Oleh:
Valdi Akhmad Wrismanto, 010112300
pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya diberikan
pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Penegakan hukum represif pada tingkat
operasional didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organisatoris
terpisah satu dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan
hukum.
Isitilah pidana merupakan isitilah yang lebih khusus, maka perlu ada
pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukkan ciri-ciri atau
sifat-sifat yang khas.
Untuk memberikan gambaran yang lebih luas, berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat atau definisi dari para sarjana sebagai berikut:
1. Prof Sudarto, SH:
Pidana ialah penderitaan yang sengaja diberikan kepada orang yang
melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
2. Prof. Roeslan Saleh:
Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa yang
dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik.
Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya perpindahan
orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat negara lain. Sedangkan
menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1992 dalam pasal 1
butir 1 disebutkan: Keimigrasian adalah hal ikhwal lalu lintas orang yang masuk
atau keluar wilyah Negara Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di
wilayah Negara Republik Indonesia.
Di Indonesia, pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama
Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh
kawasan Hindia Belanda.
Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada
tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst ditimbang terimakan dari H. Breekland
kepada Kepala Jawatan Imigrasi dari tangan Pemerintah Belanda ke tangan
Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut merupakan
titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia, yaitu perubahan
dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door policy) untuk
kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang
bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.
Secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam konsep
Trifungsi Imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem
keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum
keimigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana
dan prasarana hukum keimigrasian, dalam operasionalisasinya harus selalu
mengandung Trifungsi, yaitu:
a. Fungsi pelayanan masyarakat
Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan
pemerintahan atau admninistrasi yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari aspek
itu, imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik
kepada Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing.
b. Fungsi penegakan hukum
Dalam pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum
keimigrasian itu ditegakkan kepada setiap orang yang berada di dalam wilayah
hukum negara Republik Indonesia, baik itu Warga Negara Indonesia atau Warga
Negara Asing.
c. Fungsi keamanan
Imigrasi berfungsi scara penjaga pintu gerbang negara. Dikatkan demikian
karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan
dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik Indonesia. Pelaksanaan
fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Indonesia dijabarkan melalui
tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga Negara Indonesia atas permintaan
Menteri keuangan dan Kejaksaan Agung. Khusus untuk Warga Negara Indonesia
tidak dapat dilakukan pencegahan karena alasan-alasan keimigrasian belaka.
Ada berbagai pendapat yang menyatakan di mana sebenarnya fungsi
keimigrasian itu berada. Di bidang politik sering fungsi keimigrasian ditempatkan
pada hubungan-hubungan internasional, disisi lain hak seseorang untuk melintasi
batas negara dan bertempat tinggal di suatu negara dilihat sebagai hak asasi manusia.
Di bidang ekonomi tampak jelas sekali keterkaitan fungsi imigrasi dalam rangka
melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Hal itu terkait dalam rangka
melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Hal itu terkait dalam kerangkan
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global yang ditandai dengan
Izin tinggal tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di
Indonesia. Perpanjangan izin tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh) hari
sebelum izin tinggal tetap berakhir.
Dengan demikian, keimigrasian dapat dilihat dalam perspektif hukum
administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan sebagian
kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan pemerintahan
(administrasi negara). Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan
hukum pemerintah (overheads handeling).