Anda di halaman 1dari 5

Jajanan anak sekolah saat ini semakin beragam.

Apalagi, jadwal padat yang dimiliki anak


sekolah saat ini berdampak pada 90 persen kebutuhan energinya didapat dari jajanan di
sekolah. Selain memperhatikan kehalalannya, faktor tayib juga penting diperhatikan.
Makanan maupun minuman yang menjadi jajanan di sekolah harus mendapat perhatian
dari orang tua dan guru. Berdasarkan hasil pengawasan Balai Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) pada 2008-2010, didapati 40 hingga 44 persen sampel pangan jajanan
anak sekolah (PJAS) yang telah diuji tidak memenuhi syarat. Pangan jajanan anak
sekolah tersebut telah ditemukan bahan berbahaya, cemaran mikroba, dan bahan
tambahan yang melebihi batas.
Kepala BPOM Roy Sparringa mengatakan, makanan yang tidak aman merupakan
makanan yang tidak layak dikonsumsi karena rusak atau basi. Penyebab makanan basi
karena tercemar mikroba yang berasal dari hewan, manusia, atau benda lain yang
berkembang biak.
Selain mikroba, debu yang terbawa udara dan mencemari makanan yang tidak terbungkus
dengan baik berbahaya untuk anak-anak. Sedangkan, bahan tambahan pangan yang perlu
diwaspadai adalah bahan tambahan kimia yang disalahgunakan.
Saat ini, bahan kimia yang banyak terkandung dalam makanan berbahaya, di antaranya,
boraks yang digunakan sebagai pengenyal, formalin digunakan sebagai pengawet, dan
pewarna merah rhodamin B serta pewarna kuning Methanyl yellow sebagai pewarna
makanan, teramg Roy
BPOM telah mencatat sekolah yang memenuhi syarat untuk jajanan sehat anak sekolah
sebanyak 16.993 di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah seluruh Indonesia. Program
ini telah melindungi 2,8 juta siswa namun masih jauh dari harapan karena belum
mencapai 10 persen dari jumlah keseluruhan sekolah sebanyak 180 ribu, ujarnya
Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron Mukti mengatakan, makanan yang sehat adalah
makanan yang bermutu. Masyarakat perlu memperhatikan makanan sehat dari aspek
kebersihan dan higienitas makanan. Pihaknya telah menyediakan ahli gizi dan sanitasi
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menurut Auditor LPPOM MUI Chilwan Pandji, makanan jajanan anak sekolah, seperti
gorengan memang perlu mendapat perhatian. Banyak kue-kue yang perlu diperhatikan

bahan-bahan pembuatannya halal atau haram.


Saat ini, untuk meyakinkan masyarakat terkait jajanan anak sekolah, pihaknya bekerja
sama dengan UMKM di daerah-daerah untuk memberikan sertifikat halal. Sehingga,
masyarakat tidak perlu khawatir terhadap jajanan.
http://www.republikapenerbit.com/artikel/detail_info/367
Karbohidrat yang meningkat ini, membuat kualitas pertumbuhan anak menurun. Dan lagi
pertumbuhan otaknya juga bisa berhenti pada usia 5 tahun. Kepala BPOM, Dr. Roy A
Sparringa, M.App.Sc
Di sekolah, jajanan anak tidak berkualitas mencapai tujuh sampai sembilan persen.
Sementara yang bawa bekal hanya sekitar dua belas persen," ungkap Roy. Menurut
Kepala BPOM, Dr. Roy A Sparringa, M.App.Sc tahun 2014 ditargetkan 10 persen
sekolah dari total 180.000 SD dan MI yang akan dilakukan pengaAnak Sekolah (PJAS).
http://health.liputan6.com/read/795798/jajanan-anak-sekolah-masih-jadi-perhatian-di2014
Jajanan yang mengandung pewarna tekstil, formalin, boraks, penyedap dan pemanis
buatan dapat memicu terjadinya gagal ginjaL..Selain itu, penyakit seperti otot kaku,
kerusakan jaringan otak, hingga penurunan daya kognitif bisa terjadi pada orang yang
gemar mengkonsumsi jajanan mengandung bahan berbahaya secara terus menerus.
Hanya 32 persen sekolah yang memiliki kantin sehat. Sisanya ada tukang penjaja
makanan yang mengandung zat adiktif, terkontaminasi bakteri, serta sumber air tidak
sehat. (Rachmat, 2012.)
Makanan jajanan anak memiliki berbagai jenis diantaranya seperti bakso, mie, es campur,
jus buah, kue kecil -kecil, es krim yang banyak dijual disekitar area sekolah. Anak-anak
terkadang kurang bisa memilih makanan jajanan yang dibeli di area sekolah. Kurang
cermatnya anak dalam memilih makanan jajanan yang kurang sehat dapat menimbulkan
beberapa dampak diantaranya yaitu nafsu makan anak dapat menurun dan timbulnya
beberapa penyakit seperti obesitas pada anak dan kurang gizi. Hal ini perlu diperhatikan

oleh seluruh pihak baik itu oleh pihak sekolah yang mengontrol seluruh kegiatan siswa
di sekolah dan pihak orang tua yang mengontrol kesehatan anak di rumah, sehingga
kebutuhan gizi pada anak usia ini lebih tercukupi. Kebiasaan konsumsi jajanan anak di
sekolah memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, sedangkan
penjual jajanan anak disekitar sekolah lebih cenderung kurang memperhatikan kecukupan
gizi dan keamanan dari jajanan yang dijual. Sangat penting bagi anak, orang tua, guru
dan pihak lainya untuk mengetahui betapa pentingnya memilih makanan jajanan sehat
untuk dikonsumsi oleh anak. (Riris Lindiawati Puspitasar 2013)

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol.2, No.1, Maret
2013. Kualitas Jajanan Siswa di Sekolah Dasar
Riris Lindiawati Puspitasar
Kebersihan makanan dan minuman sangatlah penting untuk dijaga, terutama makanan
dan minuman dikonsumsi oleh anak-anak, karena mereka memiliki imunitas yang lebih
rentan terhadap penyakit. Namun, kebanyakan dari anak usia sekolah mempunyai
kebiasaan untuk jajan sehabis waktu sekolah selesai .Sering kali jajanan tersebut
dijajakan di pinggir jalan atau di pinggir saluran pembuangan air dan ditempatkan pada
area terbuka sehingga, memudahkan terjadinya kontak antara pangan yang dijajakan
dengan mikroba. Padahal
mikroba adalah salah satu penyebab penyakit diare. Anak usia sekolah mudah terserang
penyakit diare, karena jajanan yang mereka konsumsi mudah tercemar oleh mikroba.
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan modal
pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah
satu upaya kesehatan tersebut adalah dengan perbaikan gizi anak usia sekolah dasar.
Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian zat gizi
dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. idodo Judawarto,
Antisipasi

Perilaku

Makan

2010;http://www.litbang.depkes.go.id

Anak

Sekolah,

diakses

Juli

Berbagai penelitian yang pernah dilakukan terhadap anak-anak sekolah baik di kota
maupun pedesaan di Indonesia diketahui bahwa pada umumnya berat dan tinggi badan
rata-rata anak sekolah dasar berada di bawah ukuran normal. Tidak jarang juga pada anak
sekolah dasar ditemukan tanda-tanda penyakit gangguan gizi baik dalam bentuk ringan
maupun agak berat.
2
Kebiasaan jajan yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan
anak di rumah. Selain itu, masih banyak jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan
sehingga justru dapat membahayakan kesehatan anak.
Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan
keamanan pangan dan 45% jajanan anak ditemukan berbahaya.
Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat
dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.
Anak usia sekolah dasar dalam hal ini adalah anak dengan kisaran usia 7-12 tahun. Pada
penelitian yang dilakukan oleh dr. Saptawati Bardosono, ahli gizi dari Universitas
Indonesia, di 5 sekolah dasar di jakarta, didapatkan sebanyak 94,5% anak mendapatkan
asupan gizi di bawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Hal senada diungkapkan
oleh Endang Dewi Lestari dengan penelitiannya pada 10 sekolah dasar di Solo.
Didapatkan semuanya menderita defisiensi zat seng. Rendahnya kecukupan gizi pada
kelompok anak usia sekolah dasar berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik, konsentrasi
dan prestasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Satoto, ditemukan sebanyak 30-35%
anak sekolah dasar tumbuh di bawah baku yang ada.
http://www.lkc.or.id/2012/09/14/masalah-gizi-pada-anak-sekolah-dasar/
dr. Yahmin Setiawan, MARS (Direktur LKC Dompet Dhuafa) danAnthony Christian
Darmawan (Mahasiswa FKUI Semester 10 yang sedang magang di LKC Dompet
Dhuafa)

enurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa,


2,5 juta orang di seluruh dunia mengkonsumsi SF setiap hari [2]. Penduduk kota di sub
Sahara Afrika dan Asia menghabiskan 15 sampai 50% dari anggaran pangan rumah
tangga mereka di SF [3, 4] dengan persentase tertinggi di antara yang terkecil dan
termiskin keluarga [5, 6] Warga .Urban di Accra, ibu kota Ghana, menghabiskan lebih
dari 33% dari anggaran makanan mereka pada SF.
Sebuah bagian penting dari konsumen SF adalah sekolah anak-anak d -age yang
menghabiskan besar
proporsi hari mereka jauh dari rumah [7, 8. Sebuah studi di Senegal melaporkan bahwa
hampir sepertiga dari semua konsumen makanan jalanan yang baik anak-anak atau
remaja [8]. Sebuah studi yang dilakukan di Mali juga menemukan bahwa anak-anak
adalah konsumen penting dari SF
dan bahwa mereka memiliki kemerdekaan yang cukup dalam memilih SF untuk
mengkonsumsi [9].
Dalam sebuah penelitian, peneliti mewawancarai 421 anak sekolah Tunisia (usia 10 tahun
berarti) tentang pembelian makanan jalanan [10]. Anak-anak melaporkan bahwa mereka
menggunakan lebih dari 75% dari uang saku mereka untuk membeli SF, dengan proporsi
terbesar dari uang yang dihabiskan untuk sandwich

Anak-anak usia sekolah (5-18 tahun)1 mewakili sebuah


kelompok target yang penting dan beragam untuk intervensi
kesehatan dan gizi. Anak yang telah merayakan
ulang tahun kelimanya telah melewati periode resiko
tinggi kematian anak. Selain itu masalah kesehatan dan
gizi yang pernah diderita sebelum ulang tahun kelimanya,
khususnya dalam dua tahun pertama hidupnya, dapat
menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.
Kerusakan tersebut dapat mempengaruhi kapasitas anak
tadi dalam mencapai potensi sepenuhnya dalam hal
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalnya.

Anda mungkin juga menyukai