oleh seluruh pihak baik itu oleh pihak sekolah yang mengontrol seluruh kegiatan siswa
di sekolah dan pihak orang tua yang mengontrol kesehatan anak di rumah, sehingga
kebutuhan gizi pada anak usia ini lebih tercukupi. Kebiasaan konsumsi jajanan anak di
sekolah memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan
penjual jajanan anak disekitar sekolah lebih cenderung kurang memperhatikan kecukupan
gizi dan keamanan dari jajanan yang dijual. Sangat penting bagi anak, orang tua, guru
dan pihak lainya untuk mengetahui betapa pentingnya memilih makanan jajanan sehat
untuk dikonsumsi oleh anak. (Riris Lindiawati Puspitasar 2013)
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol.2, No.1, Maret
2013. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar
Riris Lindiawati Puspitasar
Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting untuk dijaga, terutama makanan
dan minuman dikonsumsi oleh anak-anak, karena mereka memiliki imunitas yang lebih
rentan terhadap penyakit. Namun, kebanyakan dari anak usia sekolah mempunyai
kebiasaan untuk jajan sehabis waktu sekolah selesai .Sering kali jajanan tersebut
dijajakan di pinggir jalan atau di pinggir saluran pembuangan air dan ditempatkan pada
area terbuka sehingga, memudahkan terjadinya kontak antara pangan yang dijajakan
dengan mikroba. Padahal
mikroba adalah salah satu penyebab penyakit diare. Anak usia sekolah mudah terserang
penyakit diare, karena jajanan yang mereka konsumsi mudah tercemar oleh mikroba.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal
pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah
satu upaya kesehatan tersebut adalah dengan perbaikan gizi anak usia sekolah dasar.
Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi
dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. idodo Judawarto,
Antisipasi
Perilaku
Makan
2010;http://www.litbang.depkes.go.id
Anak
Sekolah,
diakses
Juli
Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota
maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan
rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Tidak jarang juga pada anak
sekolah dasar ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan
maupun agak berat.
2
Kebiasaan jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan
anak di rumah. Selain itu, masih banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
sehingga justru dapat membahayakan kesehatan anak.
Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan
keamanan pangan dan 45% jajanan anak ditemukan berbahaya.
Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat
dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.
Anak usia sekolah dasar dalam hal ini adalah anak dengan kisaran usia 7-12 tahun. Pada
penelitian yang dilakukan oleh dr. Saptawati Bardosono, ahli gizi dari Universitas
Indonesia, di 5 sekolah dasar di jakarta, didapatkan sebanyak 94,5% anak mendapatkan
asupan gizi di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal senada diungkapkan
oleh Endang Dewi Lestari dengan penelitiannya pada 10 sekolah dasar di Solo.
Didapatkan semuanya menderita defisiensi zat seng. Rendahnya kecukupan gizi pada
kelompok anak usia sekolah dasar berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik, konsentrasi
dan prestasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Satoto, ditemukan sebanyak 30-35%
anak sekolah dasar tumbuh di bawah baku yang ada.
http://www.lkc.or.id/2012/09/14/masalah-gizi-pada-anak-sekolah-dasar/
dr. Yahmin Setiawan, MARS (Direktur LKC Dompet Dhuafa) danAnthony Christian
Darmawan (Mahasiswa FKUI Semester 10 yang sedang magang di LKC Dompet
Dhuafa)