Anda di halaman 1dari 15

CHAPTER 12

STANDARD SETTING: ECONOMIC ISSUES

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

HELMIATI
I GUSTI AYU CARIASI
MOH. RAMDHANI
SITI MAUNAH
PUTU SOMA ADIWIJAYA
I PUTU GARRY LINEKER
OKY ARMEIRIYANTO

A1C212048
A1C012054
A1C012090
A1C212136
A1C211118
A1C201058
A1C011112

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MATARAM
TAHUN 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Teori Akuntansi tentang Standard Setting: Economic Issues. Kami mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kami membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari rekan-rekan pembaca pada
umumnya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan
dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.

2 | Page

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I.

PENDAHULUAN...................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................


1.2. Rumusan Masalah..............................................................................
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................

4
5
5

PEMBAHASAN......................................................................................

2.1 Overview..............................................................................................
2.2 Regulasi Aktivitas Ekonomi.................................................................
2.3 Ways to Characterize Information Production.....................................
2.4 Kegagalan Pasar dalam Produksi Informasi.........................................
2.5 Insentif Berdasarkan Kontrak untuk Produksi Informasi.....................
2.6 Insentif Berdasarkan Pasar untuk Produksi Informasi.........................
2.7 Upaya Membatasi Kegagalan Pasar.....................................................
2.8 Regulasi Desentralisasi.........................................................................
2.9 Berapa Banyak Informasi Dirasa Cukup?............................................

6
6
7
8
9
10
11
13
14

BAB III. PENUTUP................................................................................................

15

3.1 Kesimpulan..........................................................................................

15

BAB II.

DAFTAR PUSTAKA

3 | Page

........................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ekonomi saat ini mengalami kemajuan yang pesat. Dimana setiap
industry membutuhkan standar tertentu sesuai dengan jenis industry mereka. Standarstrandar yang ditetapkan tentu akan berbeda antara satu Negara dengan Negara lain. Oleh
karena itu, aka nada perbedaan dalam menjalankan bisnis sesuai dengan standar yang
disepakati. Perbedaan penetapan standar yang berbeda di tiap Negara akan menjadikan
prinsip-prinsip relative antara Negara yang satu dengan yang lainnya. Maka dari itu,
disepakati adanya standar akuntansi yang berlaku secara internasional dan dikenal dengan
IFRS (Internasional Financial Reporting Standard).
Standar IFRS ini hanya mengatur hal yang bersifat principle based bukan yang bersifat
rule based. Sebelumnya setiap Negara telah menyusun sendiri standar akuntansi yang
berlaku di Negara mereka, sesuai dengan kondisi ekonomi, budaya, politik, dan hal lain
yang mungkin mempengaruhi. Setelah IFRS dibentuk tidak setiap Negara langsung
mengkonversi standar mereka. Penyesuaian standar secara bertahap, sampai tahap adobsi
lalu konvergensi ditempuh untuk mendapatkan manfaat maksimal dari penetapan standar.
Indonesia telah melakukan tahapan adobsi sampai konvergensi standar yang berlaku
internasional ini untuk SAK yang terbaru (SAK 2009), sehingga dapat mengimbangi
perkembangan strandar akuntansi dengan yang diterapkan oleh dunia internasional. Selain
itu, Indonesia yang mayoritas berpenduduk agama Islam sedikit banyak memiliki budaya
yang terpengaruh penerapan ajaran Islam, khususnya dalam perekonomian. Dalam hal ini,
dunia bisnis Indonesia mengalami perkembangan standar syariah yang berbasis Islam untuk
badan usaha tertentu. Standar akuntansi berbasis syariah ini sangat jarang ditemui di Negara
lain yang mendapat sedikit pengaruh Islami. Sehingga standar akuntansi berbasis syariah
tidak diatur secara khusus dalam IFRS. Standar ini juga memiliki perbedaan cukup
signifikan dari standar akuntansi lain yangtelah diatur dalam IFRS dan PSAK 1.

1.2 Rumusan Masalah


4 | Page

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang dapat kami buat
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Regulasi Aktifitas Ekonomi dalam penyusunan standar ?
b.
c. Apakah penyebab kegagalan pasar dalam produksi informasi?
d. Bagaimana Intensif berdasarkan kontrak untuk produksi informasi ?
e. Bagaimana Intensif berdasarkan pasar untuk produksi informasi ?
f. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk membatasi kegagalan pasar?
g. Bagaimana pengaruh Regulasi Desentralisasi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui dan memahami Regulasi Aktifitas Ekonomi dalam penyusunan standar ?
b.
c. Mengetahui dan memahami penyebab kegagalan pasar dalam produksi informasi?
d. Mengetahui dan memahami Intensif berdasarkan kontrak untuk produksi informasi ?
e. Mengetahui dan memahami Intensif berdasarkan pasar untuk produksi informasi ?
f. Mengetahui dan memahami upaya yang dapat dilakukan untuk membatasi kegagalan
pasar?
g. Mengetahui dan memahami pengaruh Regulasi Desentralisasi?

5 | Page

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Overview
Standar disusun dengan tujuan untuk memediasi konflik kepentingan antara investor
dan manajemen. Penyusunan standar merupakan sebuah tantangan bagi para akuntan.
Banyak aspek dari produksi informasi perusahaan yang diregulasi, dan banyak regulasi
tersebut dibuat oleh badan penyusun standar dalam bentuk prinsip akuntansi yang diterima
dan berlaku umum-GAAP. Selanjutnya. Sampai saat ini semakin banyak standar yang
disusun dan dibuat demi untuk mengakomodasi kebutuhan akuntansi dewasa ini.
Penyusun standar adalah meditor diantara konflik kepentingan investor dan manajer.
Problema fundamental teori akuntansi keuangan adalah bagaimana melakukan mediasi
tersebut, bagaimana merekonsiliasi pelaporan keuangan dan peran pengontrakan efisien dari
informasi akuntansi atau secara ekuivalen, bagaimana menentukan jumlah yang benar
secara sosial

dari suatu informasi. Jumlah benar adalah jumlah yang menyamakan

manfaat sosial marjinal informasi dengan biaya sosial marginal. Banyak dari mediasi yang
diperlukan dapat dicapai dengan kekuatan pasar, namun kekuatan pasar sendirian tak mampu
mendorong jumlah yang benar produksi informasi. Chapter 12 ini akan mereview dan
mengevaluasi argument tersebut.
2.2 Regulasi Aktifitas Ekonomi
Alasan utama adanya regulasi ini adalah untuk melindungi para individu yang berada
pada suatu informasi yang merugikan. Ini menunjukkan bahwa asimetri informasi
mendasari kebutuhan untuk regulasi atas produksi informasi. Aturan perdagangan insider
dan regulasi untuk memastikan full disclosure dalam prospektus merupakan beberapa
contohnya. Selain untuk melindungi investor biasa, regulasi semacam ini juga dimaksudkan
untuk memperbaiki kinerjaa pasar modal dengan meningkatkan keyakinan publik mengenai
kewajaran pasar modal. Informasi asimetri seringkali digunakan untuk membenarkan
diberlakukannya regulasi untuk melindungi keadaan yang merugikan informasi. Aturan
perdagangan insider dan regulasi untuk memastikan full disclosure dalam prospektus
merupakan beberapa contohnya.
Akuntansi juga sangat dipengaruhi oleh regulasi yang dirancang untuk melindungi
pemakai akibat adanya informasi asimetri. Satu peran penting akuntansi dan auditing adalah
melaporkan informasi yang relevan dan reliabel, sehingga mengurangi informasi asimetri
antara insider perusahaan, publik yang berinvestasi, dan pemakai lain.
6 | Page

Dalam chapter ini perhatian utama kita adalah regulasi persyaratan disclosure
minimum, standar akuntansi dan standar auditing yang diterima umum, dan persyaratan
bahwa perusahaan publik harus diaudit. Kita akan menggunakan istilah pengaturan standar
untuk menunjukkan pembentukan berbagai aturan dan regulasi ini. Perhatikan bahwa
pengaturan standar ini melibatkan regulasi keputusan mengenai informasi perusahaan yang
dihasilkan. Untuk tujuan ini, tidaklah menjadi masalah apakah standar ini diatur oleh
regulasi secara langsung ataupun tak langsung. Dalam hal regulasi tak langsung, otoritas
mengatur standar yang secara jelas diserahkan, atau dijinkan oleh pemerintah. Point utama
yang ingin dicapai adalah bahwa perusahaan sama sekali tidak bebas dalam mengendalikan
jumlah dan kapan informasi tentang perusahaannya diproduksi. Namun, mereka harus
melakukannya sesuai dengan sejumlah regulasi, yang kita sebut standar, yang ditetapkan
oleh otoritas sentral.
Terdapat dua jenis informasi yang dapat dimiliki oleh manajer: jenis pertama
proprietary information; merupakan informasi yang, jika dirilis, akan mempengaruhi secara
berlawanan aliran kas perusahaan di masa mendatang. Misalnya, informasi teknik mengenai
patent yang berharga, atau rencana untuk inisiatif strategi seperti penawaran takeover atau
merger. Biaya bagi manajer dan perusahaan akibat dirilisnya informasi proprietary ini bisa
sangat tinggi. Jenis kedua disebut nonproprietary information; merupakan informasi yang
tidak secara langsung mempengaruhi arus kas perusahaan. Informasi ini mencakup
informasi laporan keuangan, peramalan earning, rincian pembiayaan yang baru, dll. Audit
juga termasuk dalam informasi yang bersifat nonproprietary.
2.3 Ways to Characterize Information Production
Produksi informasi digunakan untuk dua alasan. Pertama, informasi sebagai suatu
komoditas yang dapat diproduksi dan dijual. Maka, wajar saja jika kita mempertimbangkan
secara terpisah biaya dan manfaat informasi yang diproduksi. Kedua, memerlukan suatu cara
yang dapat menyatukan pemikiran mengenai berbagai macam cara yang dilakukan untuk
memproduksi informasi. Informasi merupakan komoditas yang kompleks. Apa yang kita
maksud saat kita membicarakan kuantitas informasi yang diproduksi? Ada beberapa cara
untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama, kita dapat memikirkan ini.
kita dapat memikirkan informasi yang lebih tajam dan benar (finer information).
kita bisa berpikir mengenai informasi tambahan
memikirkan produksi informasi yang lebih kredibilitas
7 | Page

2.4 Kegagalan Pasar dalam Produksi Informasi


Ada beberapa sumber kegagalan pasar dalam produksi informasi antara lain:
a. Eksternalitas dan Free Riding
Kekuatan pasar sendirian gagal mendorong penyajian jumlah produksi informasi,
maka diperlukan regulasi dengan alas an:
Eksternalitas merupakan tindakan yang diambil oleh perusahaan atau individu
yang menimbulkan biaya atau manfaat pada pihak lain di mana pihak yang

menciptakan eksternalitas tidak terbebani atau memperoleh pendapatan.


Free-riding merupakan penerimaan manfaat oleh perusahaan atau individu dari
adanya eksternalitas.

b. Problema pemilihan serba salah (Adverse Selection)


Pemilihan serba salah (adverse selection) kemungkinan terjadi :
jika satu pihak (manajer atau orang dalam) memiliki kemanfaatan

informasi melebihi pihak lain(investor),


banyak cara bagi manajer dan orang dalam lainnya dapat mengeksploitasi

kemanfaatan informasi mereka dengan biaya pihak luar.


Kekuatan pasar tidak memotivasi pengungkapan informasi secara penuh
mengakibatkan masih banyak informasi dalam yang tak terungkap dan muncul
problema pemilihan serba salah. Ada dua macam problema pemilihan serba salah
antara lain :
Permainan orang dalam (insider trading): adanya peluang untuk
melakukan insider trading, akan mengurangi minat investor eksternal

terhadap pasar sehingga pasar menjadi kurang liquid.


Manajer tidak mengungkapkan bad news : hal ini mengakibatkan investor
tidak bisa membedakan saham mana yang bagus dan mana yang tidak
sehingga menambah jumlah bad news yang tidak diungkapkan dan good
news yang diungkapkan berkurang.

c. Penyimpangan moral (Moral Hazard)


Adanya moral hazard menyebabkan pasar tenaga kerja tidak bisa menilai kualitas
dari seorang manajer dengan baik.
d. Unanimity
Adanya adverse selection dan moral hazard menyebabkan adanya perbedaan
pendapat di antara investor mengenai tindakan manajemen dalam memaksimalkan
nilai perusahaan. Jika pasar bekerja dengan baik, pemegang saham akan setuju bahwa
8 | Page

manajer memaksimumkan nilai pasar perusahaan, dan sebaliknya. Secara empiris


pendapat para ahli sebagai berikut:
Eckern & Wilson (1974) : pilihan manajer atas rencana produksi untuk
memakimumkan nilai pasar perusahaan tidak akan secara umum disetujui semua

pemegang saham dibawah kondisi pasar tertentu.


Blazenko & Scott (1986) : dalam suatu ekonomi dimana pasar informasi tidak
bekerja dengan baik akibat Adverse Selection, manajer termotivasi untuk
memilih kualitas audit yang akan memaksimumkan nilai pasar perusahaan
(menganggap bahwa audit merupakan bentuk produksi informasi).
Efek dari investor bersangkutan dengan Adverse Selection dan Moral Hazard

adalah menjadikan harga pasar lebih rendah dibawah nilai fundamentalnya. Investor
dan masyarakat akan memperoleh manfaat jika manajer merilis lebih banyak informasi
daripada yang dianggap manajer sudah optimal.
2.5 Insentif Berdasarkan Kontrak untuk Produksi Informasi
Dorongan untuk memproduksi informasi privat muncul dari kontrak yang diikuti
oleh perusahaan. informasi diperlukan untuk memonitor ketaatan terhadap kontrak,
misalnya, jika usaha manajerial tidak dapat diamati, ini mengarah pada suatu kontrak
insentif yang didasarkan atas hasil operasi perusahaan. Juga, suatu audit akan menambah
kredibilitas terhadap net income yang dilaporkan, sehingga baik pemilik dan manajer
perusahaan bersedia menerima net income yang dilaporkan sebagai ukuran yang andal atas
kinerja manajemen.
Kontrak dapat memberikan banyak rincian dalam laporan keuangan (informasi finer)
untuk menyulitkan pemilik, yang sekaligus menjadi manajer, dalam menyembunyikan atau
memendamkan biaya dari penghasilan tambahan. Kontrak juga dapat mewajibkan suatu
audit untuk meningkatkan kredibilitas produksi informasi
Alasan kontraktual lainnya atas produksi informasi privat yang muncul saat
perusahaan yang dimiliki perseorangan akan go publik. Ini dirumuskan oleh Jensen dan
Meckling (1976). Manajer-pemilik perusahaan go publik, setelah menjual semua atau
sebagian kepentingannya, memiliki motivasi untuk meningkatkan kelalaian. Perhatikan
bahwa sebelum IPO, masalah kelalaian merupakan urusan internal perusahaanpemilik
sekaligus manajer menanggung semua biaya. Biaya kelalaian merupakan pengurang profit
yang terjadi. Akibat adanya issue baru, pemilik sekaligus manajer tidak memikul semua
biaya itupemilik yang baru akan ikut menanggung bagiannya secara proporsional. Jadi,
9 | Page

biaya kelalaian pemilik sekaligus manajer tak sebanyak setelah go publik, sehingga ia akan
mengadakan biaya kelalaian yang melebihi sebelumnya. Ini merupakan biaya agensi bagi
pemilik baru perusahaan.
2.6 Insentif Berdasarkan Pasar Untuk Memproduksi Informasi
Dorongan privat bagi manajer untuk memproduksi

informasi

mengenai

perusahaannya juga berasal dari tekanan pasar. Ini melibatkan beberapa pasar. Pertama kali,
pertimbangkan pasar manajer, seperti dibahas oleh Fama (1980), kita bisa memikirkan
manajer sebagai subyek pasar tenaga kerja manajerial, yang menempatkan nilai pasar atas
jasa manajerialnya. Manajer yang rasional akan memilih nilai pasar yang lebih tinggi,
dengan asumsi hal-hal lain dianggap sama/tidak berubah. Ini akan meningkatkan reservation
utility yang dapat mereka minta dalam kontrak pekerjaan agensi. Konsekuensinya, mereka
akan terdorong untuk memaksimumkan nilai pasar perusahaan, sebab nilai pasar mereka
sendiri agaknya ditentukan oleh kesuksesan mereka dalam menciptakan nilai pasar.
Model formal yang berkaitan dengan informasi yang dirilis bagi nilai pasar
perusahaan ditunjukkan oleh, misalnya, Merton (1987) dan Diamond & Verrecchia (1991).
Dalam model Merton, informasi asimetri dirumuskan hanya sebagai subset investor yang
mengetahui tiap perusahaan. Jika perusahaan bisa meningkatkan besar subset ini, katakanlah
dengan dirilisnya informasi secara sukarela, nilai pasarnya akan meningkat, ceteris paribus.
Dalam model Diamond dan Verrecchia, disclosure sukarela akan mengurangi informasi
asimetri antara perusahaan dengan pasar, yang memudahkan perdagangan sahamnya.
2.7 Upaya Membatasi Kegagalan Pasar
a. Prinsip Pengungkapan
Argumen sederhana dapat dibuat yang menunjukkan bahwa seorang manajer akan
menerbitkan semua informasi, baik atau buruk. Hal ini dikenal sebagai prinsip
pengungkapan. Jika investor yang rasional tahu bahwa manajer memiliki informasi, tetapi
tidak tahu apa itu, mereka akan berasumsi bahwa jika itu menguntungkan manajer akan
menerbitkannya. Jadi, jika investor tidak mengamati manajer yang melepaskannya,
mereka akan mengasumsikan yang terburuk dan menawar turun nilai pasar saham
perusahaan sesuai dengan itu.
Argumen ini diperkuat oleh insentif manajer untuk menjaga harga saham
perusahaan jatuh. Seperti yang disebutkan baru-baru ini, jatuhnya harga saham akan
merugikan manajer dengan remunerasi yang rendah dan/atau melalui harga tenaga kerja
10 | P a g e

untuk manajer yang menurun. Karena pasar akan berasumsi yang terburuk jika informasi
tidak diterbitkan, terbitnya informasi yang kredibel akan mencegah harga saham dan nilai
pasar dari kejatuhan yang terlalu rendah.
Tidak diragukan lagi, prinsip pengungkapan beroperasi dibanyak situasi. Namun,
itu tidak selalu bekerja. Ini diperiksa oleh Verrecchia (1983), yang berusaha untuk
mendamaikan prinsip pengungkapan dengan pengamatan empiris bahwa manajer tidak
selalu sepenuhnya mengungkapkan. Verrechia berasumsi bahwa, jika pengungkapan
dibuat, maka hal tersebut sangat bisa dipercaya. Dia juga berasumsi bahwa ada biaya
untuk pengungkapan. Biayanya tetap, tidak tergantung pada sifat informasi.
Jika kita menentukan peringkat sifat berita pada rangkaian dari buruk ke baik,
Verrecchia menunjukkan bahwa untuk biaya pengungkapan diberikan ada tingkat ambang
pengungkapan. Manajer, yang diasumsikan untuk memaksimalkan nilai perusahaan, akan
mengungkapkan informasi hanya jika melebihi ambang batas. Investor tidak bisa
menghukum perusahaan karena tidak mengungkapkan karena mereka tidak tau apakah
informasi tersebut disembunyikan karena itu adalah berita buruk atau karena itu adalah
berita baik tapi tidak cukup baik untuk melebihi ambang batas. Dengan demikian, prinsip
pengungkapan gagal. Semakin sedikit biaya pengungkapan, semakin sedikit ambang
batas, dan jika biaya pengungkapan nol, prinsip pengungkapan diterima kembali.
Namun, konsisten dengan prinsip pengungkapan, Verrrecchia mengasumsikan
bahwa pasar tahu bahwa manajer memiliki informasi. Bagaimana jika pasar tidak yakin
tentang hal ini?
Apakah masih ada insentif untuk memberikan informasi secara sukarela? Juga,
bagaimana jika perusahaan memiliki lebih dari satu item informasi? Dalam kondisi apa
yang akan membuat manajer mengungkapkan semua item, beberapa dari item, atau tidak
sama sekali? Bagaimana jika informasi non-eksklusif?
Pae (2005) mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini. Pae berasumsi bahwa
investor menaksir kemungkinan bahwa perusahaan tidak memiliki peramalan, hanya satu
peramalan atau keduanya. Saat peramalan mahal untuk dikembangkan, Pae beranggapan
bahwa tidak ada biaya untuk menerbitkannya. Jika pengungkapan dibuat, dianggap dapat
dipercaya sepenuhnya.
Pae menunjukkan bahwa Jika perusahaan telah mengembangkan kedua perkiraan,
manajer, yang ingin memaksimalkan nilai perusahaan, akan mengungkapkan jika
keduanya mendapat keuntungan untuk melebihi ambang batas, khusunya jika item
11 | P a g e

ditujukan untuk menanggapi satu sama lain (peramalan pendapatan dan arus yang tinggi
secara bersama). Jika salah satu dari peramalan dibawah ambang batas dan yang lainnya
diatas ambang batas, hanya yang diatas ambang batas yang diungkapkan. Jika keduanya
dibawah ambang batas, maka keduanya tidak akan diungkapkan.
b. Signaling
Sering terjadi bahwa satu perusahaan dengan perusahaan yang lain mempunyai
perbedaan dalam kualitas. Misalnya sebuah perusahaan memiliki peluang investasi yang
lebih baik daripada perusahaan lainnya. Signal adalah tindakan yang diambil oleh tipe
seorang manajer tingkat tinggi yang dirasa tidak masuk akal jika dilihat dari sisi tipe
manajer tingkat rendah. Kebutuhan yang paling penting untuk signal adalah bahwa signal
menjadi lebih murah bagi tipe seorang manajer tingkat tinggi daripada tipe manajer
tingkat rendah. Beberapa signal telah disarankan karena relevan dengan ilmu akuntansi.
Salah satunya adalah direct disclosure (pengungkapan langsung). Beberapa investor
mengobservasi arus kas perusahaan pada akhir periode. Berbagai macam sinyal tidak
langsung (indirect signals) telah dipelajari untuk memahami issu tentang pengungkapan,
misalnya : Forecast, Struktur modal perusahaan, Kebijakan dividen, Pemilihan kebijakan
akuntansi.
c. Pencarian Informasi Privat
Pemberian insentif privat dalam upaya untuk mengeluarkan informasi dari manajer.
Argumen dalam hal ini yaitu bahwa jika informasi yang dikeluarkan telah cukup, maka
hal ini akan menaikkan reputasi manajer, menurunkan estimasi resiko investor, dan
menurunkan biaya modal dari perusahaan menjadi manfaat bagi perusahaan dan manajer.
2.8 Regulasi Desentralisasi
Desentralisasi meningkatkan relevansi pelaporan karena disesuaikan dengan keadaan
perusahaan tertentu. Pelaporan segmen adalah contoh peraturan desentralisasi. Informasi
mengenai segmen perusahaan berpotensi berguna untuk investor, karena, dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan besar dan kompleks, informasi yang relevan, seperti
perbedaan risiko, tingkat pengembalian, dan peluang untuk pertumbuhan, mungkin terkubur
di jumlah konsolidasi.

12 | P a g e

Informasi tentang segmen perusahaan telah menjadi pengungkapan yang disyaratkan


dalam laporan tahunan perusahaan untuk beberapa waktu. Dua aspek persyaratan informasi
segmen antara lain:
Berbagai basis segmentasi yang mungkin, melaporkan pada suatu basis konsisten

dengan organisasi internal akan menjadi paling berguna untuk investor.


Biaya untuk perusahaan yang mentaati standar baru akan rendah selama perusahaan
telah menyusun informasi yang disyaratkan secara internal.

2.9 Berapa Banyak Informasi Agar Cukup?


Dari pandangan ekonomi perusahaan seharusnya menyediakan informasi sampai
pada titik di mana manfaat marginal sosialnya sama dengan biaya marginal sosialnya.
Tetapi karena adanya empat faktor tersebut, pasar sulit untuk memberi perusahaan manfaat
sosial penuh dari informasi yang dihasilkan dan perusahaan tidak biasa mencatat biaya dari
produksi informasi pada akhirnya mendorong investor agar ada regulasi untuk melindungi
kepentingan mereka. Adanya regulasi ini menimbulkan dua biaya tidak langsung yaitu:
Mengurangi kemampuan manajer untuk melakukan signalling.
Adanya kemungkinan regulasi menetapkan informasi lebih banyak dari pada yang
diperlukan.
Oleh karena pertimbangan biaya-manfaat yang kompleks, kita tidak tahu berapa
banyak regulasi bisa cukup. Jika luasnya regulasi semakin besar secara sosial berguna, kita
berharap untuk melihat relevansi nilai meningkat (tidak menurun), sebagai respon investor
dan pasar pada kualitas laba yang lebih tinggi.

13 | P a g e

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pernyataan tentang sejauhmana standar untuk produksi informasi harus dikenakan
adalah sesuatu yang kompleks dan penting bagi ekonomi pasar. Saat ini, kita menyaksikan
regulasi besar dengan peraturan meliputi hukum insider trading dan undang-undang untuk
mengatur pengungkapan penuh. juga termasuk undang-undang untuk membangun profesi
akuntansi dan audit. Profesi ini, pada gilirannya, dapat membentuk tubuh untuk membangun
GAAP, seperti IASB, AcSB, dan FASB. Namun, apakah tingkat pengaturan standar yang
dikenakan oleh regulator ini yang diinginkan secara sosial terbuka untuk diperdebatkan,
karena ada banyak insentif bagi perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan informasi
diluar jumlah minimal yang diatur.
Memang, teori menyatakan sejumlah alasan mengapa perusahaan secara sukarela akan
menghasilkan informasi yang lebih dari standar. Ini berasal dari kebutuhan informasi dari
pihak yang ikut dalam kontrak, dan dari kekuatan pasar. Pihak kontrak akan ingin informasi
untuk memotivasi usaha dan untuk menghargai prestasi. Pasar tenaga kerja manajerial dan
pasar pengambilalihan berinteraksi dengan pasar sekuritas untuk memotivasi manajer untuk
memberikan informasi sehingga dapat meningkatkan nilai pasar. Signaling merupakan
kendaraan penting untuk merilis informasi yang kredibel.

14 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Scott, William R..2012. Financial Accounting Theory sixth edition. Pearson Canada Inc.:
Toronto

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai