal, ukuran bervariasi dan 1 sampai
beberapa
sentimeter,
muncul
bertahap
dan
menjadi
menyeluruh
tangan kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; lesi terdapat
pada beberapa tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.
Dermatitis atopi: keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama
(kronik) dan kulit yang kering; penebalan pada pada lipatan kulit terutama
pada dewasa (likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah
yang mengiritasi.
Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan
dinding) dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan
jaringan parut bila infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).1-3,7
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau
pada suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang
kurang
berespons
terhadap
pengobatan,
13
maka
diperlukan
pemeriksaan-
a.
Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan gram
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutrofil dengan
Kultur cairan
Pada pemeriksaan ini umumnya akan mengungkapkan
adanya
14
Komplikasi
Pencegahan
3.
15
4.
5.
6.
namun dapat mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif).
Hygiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap
7.
8.
2.13
Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan
16
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Nama/ no MR
Umur
: 13 hari
Jenis kelamin
: Laki-laki
Ayah/Ibu
: MYN /RFS
Suku
: Melayu
Alamat
: Bangkinang
Tanggal masuk
: 29 Maret 2015
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh
Keluhan utama
Neonatus usia lahir pada tanggal 16 Maret 2015 secara spontan di rumah
dengan bantuan bidan, nilai APGAR 8/9.
Neonatus cukup bulan, keadaan lahir langsung menangis dan akral hangat.
Neonatus tidak sesak, merintih, muntah, ataupun tampak biru. Sisa ketuban
jernih dan langsung dilakukan inisiasi menyusui dini (IMD). Tidak dilakukan
injeksi neo K dan pemberian salep mata.
17
Lima hari sebelum masuk rumah sakit ibu mengeluhkan kulit pasien memerah
pada daerah leher dan bahu sebelah kanan, semakin lama kulit tampak seperti
terbakar dan melepuh. Oleh keluarga daerah yang merah diolesi minyak dan air
dari obat-obatan kampung dengan menggunakan daun-daun. Kulit yang
melepuh pecah membentuk keropeng berwarna kuning seperti madu. Lama
kelamaan keropeng dan kulit sekitarnya berubah warna menjadi kehitaman
dengan bagian tengah membentuk luka. Pada luka terdapat nanah warna
kekuningan dan berbau busuk. Pasien juga demam, demam semakin tinggi dan
terus menerus. Pasien dibawa berobat ke bidan puskesmas, diberi antibiotik
dan paracetamol (nama antibiotik ibu lupa). Orang tua mengaku luka semakin
cepat meluas sampai ke sekeliling leher dan punggung pasien. Kemudian
pasien dibawa ke RSUD Arifin Achmad. Ibu mengaku selama sakit bayi
dimandikan sekali sehari dan luka dibersihkan dengan kain bersih.
Riwayat kehamilan :
Ibu usia 27 tahun, dengan diagnosa kehamilan G3P2A0H2. Hari pertama haid
terakhir ibu 7 Mei 2015 (usia kehamilan 39 - 40 minggu). Selama hamil rutin
melakukan antenatal care (ANC) teratur sebanyak 9 kali ke bidan praktik,
dikatakan kondisi janin baik dan ibu sehat. Ibu mengkonsumsi vitamin yang diberi
oleh bidan selama hamil. Ibu tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Ibu
tidak menderita penyakit kencing manis, penyakit jantung, alergi dan asma.
Selama hamil ibu tidak pernah demam dan keputihan yang berbau. Konsumsi
sayur dan buah rutin setiap hari. Berat badan (BB) sebelum hamil 45 kg, tinggi
badan 155 cm (IMT sebelum hamil 18,75 kg/m2), BB saat hamil 9 bulan 55 kg
(IMT 22,9 kg/m2).
18
Riwayat persalinan :
Pada tanggal 16 Maret 2015 ibu menjalani persalinan spontan pervaginam di
rumah dengan bantuan bidan praktik. Bayi lahir langsung menangis dan sisa
ketuban jernih. Berat bayi lahir 3200 gram.
Riwayat penyakit keluarga :
Ibu mengatakan kakak dan abang kandung pasien pernah mengalami keluhan
yang sama beberapa hari setelah lahir tetapi tidak separah pasien dan langsung
sembuh. Tidak ada penyakit kencing manis, riwayat alergi ataupun asma dalam
keluarga.
Riwayat orang tua :
Ayah : pekerjaan wiraswasta, pendidikan terakhir SMA
Ibu
Kesadaran
: Alert
19
Tanda-tanda vital
Suhu
Frekuensi jantung
: 150 x / menit
Frekuensi napas
: 46 x / menit
Status pertumbuhan
BBL
: 3200 gram
BBM
: 3220 gram
LK
: 31 cm
PB
: 47 cm
LD
: 36 cm
LP
: 34 cm
LILA
: 9 cm
Mata
Kepala / wajah
Sistem respirasi
: frekuensi
napas
46
x/menit,
terdapat
retraksi
20
Sistem kardiovaskular : heart rate 150 x/menit, bunyi jantung I dan II terdengar
reguler, tidak ada murmur dan gallop, denyut perifer
cukup.
Sistem gastrointestinal : warna dinding abdomen merah, lingkar perut 34 cm,
bising usus terdengar normal, tali pusat sudah lepas,
anus paten.
Genetalia eksterna
Ekstremitas
Ballard score
Tampak makula eritem dengan luka bergaung, ukuran terbesar 7 x 5,5 cm,
terkecil 2 x 3 cm mulai daerah leher, bahu kanan hingga punggung kanan, dan
dada kiri. Luka mencapai lapisan subkutis dasar hiperemis dengan batas tegas
tepi tidak rata berwarna keunguan. Terdapat sekret warna kekuningan dan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin
Leukosit : 47300 /ul
Hb
: 13,6 g/dl
21
Ht
: 41,5 %
Trombosit : 367000 /ul
DIAGNOSIS
1. Nenatus cukup bulan (NCB, 40-42 minggu) sesuai masa kehamilan (SMK),
berat bayi lahir cukup (BBLC)
2. Impetigo bulosa dengan nekrotik luas
PENATALAKSANAAN
Terapi awal :
-
Rencana :
-
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
22
FOLLOW UP
Hari/ Tanggal
Usia : 14 hari
BB l : 3200 gram
BB k : 3220 gram
BB s : 3240 gram
Diuresis : 6 ml/kgBB/jam
P
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Penicilline procain 150000 IU im
ASI/PASI 90 ml/ 3jam
Konsul spesialis Bedah Anak
R/ kultur dan uji resistensi pus
dan pemeriksaan CRP
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Penicilline procain 150000 IU im
ASI/PASI 100 ml/ 3jam
R/Debribement
Usia : 15 hari
BB l : 3200 gram
BB k : 3240 gram
BB s : 3220 gram
Diuresis : 6,4 ml/kgBB/jam
Pemeriksaan penunjang
CRP : reaktif 192 mg/L
Usia : 16 hari
BB l : 3200 gram
BB k : 3220 gram
BB s : 3230 gram
24
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Penicilline procain 150000 IU im
ASI/PASI 100 ml/ 3jam
R/Debribement
Usia : 17 hari
BB l : 3200 gram
BB k : 3230 gram
BB s : 3240 gram
Diuresis : 4,3 ml/kgBB/jam
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Penicilline procain 150000 IU im
ASI/PASI 100 ml/ 3jam
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Meropenem 125 mg/ 8 jam iv
25 mg/ 12 jam iv
ASI/PASI 100 ml/ 3jam
meropenem,
amikacin,
tigecycline,
nitrofurantoin
Usia : 19 hari
BB l : 3200 gram
BB k : 3335 gram
BB s : 3290 gram
Diuresis : 6,2 ml/kgBB/jam
28
Rawat Isolasi
Ganti verban 2 x sehari
Meropenem 125 mg/ 8 jam iv
25 mg/ 12 jam iv
ASI/PASI 100 ml/ 3jam
BAB IV
PEMBAHASAN
30
di tempat perumahan padat dan sumber air untuk mandi, mencuci dan kakus
adalah air sungai. Selain itu faktor pengetahuan keluarga tentang kesehatan juga
kurang baik, dimana saat muncul lepuhan pada pasien oleh keluarga diolesi
minyak dan air dari obat-obatan kampung dengan menggunakan daun-daun yang
belum terjamin kebersihannya.1
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Pioderma.
Edisi ke 6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2013. p.57-61
2. Lissauer T, Fanaroff A. At a Glance Neonatologi: Infeksi bakteri spesifik.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2009. p.102-103
3. Lissauer T, Fanaroff A. At a Glance Neonatologi: Infeksi neonatal. Jakarta:
Erlangga Medical Series; 2009. p.100-101
4. Kosim M Sholeh, dkk. Buku Ajar Neonatologi: Gangguan Kulit pada Bayi
Baru Lahir. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. p.210-225
5. Siregar R.S. Atlas Berwama Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. p.45-49
6. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit: Infeksi bakteri kulit stafilokok dan
streptokok. Jakarta: Badan Penerbit Hipokrates; 2007. p.46-49
7. Lewis S Lisa, Steele Russell W. Impetigo. [cited 2015 April 5] Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/965254-overview
8. Craft N, et al. Superficial Cutaneous Infections And Pyodermas. In: Wolff K,
et al, eds. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine, 7th ed. USA:
McGraw-Hill. 2008. p.709-1694
9. Freedberg, et al. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. Two Vol
Set, 6th edition. USA: McGraw-Hill Professional. 2003
10. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of
Dermatology, 3th ed Vol 2. 1979. p.338-341
11. Wahid, Dian Ibnu. Impetigo: Terapi dan Penggunaan Antibiotika Topikal
Berdasarkan Evidence Based Medicine. [cited 2015 April 5] Available from:
http://diyoyen.blog.friendster.com/ 2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaanantibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/
34