Anda di halaman 1dari 34

BAB II

BATUAN BEKU
2.1 DASAR TEORI
2.1.1

Sruktur dan Komposisi Bumi


Dengan menggunakan bantuan

alat-alat

teknologi

tinggi

seperti

seismograf, ahli-ahli kebumian mempunyai pandangan baru terhadap bentuk


maupun struktur dalam bumi. Data-data yang terekam dalam alat tersebut
memberikan keterangan adanya struktur bagian dalam bumi yang berlapis-lapis
sepusat dan juga memberikan gambaran ciri-ciri fisik dari setiap perlapisan bagian
dalam bumi (geosfera).
Secara umum geosfera dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu dimulai dari
bagian paling dalam disebut inti bumi (core), bagian tengah disebut mantel
(mantle) dan bagian paling luar disebut kerak bumi (crust) (Gambar 1.2). Inti
bumi dibagi menjadi inti bumi bagian dalam dan inti bumi bagian luar. Inti bumi
bagian dalam digambarkan sebagai keadaan padat, sedangkan inti bumi bagian
luar sebagai leburan kental. Inti bumi ini disusun oleh bahan-bahan yang
mempunyai berat jenis lebih kurang 10 dan berat jenis sebesar ini telah
menimbulkan dugaan bahwa susunan inti bumi mungkin mirip dengan meteorit
logam, juga dapat dikatakan bahwa bahan besi dan nikel memegang peranan
penting di dalamnya.
Mantel atau dikenal dengan selubung/selimut bumi terletak/diapit oleh
bagian luar dari kerak bumi dengan lapisan yang tipis dan bagian dalam dibatasi
oleh inti bumi bagian luar, kedua bidang pemisah tersebut dikenal sebagai bidang
diskontinuitas. Mantel sendiri dibagi menjadi mantel bagian dalam yang disusun
oleh unsur besi dan nikel (berat jenis 5-6) dan mantel bagian dalam yang tersusun
oleh batuan peridotit dan dunit dengan berat jenis 3,6 hingga 4.
Sedangkan lapisan bumi paling luar disebut kerak bumi atau dikenal
dengan litosfera yang disusun oleh batuan seperti yang umum dijumpai di
permukaan bumi. Kerak bumi juga dibagi menjadi kerak bumi bagian dalam yang
terdiri dari lapisan SIMA dengan kandungan mineral utamanya adalah silisium

II-1

dan magnesium, sedang kerak bumi bagian luar terdiri dari lapisan SIAL dengan
komposisi utamanya berupa oksigen, silisium dan aluminium.
Tabel 2.1.1. Komposisi dari struktur bumi dalam persen berat (Mason, 1966).

Unsur

Kerak Benua

Kerak

Mantel (rata-

Inti (rata-rata

rata Batuan

Meteorit Besi)

Meteorit)

Samudra
SiO2

60,1

49,9

38,3

TiO2

1.1

1.5

0.1

Al2O3

15.6

17.3

2.5

Fe2O3

3.1

2.0

FeO

3.9

6.9

12.5

FeS

5.8

Fe

11.9

90.8

Ni

1.4

8.6

Co

0.1

0.6

MgO

3.6

7.3

24.0

CaO

5.2

11.9

2.0

Na2O

3.9

2.8

1.0

K2O

3.2

0.2

0.2

P2O5

0.3

0.2

0.2

Tabel 2.1.2. Mineral penyusun kerak bumi (Ernst, 1969).

Kelompok Mineral
K-Feldspar, Plagioklas

Persen Volume
58

II-2

Piroksen, Amfibol
Kuarsa

13

Mika, Klorit, Mineral Lempung

11

Karbonat, Oksida, Sulfida, Halida

10

Olivin

Epidot, Aluminosilikat, Garnet, Zeolit

3
2

Komposisi bumi dari unit-unit struktur utama di atas dapat dilihat dalam
Tabel 1.1. Terlihat unsur mineral utama inti bumi adalah besi dan magnesium
ditambah silikat-silikat besi terkandung dalam jumlah yang lebih besar dari
mantel. Silikat banyak terjadi di kerak bumi/benua. Sedangkan Tabel 1.2
memperlihatkan bahwa kelompok mineral silikat yang paling banyak yaitu
kelompok feldspar (K-feldspar dan plagioklas) dengan 58% volume dan mineralmineral utama pembentuk batuan seperti piroksen, amfibol, kuarsa, mika dan
olivin mencapai 37% volume, serta mineral-mineral penyerta pembentuk batuan
berjumlah sangat kecil yaitu 5% volume seperti karbonat, oksida, sulfida, halida,
epidot, aluminosilikat, garnet dan zeolit.

2.1.2

Pengertian Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan

magma. Proses pembekuan magma tersebut merupakan proses peleburan fase dari
fase cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal
mineral primer ataupun gelas.proses pembekuan magma akan berpengaruh
terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan koposisi batuan sangat
ndipengaruhi oleh sifat magma asal.

II-3

2.1.3

Mineral Penyusun Batuan Beku


Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu :


a.

Mineral-mineral felsik ,banyak mengandung unsur Aluminium (Al)


kalsium (Ca) natrium (Sodium ,Na)Kalium (potassaium ,K) Dan
Silisium (Si) umumnya berwarna cerah. Mineral tersebut antara lain
kuarsa, plagioklas, orthoklas, muskofit.

b.

Mineral-mineral mafik mengandung banyak unsur magnesium (Mg),


Besi (Fe) umumnya

mineral-mineral ini berwrna gelap,misalnya

Olivin, piroksin Hornblende,Biotit.


Banyaknya unsur logam berat seperti halnya Mg dan Fe tersebut
menyebabkan mineral menjadi berwarna gelap. Sebaliknya mineral terang lebih
dominan tersusun oleh logam ringan, seperti halnya Al, Ca, Na dan L.-K sehingga
warnanya menjadi lebih terang. Sesuai dengan reaksi Bowen (Tabel 2.1.2),
mineral gelap terdiri dari olivin, piroksen, amfibol dan mika. Secara optik dan
kimia piroksen dibagi menjadi piroksen tegak (piroksen orto) dan piroksen miring
(piroksen klino).
Sementara itu mika terdiri dari biotit (mika hitam) dan muskovit (mika
putih). Mineral terang pada prinsipnya terdiri dari felspar, felspatoid dan kuarsa.
Felspar dibagi lagi menjadi plagioklas dan alkali felspar. Secara mikroskopis dan
kimiawi plagioklas dibagi lagi menjadi anortit, bitownit, labradorit, andesin,
oligoklas dan albit.

II-4

Gambar 2.1 Reaksi Bowen

Pada Bowen reaction series, mineral yang terbentuk pertama kali adalah
mineral yang labil dan mudah berubah menjadi mineral lain.mineral yang
terbentuk pada temperatur rendah adalh mineral yang relatif stabil. Pada jalur
sebelah kiri yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang
terbentuk terakhir adalah biotit.
Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioplas
karena kelompok mineral

ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama

kali suhunya sangat tinggi adalah calcic plagioclase (bytownite), sedangkan pada
suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral sebelah
kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium felspar kemudian menerus kepada
muskofit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mkineral yang paling stabil.
Menurut W.T. Huang (1962), komposisi mineral pembentuk batuan
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral, yaitu :

1. Mineral Utama (Essensial Minerals)

II-5

Mineral - mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma


dan

kehadirannya

sangat

menentukan

dalam

penamaan

batuan.

Berdasarkan warna, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :


1.1 Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang)
Contohnya :
o Kelompok plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit, Andesin,
Oligoklas, Albit).
o Kelompoik Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikroklin, Anortoklas,
Sanidin).
o Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).
o Kuarsa.
o Muskovit.
Kelompok plagioklas dan kelompok alkali feldspar sering disebut
kelompok feldspar. Jadi feldspar tersebut terdiri dari plagioklas dan
alkalli feldspar.
1.2 Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap
Contohnya :
o Olivin (Forsterite dan Fayalite)
o Piroksen, dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan
Klino Piroksen. Yang termasuk ke dalam Orto Piroksen antara
lain: Enstatite, Hypersten. Yang termasuk ke dalam Klino
Piroksen antara lain: Diopsit, Augit, Pigeonit, Aigirin,
Spodemen, Jadeit.
o Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit, Glukofan).
o Biotit.
2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
Adalah mineral - mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat
dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %). Kehadirannya tidak
menentukan nama batuan. Contoh dari mineral tambahan ini antara lain:
Zirkon, Rutil, Magnesit, Apatit, Hematit, Garnet, Pyrit, Sphen.
3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral - mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil
pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme terhadap mineral
utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain :
- Serpentin

- Kalsit

- Serisit

- Kaolin

- Klorit

- Pirit

- Kalkopirit

II-6

Dalam praktikum Petrologi, di mana pengamatan dan deskripsi yang


dilakukan hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca
pembesar) terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu deksripsi
yang dihasilkan hanya terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak semua
kelompok mineral yang sudah disebutkan di atas dapat dideskripsi secara
megaskopis. Sebagai contoh, kita akan sulit sekali secara megaskopis
membedakan antara anortit dengan bitownit pada kelompok plagioklas,
membedakan nefelin dengan leusit dan sebagainya.
2.2 DESKRIPSI BATUAN BEKU
2.2.1 Jenis Batuan Beku
Jenis batuan beku didasarkan pada pembagian batuan beku secara genetik,
yaitu terdiri dari batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk didalam
bumi, sering disebut batuan beku intrusi. Batuan beku luar adalah batuan beku
yang terbentuk dipermukaan bumi, sering disebut batuan beku ekstrusi.
2.2.2 Warna Batuan Beku
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunya.
Mineral penyusun batuan beku tersebut, sangat dipengaruhi oleh komposisi
magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis mmagma
pembentuknya, kecuali batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
a.

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik, misalnya: kuarsa, potas felspar,
dan muskovit.

b.

Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam, umumnya adalah batuan
beku intermediet, dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.

c.

Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku
basa dengan mineral penyusunnya dominan adalah mineral-mineral mafik.

d.

Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik,


disebut batuan beku ultra basa dengan komposisi hampir seluruhnya
mineral mafik.

II-7

2.2.3 Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian
batuan beku yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya
mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan dilapangan seperti
lava bantal yang terbentuk dilingkungan air laut, struktur aliran dan lainnya.
Batuan beku memiliki struktur antara lain :
a.

Massif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas atau
apabila pada batuan tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya.

b.

Pillow lava atau lava bantal : Struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstruksi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana
ukuran dari bentuk ini berdiameter 30-60 dan jaraknya berdekatan.

c.

Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan

d.

Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi


menjadi 4 yaitu :

Skorian : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan


berbentuk membulat batau elips, rapat sehinnga berbentuk seperti
rumah lebah.

Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan dan terdapat


serat-serat kaca.

e.

Aliran: kenampakan aliran dari kristal maupun lubang-lubang gas.

Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral sekunder.

Xenolith : struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan


yang masuk dan tertanam didalam batuan beku.

f.

Autobeccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen dari lava itu
sendiri

2.2.4 Tekstur Batuan Beku


Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada kenampakan butirbutir mineral di dalamnya atau hubungan mineral penyusun batuan, yang
meliputi : tingkat atau derajat kristalisasi, granularitas bentuk butir, dan hubungan
antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan arat dengan komposisi kimia dan

II-8

mineralogy,

maka

tekstur

berhubungan

dengan

pembentukan

dan

keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan


sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
2.2.4.1 Tingkat atau derajat kristalisasi
Tingkat derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara
massa kristal dan massa gelas dalam batuan. Tinggkat atau derajat
kristalisasi

pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu

sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat, maka akan terdapat


cukup energy pertumbuhan Kristal pada saat melewati perubahan fase dari
cair menjadi padat sehingga akan terbentuk Kristal-kristal yang berukuran
besar. Bila penurunan suhu relative cepat maka kristal-kristal yang
dihasilkan kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma sangat
cepat maka Kristal tidak akan terbentuk karena tidak ada energy yang
cukup untuk pengintian dan pertumbuhan. Tingkat kristalisasi batuan beku
dapat dibagi menjadi :
a. Holokristalin: bila seluruh batuan tersusun atas kristal-kristal
mineral
b. Hypokristalin/Hyphohyalin/Merokristalin; bila batuan beku
terdiri dari sebagian kristal dan sebagian mineral.
c. Holohyalin: bila seluruh batuan tersusun oleh gelas
2.2.4.2 Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir mineral atau sifat tekstural
yang mudah dikenali di dalam batuan beku. Tekstur batuan beku dapat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a.

Tekstur afanitik adalah apabila kenampakkan butir individu mineral di


dalam batuan beku sangat halus sehingga mineral penyusunnya tidak

b.

dapat diamati secara mata telanjang atau dengan loupe.


Tekstur fanerik adalah apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat
mineral penyusunnya meliputi, (kristil satu dengan yang lain/kristal
dengan kaca)

II-9

Tabel 2.1.3 Kisaran harga ukuran mineral dari beberapa sumber


Ukuran

Cox, price, harte

W. T. G

Heinric

butir
Halus
Sedang
Kasar
Sangat

<1 mm
1 5 mm
> 5 cm

< 1 mm
1 5 mm
5 30 mm
> 30 mm

< 1 mm
1 10 mm
10 30 mm
> 30 mm

kasar
Jika batuan beku mempunyai tekstur afanitik maka pemerian tekstur tidak
dapat di ketahui sehingga harus dihentikan.
2.2.4.3 Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan mineral
didalam suatu batuan.
a.

Bentuk butir, untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran

cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk butir. Hal ini dapat
memberi

gambaran

mengenai

proses

kristalisasi

mineral-mineral

pembentuk batuan dilihat dari pandangan dua dimensi, bentuk mineral


dibagi menjadi :

Euhedral
Jika kristal berbentuk sempurna/lengkap, dibatasi oleh
bidang kristal yang ideal (tegas, jelas dan teratur). Batuan
beku yang hampir semuanya tersusun oleh mineral dengan
bentuk kristal euhedral, disebut bertekstur idiomorfik
granular atau panidiomorfik granular.

Subhedral
Jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang
tidak begitu jelas, sebagian teratur dan sebagian tidak.
Tekstur batuan beku dengan mineral penyusun umumnya
berbentuk

kristal

subhedral

disebut

hipidiomorfik

granular atau subidiomorfik granular.

II-10

Anhedral

Jika kristalnya dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang


tidak teratur. Tekstur batuan yang tersusun oleh mineral
dengan bentuk kristal anhedral disebut alotriomorfik
granular atau xenomorfik granular
b.

Hubungan antar butir adalah hubungan antara mineral satu dengan


mineral yang lain dalam batuan beku, ditinjau dari ukurannya
meliputi:
o

Granural atau Equigranular :


1.

Panidiomorfik granular

2.

Hipodiomorfik granular

3.

Allotriomorfik granular

Inequigranular
Suatu batuan beku disebut memiliki tekstur inequigranular

apabila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam. tekstur ini


dibagi menjadi dua:
1.

Faneroporfiritik

2.

Porfiroafanitik

2.2.4.4 Tekstur Khusus


Tekstur khusus terdiri dari :
- Tekstur diabastik
- Tekstur trakhitik
2.2.5 Komposisi Mineral
Berdasarkan penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat :
1. Kelompok Granit-Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam terutama tersusun oleh
mineral-mineral Kuarsa Orthoklas, Plagioklas Natrium, kadang
terdapat Amphibole, Biotit dan Muscovite dalam jumlah kecil.
2. Kelompok Diorite- Andesite

II-11

Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terutama tersusun atas


mineral-mineral Plagioklas, Amphibole, Piroksen dan Kuarsa Biotit,
Orthoklas dalam jumlah kecil
3. Kelompok Gabro- Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineralmineral Olivine, Plagioklas Ca, Piroksen dan Hornblende
4. Kelompok Ultrabasa
Tersusun oleh Olivin dan Piroksen. Mineral lain yang mungkin adalah
Plagioklas Ca dalam jumlah yang kecil
2.2.6 Identifikasi Mineral
Menurut W.T. Huang (1962), komposisi mineral pembentuk batuan
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok mineral, yaitu :
1. Mineral Utama (Essensial Minerals)
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan
kehadirannya

sangat

menentukan

dalam

penamaan

batuan.

Berdasarkan warna, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu :


a.

Mineral Felsik (mineral yang berwarna terang), Contohnya :


- Kelompok Plagioklas (Anortit, Bitownit, Labradorit,
Andesin,Oligoklas, Albit).
-

Kelompoik Alkali Feldspar (Ortoklas, Mikroklin,


Anortoklas, Sanidin).

Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).

Feldspar dibagi menjadi alkali feldspar dan plagioklas


b.

Mineral Mafik (mineral yang berwarna gelap), Contohnya :


-

Olivin (Forsterite dan Fayalite)

Piroksen,
Dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Orto Piroksen dan Klino
Piroksen. Yang termasuk ke dalam Orto Piroksen antara
lain: Enstatite, Hypersten. Yang termasuk ke dalam
Klino Piroksen antara lain: Diopsit, Augit, Pigeonit,
Aigirin, Spodemen, Jadeit.

Amfibol

(Hornblende,

Lamprobolit,

Riebeckit,

Glukofan).
-

Biotit.

II-12

2. Mineral Tambahan (Accessory Minerals)


Adalah mineral - mineral yang terbentuk oleh kristalisasi
magma, terdapat dalam jumlah yang sedikit (kurang dari 5 %).
Kehadirannya tidak menentukan nama batuan. Contoh dari mineral
tambahan ini antara lain:Zirkon, Rutil, Magnesit, Apatit, Hematit,
Garnet, Kromit, Pyrit, Sphen dan Zeolit.
3. Mineral Sekunder (Secondary Minerals)
Merupakan mineral - mineral ubahan dari mineral utama, dapat
dari hasil pelapukan, reaksi hidrothermal maupun hasil metamorfisme
terhadap mineral utama. Contoh dari mineral sekunder antara lain :
- Serpentin
- Kalsit
- Serisit
- Kalkopirit
- Kaolin
- Klorit
- Pirit
4. Gelas atau Kaca
Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf.
Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan
hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunung api, sehingga
sering disebut kaca gunung api (volcanic glass).
Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral dilakukan
hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca pembesar)
terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu deskripsi yang
dihasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak semua kelompok
mineral tersebut diatas dapat dideskripsi secara megaskopis. Contoh: akan sulit
sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan bitownit secara
megaskopis.
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidintifkasi sifat khas
dari mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.Tabel 2.3
berikut disajikan beberapa contoh ciri-ciri mineral berdasrkan sifat fisik mineral
yang dapat dikenali secara megaskopis.

II-13

Nama Mineral

Warna

Bentuk dan Perawakan

Belahan

Keterangan/Sifat K

Olivin

Hijau

mineral
Tidak teratur, membutir,

Piroksen

Hijau tua

massif
Prismatik pendek

2 arah saling

Kilap kaca,

Amfibol

Hitam, coklat

Prismatik panjang,

tegak lurus
2 arah,

permukaan halus
Kilap arang

menyerat, membutir

membentuk

Tabular, berlembar

sudut
2 arah

Kilap kaca

2 arah

Kilap kaca/ lemak

3 arah

Kilap kaca/ lemak

1 arah

Kilap kaca/ mutiara,

(Hornblende)
Biotit

Hitam, coklat

Tak sempurna

Kilap kaca

(memika)
Alkali feldspar

Plagioklas
Muskovit

Merah jambu,

Prismatik/tabular panjang,

Putih

masif, membutir

Putih susu,

Prismatik/tabular panjang,

abu abu

masif, membutir

Putih, transparan

Tabular, berlembar
(memika)

terdapat dalam granit


pegmatite

Kuarsa
Kalsit
Klorit

Tidak berwarna,

Tidak teratur, masif,

putih abu

membutir

Tidak berwarna,

Rhombohedral, masif,

putih

membutir

Hijau

Berlembar (memika)

Tidak ada

Kilap kaca/ lemak

Sempurna

Membuih bila ditetes


kilap kaca

Sempurna

Umum pada batuan


metamorf

Serisit

Tidak berwarna,

Tabular, berlembar

Sempurna

Kilap kaca

Asbes

putih
Putih

Masa fibre asbestos,

Terutama tersusun at

menyerat

antopilit

II-14

Garnet

Coklat merah

Poligonal, membutir

Tidak ada

Kilap kaca/ mutiara

Halite

Tak berwarna,

Kubus, masif, membutir

Sempurna

Sebagai garam evapo

Tak berwarna,

Memapan, membutir,

Sempurna

Lembar-lembar tipis

putih

menyerat

putih, merah
Gypsum

dari evaporit

Tabel 2.1.4. Pengenalan Mineral dan Sifatnya

Keterangan lebih lanjut mengenai sifat-sifat mineral dari tabel diatas


adalah sebagai berikut :
1. Warna.
Bila suatu mineral dikenai sinar/cahaya, maka cahaya yang jatuh
dipermukaan mineral sebagian diserap (diabsorbsi) dan sebagian
dipantulkan (refleksi).
Mineral yang berwarna gelap adalah mineral yang secara merata dapat
menyerap seluruh panjang gelombang pembentuk cahaya putih tadi. Jadi
cahaya dipantulkan ini akan timbul sebagai warna dari mineral. Faktor faktor yang mempengaruhi warna :
a. Komposisi kimia
Contoh : Chlorite : hijau
Albite

: putih

b. Struktur kristal dan ikatan atom


Contoh :

Intan : tidak berwarna ; isometrik


Grafit : hitam

; heksagonal

c. Pengotoran dari mineral


Contoh :

Silika : tidak berwarna


Jasper : merah

Mineral - mineral yang mempunyai warna tetap dan tertentu disebut


idiochromatic yang merupakan warna asli dari mineral. Tetapi di alam
jarang dijumpai monomineral. Namun sering dijumpai mineral - mineral
yang tercampur satu dengan lainnya, sehingga memberikan warna
campuran atau warna pengotoran.
2. Kilap
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan mineral.
Macam - macam kilap :

II-15

a. Kilap metalik/logam
Contoh : pyrite, tembaga
b. Kilap non metalik/non logasm
Contoh : kuarsa, talk
3. Bentuk Kristal/Perawakan Kristal
Apabila dalam pertumbuhan tidak mengalami gangguan apapun,
maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi
bentuk yang sempurna ini jarang sekali kita dapatkan karena gangguan
tersebut di alam selalu ada. Mineral di alam yang dijumpai sering pula
bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk
mengelompokkannya ke dalam sistem kristal. Sebagai gantinya dipakai
istilah perawakan kristal.
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan besar
menurut Richard M. Pearl (1975), yaitu :
a. Elongated Habits (meniang/berserabut)
b. Flattened Habits (lembaran tipis)
c. Rounded Habits (membutir)
4. Belahan
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang dipaksakan
melampaui batas elastisitas dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral
akan pecah. Apabila mineral pecah dengan teratur mengikuti permukaan
yang sesuai dengan struktur kristalnya disebut belahan (cleavage).
1. Mineral dengan arah satu belahan
Contoh : Muskovit, Biotit, Talk, dll.
2. Mineral dengan dua arah belahan
Contoh : Hornblende, Piroksen, Ortoklas, dll.
3. Mineral dengan tiga arah balahan
Contoh : Dolomite, Magnesit, dll.
4. Mineral dengan empat arah belahan
Contoh : Marialite, Melonite, Flourite, dll.
2.2.7. Pembagian dan Penamaan Batuan Beku

II-16

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama yaitu
berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung, dan
berdasarkan susunan mineraloginya.
2.2.7.1 Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang
mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa)
batuan beku terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a.Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah
permukaan bumi. Proses pendinginan sangat lambat
sehingga batuan seluruhnya

terdiri atas kristal-kristal

(struktur holohyalin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
Tiga prinsip tipe batuan intrusi batuan beku berdasarkan
bentuk dasar geometrinya:
1.

Bentuk yang tidak beraturan, umumnya berbentuk


diskordan dan biasanya memiliki bentuk yang jelas di
permukaan bumi, contohnya : batholite dan stock.

2.

Bentuk tabular, mempunyai dua bentuk berbeda, yaitu


yang mempunyai bentuk diskordan disebut korok/dyke
(retas) dan yang berbentuk konkordan di antaranya
adalah siil dan Lacolith.

3.

Relatif memiliki tubuh yang kecil yakni hanya plutonpluton yang kecil. Bentuk yang khas dari intrusi ini
adalah intrusi silinder atau pipa. Sebagian besar
merupakan sisa dari korok atau gunung api tua,
biasanya disebut vulkanik nek (teras gunung api).

b.

Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah


atau pipa gunung api. Proses pendinginannya berlangsung
relatif cepat sehingga batuannya terdiri atas kristal-kristal
yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa dasar
sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini
dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
II-17

c.Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi.


Proses pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat
membentuk kristal. Struktur batuan ini dinamakan amorf.
Contohnya Obsidian, Riolit dan Batuapung.
2.2.7.2 Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan
menjadi:
a.Batuan beku Ultra Basa memiliki kandungan silika kurang dari
45%. Contohnya Dunit dan Peridotit.
b.

Batuan beku Basa memiliki kandungan silika antara 45% 52%. Contohnya Gabro, Basalt.

c.Batuan beku Intermediet memiliki kandungan silika antara


52%-66%. Contohnya Andesit dan Syenit.
d.

Batuan beku Asam memiliki kandungan silika lebih dari


66%. Contohnya Granit, Riolit.

Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan


lebih gelap dibanding yang komposisinya asam.
2.2.7.3. Berdasarkan Susunan Mineralogi
Merupakan salah satu kelemahan dari pembagian secara
kimia adalah analisa yang sulit dan memakan waktu lama. Analisa
kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjuka
pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut ini;
a.

Mineral felsik: kuarsa, 100%; alkali feldspar, 64 66%;


oligoklas, 62%; andesine, 5960%; labradorite, 52 53%,
dll

b.

Mineral mafik: hornblende, 42 50%; biotit, 35 38%;


augit, 47 51%; magnesium dan piroksin, 50 55%, dll.
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur

akan dapat mencerminkan sejarah pembentukan battuan dari pada


atas dasar kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan

II-18

yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti


tekstur granular member arti akan keadaan yang serba sama,
sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua
generasi

pembentukan

mineral.

Dan

tekstur

afanitik

menggambarkan pembekuan yang cepat.


Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B.
Travis, tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir
mineralnya dapat dibagi menjadi :
a.

Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang
menyusun batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat
pembesar.

b.

Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.

c.

Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.

d.

Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.

Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan


menjadi beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1.

keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama


kuarsa, alkali felsparnya melebihi plagioklas

2.

keluarga granodiorit quartz latit: felsik, mineral utama


kuarsa, Na Plagioklas dalam komposisi yang berimbang
atau lebih banyak dari K Felspar

3.

keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa


atau foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan
melebihi Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir

4.

keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa


atau foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang
atau melebihi K-Felspar

II-19

5.

keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama


felspatoid, K-Felspar melebihi plagioklas

6.

keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral


utama kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada KFelspar

7.

keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa,


sedikit K-Felspar, plagioklas melimpah

8.

keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral


utama plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar

9.

keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik,


mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas
(Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir

10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik


(ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.
Pembagian yang digunakan di Laboratorium Petrologi
berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh Huang (1962).
Yaitu berdasarkan kandungan kuarsa bebas atau silika dan kemas
batuan tersebut selain itu dipertimbangkan pula proporsi alkali
feldspar,plagioklas dan mineral utama lainnya. Beberapa hal yang
perlu dicermati dalam pembagian menurut Huang(1962):
a.

Nama batuan yang tertera pada laju,menunjukan jenis


teksturnya (termasuk jenis batuan Vulkanik atau plutonik)

b.

Jenis

dan

kelompok

batuan

dibatasi

oleh

kolom-

kolom,dengna kandungan mineral tertentu.


c. Quartz Diving Line bagian kiri adalah batuan-batuan yang
mengandung kuarsa lebih dari 10 % sedangkan yang
sebelah kanan adalah batua yang mengaandung kuarsa
kurang dari 10 % (Batuan Intermediet dan Kuarsa).
d.

Orthoklas meliputi keseluruhan alkali feldspar seperti


sanidin,mikrolin,anortoklas
plagioklas

dibedakan

dan

menjadi

lainnya,sedangkan

plagioklas

asam

dan

plagioklas basa. Plagioklas asam umumnya relative lebih

II-20

cerah

dibandingkan

megaskopis

untuk

dengna

plagioklas

basa,secara

membedakannya.

Untuk

membedakannya dilihat presentase kandungan mineral


mafiknya.
e. jika alkali feldspar dan kuarsanya semakin bertambah dan
plagioklasnya semakin asam maka sebagian batuan beku
dalam asam dinamakan Granit,sedangkan batuan beku
luarnya Riloit. Di dalam batuan beku asam ini mineral
mafik yang mungkin hadir dalam biotit,muskovit namun
kadang-kadang amphibol. Batuan beku dalam sangat asam
dimana alakali feldspar lebih banyak dari Plagioklas adalah
Sienit,sedangkan pegmatite hanya tersusun oleh alkali
feldspar dan kuarsa. Batuan beku yang tersusun oleh gelas
saja disebut obsidian dan apabila bertekstur perlapisan
disebut Perlit.
f.

Batuan beku dalam asam dinamakan diorit

kuarsa atau

granodiorit,sedangkan batuan beku luarnya disebut dasit.


Mineral penyusunnya hampir mirip dengan diorite atau
andesit,tetapi

ditambahkan

kuarsa

dan

alkali

feldspar,sementara plagioklasnya secara berangsur berubah


ke asam.
g. Batuan beku dalam mafik disebut gabro,terdiri dari
olivine,piroksen,dan plagioklas basa. Sebagai batuan beku
luar kelompok ini adalah basal. Batuan beku dalam
menengah

disebut

diorit.

Tersusun

oleh

piroksen,ampibol,dan plagioklas menengah, sedangkan


batuan beku luarnya dinamakan andesit. Antara andesit dan
basalt ada nama batuan transisi yang disebut andesit basalt
(basaltic andesit.
h.

Dunit tersusun seluruhnya oleh mineral olivin sedangkan


piroksenit oleh piroksen dan anortosit oleh plagioklas basa.
Peridotit terdiri dari mineral olivine dan piroksen; norit

II-21

secara dominan terdiri dari piroksen dan plagioklas basa.


Batuan beku luar ultramafik umumnya bertektur gelas atau
vitrofirik dan disebut pikrit.
Penamaan

batuan

beku

sering

ditambah

aspek

tekstur,struktur dan atau komposisi mineral yang sangat menonjol.


Contoh andesit,Porfir,basalt vesikuler, dan andesit piroksen.
Penamaan nama bataun beku berdasarkan komposisi mineral
umumnya diberikan apabila presentase kehadirannya minimal 10 %
perkiraan presentase kehadiran mineral pembentuk batuan.
Dengan melihat teksturnya, dapat diketahui jenis magma
asal, tempat pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dan
lainnya.
Tabel 2.1.5 Diagram persentase untuk perkiraan komposisi berdasarkan
volume

II-22

2.3

BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah suatu batuan yang berasal dari letusan gunung api,
sehingga merupakan hasil pembatuan daripada bahan hamburan atau pecahan
magma yang dilontarkan dari dalam bumi ke permukaan. Itulah sebabnya
dinamakan sebagai piroklastik, yang berasal dari kata pyro berarti api (magma
yang dihamburkan ke permukaan hampir selalu membara, berpendar atau berapi),
dan clast artinya fragmen, pecahan atau klastika.
2.3.1

Genesa
Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe

utama, yaitu:
a. Endapan Jatuhan Piroklastik (Piroclastic Fall Deposits)
Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksploasif
yang melemparkan material material vulkanik ke atmosfir dan
jatuh di sekitar erupsi.Bahan piroklastik setelah dilempar dari
pusat vulkanik langsung jatuh ke darat melalui medium udara.
Ciri yang nampak dari endapan ini adalah berlapis baik, dan
pada lapisannya akan memperlihatan struktur butiran bersusun,
dengan beberapa struktur yang pada strata sedimen, antara lain
kenempakan

gradasi

normal

pada

pumis

maupun

lithikfragments. Contoh endapan ini adalah : Agglomerate,


breksi, piroklastik, tuff dan lapili.
Jika bahan bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat
erupsi yang berada di darat maupun di bawah permukaan laut
kemudian diendapakan pada kondisi air yang tenang dan tidak
mengalami reworking serta tidak tercampur dengan bahan yang
bukan piroklastik, maka jenis ini tidak didapatkan struktur
struktur sedimen internal dan komposisi seluruhnya dalam
bahan piroklastik. Bila dilihat paleoenvirontment, maka jenis ini
termasuk batuan sedimen dengan provenance piroklastik.

II-23

b. Endapan Aliran Piroklastik (Proclastic Flow Deposits)


Material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian
teronggokan disuatu tempat. Endapan ini dihasilkan dari hasil
gerakan material piroklastik kearah lateral berupa aliran gas atau
material setengah padat berkonsentrasi tinggi diatas permukaan
tanah. Proses pengendapan sepenuhnya dikontrol oleh topografi.
Lembah dan depresi disekitar pusat erupsi akan terisi oleh
endapan tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain sortasi yang
jelek dan jika ada perlapisan maka pada lithic fragments di
jumpai gradasi normal sedangkan pada pumis dijumpai gradasi
yang berlawanan (reverse granding). Hal ini disebabkan
densitas yang lebih rendah daripada mediannya (aliran gas atau
padatan). Endapan ini meliputi :glowing avalanche, lava
collapse, hot ash avalanche. Aliran ini umumnya berlangsung
pada suhu tinggi antara 500o 600o C.
c. Piroclastic Surge Deposits
Piroclastic Surge Depositsadalah awan campuran dari
bahan padat dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa
rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara turbulen
diatas permukaan. Endapan ini cenderung menyebar dan
menyelimuti area disekitar pusat erupsi namun umumnya lebih
terkonsentrasi di lembah lembah dan daerah depresi. Struktur
yang mencirikan endapan ini antara lain : perlapisan silang siur,
dune, antiidune, laminasi planar, baji dan bergelombang.
d. Lahar
Pada suhu di atas 100o C material piroklastik cenderung
tertransport oleh media berfase gas.Jika media pembawa berupa
air bersuhu rendah maka terbentuk semacam aliran lumpur yang
disebut lahar. Istilah lahar ini berasal dari bahasa Indonesia yang
kini digunakan secara internasional.

II-24

Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih


terkonsentrasi dilembah, alur dan tempat lain yang bertopografi
rendah. Panjang aliran lahar dapat mencapai 10 20 km, bahkan
dibeberapa tempat diketahui alirannya mencapai lebih dari 300
km dari sumbernya. Ciri ciri umum endapan lahar : tidak ada
pemalihan, graded dan reversebedding, tidak ada perlapisan,
sering di jumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau kompak
dari endapan piroklastik aliran.
Cara terjadinya lahar :
1) Terbentuk langsung dari erupsi melalui danau kepundan
atau disebut lahar panas
2) Berasal dai endapan piroklaaastik aliran panas yang
kemudian bercampur dengan salju atau air menuju lereng
gunung api.
2.3.2. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan
sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan beku,
contoh: vesikuler, scoria, dan amigdaloidal.

Gambar 2.2 struktur Scoria

Gambar 2.3 Struktur Pumisan


II-25

Gambar 2.4 Struktur Amigdaloidal


2.3.3. Lithologi
Aspek litologi dapat dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar
klasifikasi yang sering dipakai antara lain :
a. Ukuran Butir
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas
(endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya
seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1.6 Klasifikasi batuan piroklastik


Ukuran
butir
> 64 mm
2 64 mm
1 2 mm
< 1 mm

Nama butiran (klastika)

Nama batuan

Bom gunungapi

Aglomerat

Blok/bongkah gunungapi
Lapili
Abu gunungapi kasar (pasir

Breksi piroklastik
Batulapili

kasar)
Abu gunungapi halus

Tuf kasar
Tuf halus

II-26

Bom gunung api adalah klastika batuan gunung api yang


mempunyai struktur-struktur pendinginannya pada saat magma
dilontarkan dan membeku secara cepat di udara atau air dan di
permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah
struktur kerak roti ( Bread crust structure ).
Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk membulat,
tetapi hal ini sangat tergantung dari keenceran magma saat
dilontarkan. Semakin encer magma yang dilontrakan, maka
material itu juga terpengaruh efek butiran pada saat dilontarkan,
sehingga bentuknya bervariasi. Selain itu, karena adanya
pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut
serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunung api
tersebut struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada
permukaannya.
Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat
kaca dan sifatnya ringan disebut Batu Apung. Batu apung
( Pumice ) ini umumnya berwarna putih terang atau kekuningan,
tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai
hitam. Batu gamping umumnya dihasilkan oleh letusan besar
atau kuat suatu gunung api dengan magma berkomposisi asam
hingga menengah, serta relatif kental. Bom gunung api yang
juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat
kaca, bentuk lubang melingkar, alips atau seperti rumah lebah
yang disebut Skoria ( scoria ). Bom gunung api ini jenisnya
merah, cokleat samapi hitam, sifatnya lebih berat dari batu
apung dan dihasilkan oleh letusan gunung berapi lemah
berkomposisi basa serta relatif encer.
Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat
khasbertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan
konkoidal ( seperti botol pecah ), dinamakan Obsidian.
Blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom
gunung api yang bentuknya meruncing, permukaan halus

II-27

gelasan sampai hipokristalin dan tidak terlihat adanya strukturstruktur pendinginan.


Dengan demikian, blok dapat merupakan pecahan daripada
bom gunung api, yang hancur pada saat jatuh di permukaan
tanah atau batu. Bom dan blok gunung api yang berasal dari
pendinginan magma secara langsung tersebut disebut bahan
magmatic primer, material esensial (juvenile ). Blok juga dapat
berasal dari pecahan batuan dinding ( batuan gunung api yang
terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori ), atau
fragmen non-gunung api yang ikut terlontar pada saat letusan
(bahan aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuff dapat dibagi
menjadi tuff gelas, tuff kristal dan tuff litik, apabila komponen
yang dominan masing-masing berupa gelas atau kaca, kristal
dan fragmen batuan. Tuff juga dapat dibagi menjadi tuff basalt,
tuff andesit, tuff dasit dan tuff riolit, sesuai klasifikasi batuan
beku. Apabila klastikya tersusun oleh fragmen batu apung atau
skoria dapat juga disebut tuff batu apung atau tuff skoria.
Demikian pula untuk aglomerate skoria, breksi batu apung,
breksi skoria, batu lapilli, batu apung, batu lapilli skoria.

b. Komposisi Fragmen Piroklastik


Komponen komponen dalam endapan piroklastik lebih
mudah dikenali daripada endapan muda, tak terlithifikasi atau
sedikit lithifikasi. Pada material piroklastik berukuran halus dan
telah terlithifikasi, identifikasi komposisi sulit dilakukan.
c. Tingkat dan Tipe Welding
Jika

material

piroklastik

khususnya

berbutir

halus

terdeposisi saat masih panas, maka butiran-butiran itu seolah


terreleaskan atau terpateri satu sama lain. Peristiwa ini disebut
welding.

II-28

Dengan demikian, pada prinsipnya batuan piroklastik adalah batuan beku


luar yang bertekstur klastika. Hanya saja pada proses pengendapa, batuan
piroklastik ini mengikuti hukum hokum didalam proses pembentukan batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-struktur
sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya seperti batuan
sedimen.
Pada kenyataannya, setelah menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk
menyatakan apakah batuan itu sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan
gunungapi (sebagai endapan primer piroklastik), atau sudah mengalami
pengerjaan kembali (reworking) sehingga secara genetik dimasukkan sebagai
endapan sekunder piroklastik atau endapan epiklastika.
Istilah Istilah
1. Ash Flow (Tuff) Fragmental Flow
a. Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas
fragmen runcing runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960)
b. Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas
(Mac Donald, 1972)
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terlepaskan akibat
deposisi pada saat masih panas.
2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami
pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama
belum mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).
a. Agglomerate ; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil
konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate
merupakan batuan yag kandungan bom sebanding atau lebih banyak
dari abu vulkanik)(Widiasmoro, 1970)
b. Aglutinete ; merupakan hasil akumulasi fragmen fragmen pipih yang
terelaskan, berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell,
1931)
c. Breksi piroklastik ; batuan yang mengandung blok lebih dari 50%
(Mac Donald, 1972 dan Fisher, 1958)

II-29

d. Tuff pyroclastic brecia; batuan yang mengandung ssebanding dengan


abu vulkanik atau bisa juga lebih dominan abu vulkanik (Norton, 1917
dan Mac Donald, 1972)
e. Lapilistone: batuan yang penyusun utamanya berukuranlapili yaitu 2
64 mm (Fisher, 1961)
f. Lapilituff ; batuan yang kandungan lapili da abu vulkanik sebanding
atau lebih dominan abu vulkanik (Fisher, 1961 dan Mac Donald,
1972)
g. Tuff ; batuan yang tersusun dari abu vulkanik
3. Nama batuan yang tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi
vulkanik adalah batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen vulkanik
yang runcing runcing, dengan matriks berukuran 2 mm dengan bermacam
macam komposisi dan tekstur (biasa berupa endapan piroklastik,
autoklastik dan lain - lain),(Fisher, 1958).
4. Breksi vulkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang
terkandung di lava atau akibat pergerakan lava yang sebelum mengalami
pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan
pada tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher,
1960, Wrigth dan Brown, 1963, Mac Donald, 1972)
b. Breksi letusan akibat letusa gas, yang terkandung di lava seehingga
terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku
5. Breksi vulkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil
fragmentasi, batuan yang telah ada sebelum mengalami pekerjaan proses
vulkanisme:
a. Breksi intrusi : yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang
diterobos magama dalam matriks batuan beku (Harker, 1908 dan
Bowes, 1960)
b. Explosion brecia : merupakan breksi hancuran batuan karena adanya
ledakan vulkanik yang terjadi di bawah permukaan (Wrigth dan
Bowes, 1960)

II-30

c. Tuffsite brecia : merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan


yang intrusi magma dengan tuff sebagai matriks yang mengandung
bekas aliran gas di dalamnya (Wrigth dan bowes, 1960)
6. Breksi vulkanik epiklastik
a. breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur
pekat berupa pencampuran antara butiran vulkanik berukuran bergam
dengan batuan non vulkanik (Fisher, 1960)
b. batu pasir tuffan atau konglomerat tuffan merupakan batuan sedimen
epiklastik yang terngkut juga di dalamnya kompone piroklastik
misalnya pumis atau shard.
c. batu pasir atau konglomerat vulkanikmerupakan batuan epiklastik yang
tersusun dari fragmen fragmen yang berupa vulkanik yang telah
mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian diendapkan.

II-31

2.4

IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara


identifikasi yang dilakukan pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan
dilapangan. Pada umumnya pengamatan singkapan dilapangan diikuti pengamatan
contoh setangan.
Selain itu ada juga perbedaan antara identifikasi batuan beku dalam dengan
batuan beku luar. Pada batuan beku luar identifikasi dititik beratkan pada struktur
dan hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan bahan piroklastik)
sedangkan dengan identifikasi batuan beku dalam lebih dititik beratkan pada
hubungan unit unit pembentuk batuan yaitu kristal kristal mineral.
2.4.1

Deskripsi Contoh Setangan


Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengandata

pengamatan singkapan untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data


tersebut akan saling melengkapi seperti berikut :
a) Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan
mineral relatif baik yang telah mengalami pelapukan ataupun
belum. Mengidentifikasi mineral yang mengalami pelapukan dari
warna hasil lapukannya.
b) Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan
analisa petrografi dengan membuat sayatan yang tipis pada bagian
yang segar.
c) Mengamati warna pelapukan segar dan apabila mungkin membuat
estimasi mengenai color indeks.
d) Pengamatan butiran pada batuan contoh setangan bilabatuannya
afanitik, catat tekstur lain dan dilakukan pengamatan apakah
batuan tersebut felsik atau mafik.
1.

Amati hubungan antara mineral dan batuan yang memiliki


kristal kasar sampai medium.

2.

Amati dan catat hubungan fenokris dan massa dasar pada


batuan yang bertekstur porfiritik.

II-32

3.

Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi,


aliran, bending,lubang gas, tekstur, dan inklusi.

4.

Amati dan catat proporsi mineral mineral yang berbeda dan


deskripsi mineral seperti warna, kilap, pecahan, belahan,
kekerasan, ciri khas, dan lain lain.

5.

Gunakan

hasil

menggunakan

pengamatan
klsifikasi

untuk

tertentu,

menentukan

pada

nama

praktikum

ini

menggunakan klasifikasi Huang (1962).


2.4.2

Petrogenesa Batuan Beku


Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh aspek

terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer


terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada
batuan tersebut.Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.
Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari
pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai
macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku itu
terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain berupa
oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral (replacement),
dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat berubah total dari
batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama (dalam
ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan bumi,
sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau penjelasannya
bersifat interpretatif. Pembuktian mungkin dapat ditunjukkan berdasar hasilhasil eksperimen di laboratorium, sekalipun hanya pada batas-batas
tertentu.Analisis interpretatif tersebut tetap didasarkan pada data obyektif atau
deskriptif hasil pemerian yang meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi
mineral dan kenampakan khusus lainnya.
Dengan demikian studi petrogenesa pada prinsipnya untuk mencari
jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan Mengapa (Why) dan
Bagaimana (How) terhadap data perian batuan.Misalnya, mengapa batuan
beku luar bertekstur gelasan dan berstruktur vesikuler, sedang batuan beku

II-33

dalam bertekstur kristalin dan berstruktur masif. Mengapa basal berwarna


gelap sedang pegmatit berwarna cerah ? Bagaimana kejadiannya olivin dapat
muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu batuan ?

Bagaimana

terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?


Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah mineralogi-kristalografi, kuliah
petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat
menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum,
berdasarkan data pemberiannya.

II-34

Anda mungkin juga menyukai