Osteoporosis DR - Tbs
Osteoporosis DR - Tbs
PENDAHULUAN
Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai
pengurangan massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitas
tulang yang meningkat, sehingga resiko fraktur menjadi lebih besar.1
Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya
harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering
dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai 2025 akan terjadi kenaikan jumlah
penduduk Indonesia sampai 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia
lanjut baik perempuan maupun laki-laki, meskipun diupayakan pengobatan
untuk mengobati osteoporosis yang sudah terlambat dan upaya pencegahan
dengan mempertahankan massa tulang sepanjang hidup jauh lebih
dianjurkan.2
Kerapuhan tulang yang disebut sebagai penyakit osteoporosis adalah
pengurangan massa dan kekuatan tulang dengan kerusakan mikroarsitektur
dan fragilitas tulang, sehingga menyebabkan tulang rapuh dan mudah patah.
Osteopenia menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan massa tulang.1
Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki
dan merupakan problema pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di
klinik menjadi penting karena problema fraktur tulang, baik fraktur yang
disertai trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma
yang jelas.1,2
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi
A. Struktur makroskopik tulang
Secara makroskopik dibedakan 2 macam tulang yaitu tulang kompakta dan
tulang spongiosa. Pada tulang kompakta tampak sebagai masa utuh dengan ruang
ruang kecil yang hanya terlihat dengan mikroskop. Sedangkan pada tulang
spongiosa tersusun dari trabekula dan pada bagian tengahnya diisi oleh sumsum
tulang.1
Pada tulang tulang panjang tulang dibagi menjadi tiga bagian : Diafisis
(batang) adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun
dari tulang kortikal yang berkekuatan besar. Metafisis adalah bagian tulang yang
melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini disusun oleh tulang trabekular
(tulang spongiosa) yang mengandung sel-sel hematopoetik. . Bagian epifisis
merupakan bagian ujung dari tulang panjang dan langsung berbatasan dengan
metafisis. Lempeng epifisis merupakan daerah pertumbuhan longitudinal yang
kerangka
dimana
garam-garam
mineral
Matriks
anorganik
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon. Osteoklas adalah sel berinti banyak yang
berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.1
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah
osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang
yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat lakuna lakuna. dan osteosit
tersimpan didalam lakuna tersebut. Masing masing lakuna saling terhubung
melalui kanalikuli. System kanalikuli ini sangat penting dalam memberi nutrisi
sel.1
C. Fisiologi Tulang
Secara umum, fungsi tulang adalah sebagai berikut:
a) Formasi kerangka. Tulang-tulang membentuk rangka tubuh untuk
menentukan ukuran tulang dan menyokong struktur tubuh yang lain.
b) Formasi sedi-sendi. Tulang-tulang membentuk persendian yang bergerak
dan tidak bergerak tergantung dari kebutuhan fungsional. Sendi yang
bergerak menghasilkan bermacam-macam pergerakan.
c) Perlekatan otot. Tulang-tulang menyediakan permukaan untuk tempat
melekatnya otot, tendo, dan ligamentum. Untuk melaksanakan pekerjaan
4
yang layak dibutuhkan suatu tempat melekat yang kuat dan untuk itu
disediakan oleh tulang.
d) Sebagai
pengungkit.
Untuk
bermacam-macam
aktivitas
selama
pergerakkan.
e) Penyokong berat badan. Memelihara sikap tegak tubuh manusia dan
menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang terjadi pada tulang sehingga
dapat menjadi kaku dan lentur.
f) Proteksi. Tulang membentuk rongga yang mengandung dan melindungi
struktur-struktur yang halus seperti otak, medulla spinalis, jantung, paruparu, alat-alat dalam perut, dan panggul.
g) Haemopoiesis. Sum-sum tulang merupakan tempat pembentukan sel-sel
darah, tetapi terjadinya pembentukan sel-sel darah sebagian besar terjadi
disumsum tulang merah.
h) Fungsi immunologi. Limfosit B dan makrofag-makrofag dibentuk dalam
system retikuloendotelial sum-sum tulang. Limfoist B diubah menjadi selsel plasma yang membentuk antibody guna keperluan kekebalan kimiawi,
sedangkan makrofag merupakan fagositotik.
i) Penyimpanan kalsium. Tulang mengandung 97% kalsium tubuh, baik
dalam bentuk anorganik maupun dalam bentuk garam-garam, terutama
kalsium fosfat. Sebagian besar fosfor disimpan dalam tulang dan kalsium
dilepas dalam darah bila dibutuhkan. 3,4
D. Biokimia Tulang
Kalsium
Dalam tubuh orang dewasa dengan berat badan sekitar 70 kg mengandung
sekitar 1200gram kalsium, dimana 99% berada dalam tulang hanya sekitar
5
Sayur-sayuran
hijau
gelap
(bayam,
kangkung)
2.
3.
Udang kering
4.
Tahu
5.
6.
Salmon, sarden
7.
1.
2.
3.
Keseimbangan asam-basa
4.
Fungsi Kalsium:
5.
tulang
Vitamin D3 (kalsitriol)6
Vitamin D merupakan prohormon steroid, bentuk aktifnya akan
tampak sebagai suatu hormon. Nantinya melalui berbagai
perubahan metabolik di dalam tubuh, vitamin D akan diubah
menjadi hormon kalsitriol. Hormon ini memiliki peran sentral pada
metabolisme kalsium (Ca) dan fosfat (P).
Tulang
PTH akan meningkatkan pelepasan kalsium dan fosfor dari
tulang
8
Ginjal
PTH akan meningkatkan reabsorpsi dari kalsium, dan
meningkatkan jumlah ekskresi fosfor
Usus
PTH akan menstimulasi terbentuknya vitamin D (dalam
bentuk aktif = kalsitriol) sehingga akan meningkatkan
absorpsi kalsium dalam usus.
Kalsitonin6,7
Hormon kalsitonin diproduksi oleh parafollicular cells yang
berada dalam kelenjar tiroid. Jumlah kadar kalsium serum yang
meningkat akan memicu terproduksinya kalsitonin.
Target organ dari kalsitonin:
Tulang
Kalsitonin ini akan mensupresi resorpsi kalsium dari
tulang
Kidney
Kalsitonin akan meningkatkan ekskresi kalsium dari ginjal
Estrogen
Hormone ini memiliki peran dalam meningkatkan proses absorpsi kalsium di
saluran cerna dan mengurangi proses resorpsi di tulang
Glukokortikoid
Hormone ini memiliki peran yang berkebalikan dari estrogen yaitu menurunkan
proses absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan proses resorpsi kalsium di
tulang
E. Fisiologi Kalsium
Absorpsi Kalsium
Dalam kondisi normal, usus hanya mengabsorpsi kalsium sebesar
Ekskresi Kalsium
Ekskresi kalsium terutama dari ginjal, ginjal menyaring kalsium
sebanyak 9000mg per hari dalam keadaan GFR normal (150L/hari). Tetapi
sekitar 97-98% yang tersaring akan kembali di reabsorpsi, sehinggal total
yang diekskresi sekitar 200mg per harinya.
Sepanjang tubulus proksimal, akan terjadi reabsorpsi dari kalsium
sekitar 60% dari jumlah kalsium yang tersaring. Mekanisme reabsorpsi
11
Volume
dalam
ekstrasel
(dipengaruhi
oleh
kalsium
yang
12
disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa
vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus.
3. Merokok
Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan
perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih
rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita
bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada
tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan
tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.
4. Minuman keras/beralkohol
Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding
lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan
kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada
gilirannya menyebabkan osteoporosis.
5. Minuman soda
Minuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan cafein (caffein).
Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang,
sedangkan cafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk
menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi
dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium extra.
6. Stress
Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu cortisol
yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon cortisol yang tinggi akan
meningkatkan
pelepasan
kalsium
kedalam
peredaran
darah
dan
akan
dan
pembentukan
mengalami
ketidak
seimbangan.
sekunder
terjadi
kerana
adanya
2.7 Patogenesis
Pembentukan ulang tulang adalah suatu proses yang
terus menerus. Pada osteoporosis, massa tulang berkurang,
yang menunjukkan bahwa laju resorpsi tulang pasti
melebihi laju pembentukan tulang. Pembentukan tulang
lebih banyak terjadi pada cortex
A. Proses Remodelling Tulang
Proses remodeling tulang diawali dari kontraksi lining cell dan
proses mengambil precursor osteoklas. Precursor ini bergabung
membentuk multinuclear yang merupakan osteoklas aktif yang
berperan dalam proses resorpsi . osteoklas menempel dengan tulang
kemudian dan kemudian mendestruksi tulang dengan keasamanya dan
sifat proteolitik. Selanjutnya, osteoklas meninggalkan lokasi dimana
dia melakukan resorpsi dan osteoblast masuk ke daerah tersebut dan
memulai proses pembentukan tulang yang baru dengan mensekresikan
osteoid yang pada akhirnya mengendap menjadi bagian tulang yang
baru. Setelah proses tersebut, osteoblas mendatar dan membentuk
17
lapisan
untuk
memproteksi
tulang
yaitu
lining
cell.6
Anamnesis
Secara anamnesa mendiagnosis osteoporosis hanya dari tanda
sekunder yang menunjang terjadinya osteoporosis seperti :
yang
diderita
selama
masa
reproduksi,
climakterium.
4. Jumlah kehamilan dan menyusui.
5.
20
Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita
Pemeriksaan Radiologi
Densitas adalah tingkat hitam putihnya gambar pada film
X-ray setelah dicetak dalam film khusus. Pada beberapa kasus
densitas tulang akan terlihat berbeda dan menunjukkan proses di
tulang.
1. Osteolitik, densitas tulang menjadi radiolusen/hitam akibat
hilangnya sebagian tulang baik trabekel maupun mineralnya.
2. Osteoporosis, berkurangnya densitas dan menipisnya korteks
akibat kurangnya pembentukan matriks tulang akibat pemenuhan
kalsium tidak mencukupi dan tubuh mengambil kalsium tulang.
3.
Osteopenia,
berkurangnya
sedikit
densitas
tulang.
dan
resorpsi
tulang.
21
22
berbagai
kriteria
densitometrik
digunakan
untuk
1 atau lebih high risk faktor resiko + 2 atau lebih moderate risk
faktor resiko
thyroid function
Vetebra bikonkaf
2. Penyakit Cushing
Harvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa
hiperkortisolisme berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Steroid
menghambat sintesis kolagen tulang oleh osteoblast yang telah ada, dan
mencegah transformasi sel-sel prekursor menjadi osteoblast yang dapat
berfungsi dengan baik. Di samping itu, steroid juga sangat mereduksi sintesis
protein. Gambaran histomorfometrik menunjukkan penurunan tingkat aposisi
mineral, dan penipisan dinding tulang, yang diduga karena umur osteoblast
yang semakin pendek. Efek steroid terhadap osteoblast juga melalui gangguan
atas respons osteoblast terhadap hormon paratiroid, prostaglandin, sitokin,
faktor pertumbuhan, dan 1,25-dihydrozy vitamin D. Sintesis dan aktivitas
faktor-faktor parakrin lokal mungkin juga terganggu. pada
gambaran
ditemukan pada ujung vertebrae yang kolaps atau di sekitar stress fracture di
iga atau pelvis. Gambaran khas ini muncul sebagai akibat penurunan aktivitas
osteoblastik dan peningkatan produksi callus kartilago yang kemudian
mengalami mineralisasi secara tidak beraturan.
27
3. Multiple Myeloma
Multiple myeloma merupakan tumor ganas primer pada sumsum tulang,
dimana terjadi infiltrasi pada daerah yang memproduksi sumsum tulang pada
proliferasi sel-sel plasma yang ganas. Tulang tengkorak, tulang belakang,
pelvis, iga, skapula, dan tulang aksial proksimal merupakan yang terkena
secara primer dan mengalami destruksi sumsum dan erosi pada trabekula
tulang; tulang distal jarang terlibat. Saat timbul gejala sekitar`80 - 90 %
diantaranya telah mengalami kelainan tulang. Pada gambaran radiologis akan
tampak :
Lesi-lesi litik punched out yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi
yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping
4. Hyperparatyroid
Hiperparatiroidisme terdapat dalam dua bentuk: primer
dan sekunder. Bentuk primer adalah karena fungsi yang
berlebihan dari kelenjar paratiroid, biasanya adalah
adenoma. Namun, sejak dikenalnya hemodialisis, penyebab
yang lebih umum untuk hiperparatiroidisme adalah bentuk
sekundernya, yaitu karena penyakit ginjal kronis, terutama
28
utama
dari
parathormon
adalah
untuk
osteoklas,
melepaskan
ion
Parathormon
kalsium
juga
meningkatkan
yang
mengisap
ke
bekerja
penyerapan
dalam
pada
tulang
aliran
darah.
kecil
untuk
melalui
usus.
usus
kalsium
dan
dimana
menyebabkan
ekskresi
fosfat
dan
adanya
patognomonik
resorpsi
untuk
subperiosteal,
yang
hiperparatiroidisme.
Satu
praktis
juga
pada dosis dan lamanya pemberian estrogen. Pada umumnya dapat terlihat
setelah diberikan selama 5 tahun. Pengobatan osteoporosis pasca menopause
estrogen harus diberikan selama 10 tahun atau sampai usia 70 tahun. Pada
wanita pasien osteoporosis dengan kehilangan massa tulang yang berat,
estrogen sedapat mungkin harus diberikan seumur hidup selama masih
efektif dan tidak menimbulkan efek samping. Hal ini disebabkan karena
estrogen dapat menurunkan risiko fraktur yang akan terus meningkat jika
kehilangan massa tulang berlangsung terus-menerus.
Efek samping estrogen meliputi retensi cairan, nyeri tekan payudara
dan sakit kepala. Efek samping ini umumnya jarang dijumpai jika estrogen
30
dalam
dosis
yang
amat
tinggi
progestogen
dapat
terjadinya
efek
samping
estrogen
terutama
perdarahan
31
menghambat
mineralisasi
osteoid
sehingga
juga
dapat
menimbulkan osteomalasia.
Pasien usila seringkali mengalami defisiensi vitamin D ringan karena
keengganan mereka untuk terpajan oleh sinar matahari, menurunnya asupan
makanan yang mengandung vitamin D serta penurunan absorpsi intestinal
vitamin D. Selain itu pada usila, penurunan fungsi ginjal diduga
menyebabkan terjadinya hambatan sekresi enzim 1 -hidroksilase ginjal,
sehingga terjadi hambatan pada konversi kalsitriol menjadi kalsitriol.
Penggunaan kalsitriol sangat bermanfaat pada pasien osteoporosis
dengan malabsorpsi kalsium, osteoporosis akibat penggunaan corticosteroid
jangka panjang, osteodistrofi ginjal dan mungkin juga pada osteoporosis
pasca menopause.
Preparat kalsium :
massa
tulang yang rendah, kita harus memonitor massa tulang yang berkurang atau
bertambah seiring dengan waktu. Pengukuran massa tulang ini penting secara
klinis untuk mendiagnosis dan mengendalikan osteoporosis. Di American
National Osteoporosis Foundation menganjurkan pemberian pengobatan
pencegahan pada penderita yang termasuk golongan berikut:
a. T-score kurang dari -1,5 SD dengan ada faktor risiko osteoporosis.
b. T-score kurang dari -2,0 SD tanpa ada faktor risiko osteoporosis.
c. Pada wanita pascamenopause dengan adanya fraktur.
d. Pengobatan harus dilakukan pada T-score kurang dari -2,5 SD.
Dalam pengobatan dan pengendalian osteoporosis, pemeriksaan ulangan
massa tulang dengan DEXA dapat dikerjakan dalam kurun waktu 1 - 2
tahun.
2.12 Pencegahan Osteoporosis
Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia
muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah
osteoporosis, yaitu8:
1. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan
vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia
34
produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200
mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari
yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacangkacangan.
2. Paparan sinar matahari
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh mengaktifkan pro
vitamin D dibawah kulit yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan
massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit,
3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9
dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan
vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.
3. Melakukan olahraga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga
dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga.
Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting.
Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan,
kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya
dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita
osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.
Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah
sebagai berikut:
Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan
pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah
tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu
menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik.
Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepan
dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat
35
mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit
up, meraih jari kaki, dan lain-lain.
Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki
kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko
patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.
4. Hindari rokok dan minuman beralkohol
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam
mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol
juga bisa merusak tulang.
5. Deteksi dini osteoporosis
Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak
diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan
mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah
kita sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan ini kita
akan tahu langkah selanjutnya.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang
adalah sebagai berikut:
a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X
berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan
pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan
lunak yang dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai
kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya.
DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral
tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun.
Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis
yang rendah tetapi lebih mahal dibandingan dengan metode ultrasounds.
36
37
BAB IV
KESIMPULAN
1. Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya masa tulang secara nyata
yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang.
2. Dua penyebab osteoporosis adalah pembentukan massa puncak tulang
selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan massa tulang
setelah menopause.
3. Faktor resiko terjadinya osteoporosis, yaitu usia, genetik, lingkungan dan
faktur panggul.
4. Osteoporosis terbagi menjadi primer dan sekunder. Osteoporosis primer
adalah osteoporosis pasca menopause dan sekunder biasanya terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun.
5. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra,
pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia.
6. Terapi osteoporosis memepertimbangkan 2 hal, yaitu menghambat
hilangnya massa tulang dan peningkatan massa tulang.
7. Pencegahan osteoporosis adalah mengkonsumsi kalsium yang cukup,
olahraga beban dan mengkonsumsi obat contohnya estrogen.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Broto, R. 2004. Manifestasi Klinis dan Penatalaksanaan Osteoporosis.
Dexa Media No. 2 Vol 17: 47 57
2. Dalimartha,
S,
2002.
Resep
Tumbuhan
Obat
Untuk
Penderita
Diagnosticum
Prodia
Diagnostics
Educational
39