Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

LAMPIRAN
A. DATA PERCOBAAN
Suhu Percobaan
Berat piknometer kosong
Berat piknometer + etanol
Berat piknometer + aseton
Berat piknometer + aquadest

=
=
=
=
=

27
13,7227
36,5992
33,2230
38,4956

C
gram
gram
gram
gram

1. Penentuan Koefisien Aktivitas dengan Sistem Biner

Etanol - Air
Pressure gauge
Volume Etanol Volume Air T
(psia)
200,00
1000,00
112,00
15,00
300,00
900,00
113,00
23,00
400,00
800,00
108,00
20,00

Pgauge
(atm)
1,0204
1,5646
1,3605

P
(atm)
2,0204
2,5646
2,3605

Aseton Air
Pressure gauge
Volume Aseton Volume Air T
(psia)
200,00
1000,00 107,00
22,00
300,00
900,00 103,00
24,00
400,00
800,00 112,00
26,50

Pgauge
(atm)
1,4966
1,6327
1,8027

P
(atm)
2,4966
2,6327
2,8027

Etanol Aseton
Volume
Pressure gauge
T
Aseton
(psia)
600,00
99,00
39,00
700,00
98,00
38,00
800,00
99,00
40,00

Pgauge
(atm)
2,6531
2,5850
2,7211

P
(atm)
3,6531
3,5850
3,7211

Volume Etanol
600,00
500,00
400,00

2. Penentuan Tekanan Total (P) Sistem Terner

Volume
Aseton (mL)
350,00
250,00
150,00
150,00
100,00

Volume
Etanol (mL)
300,00
200,00
400,00
150,00
100,00

Volume
Pressure gauge
T (oC)
Air (mL)
(psia)
550,00 100,00
29,00
750,00 100,00
20,00
650,00
99,00
23,00
900,00 102,00
15,00
1000,00 103,00
9,00

Pgauge
(atm)
1,9728
1,3605
1,5646
1,0204
0,6122

P
(atm)
2,9728
2,3605
2,5646
2,0204
1,6122

12

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

B. PERHITUNGAN
1. Menghitung Massa Jenis Aquadest, Aseton dan Etanol
Berat aquadest

= (38,4956 13,7227) gram = 24.7729 gram

Berat etanol

= (36.5992 13,7227) gram = 22.8765 gram

Berat aseton

= (33.2230 13,7227) gram = 19.5003 gram

Massa Jenis Aquadest pada 27oC = 0.9965 g/cm3(Brown, 1984)

Etanol = (22.8765 gram /24.7729 gram) x (0.9965 g/cm3) = 0.9202 g/cm3
Aseton = (19.5003 gram /24.7729 gram) x (0.9965 g/cm3) = 0.7844 g/cm3
2. Menghtiung Fraksi Komponen Cairan
a. Sistem Biner
Dengan menggunakan persamaan (32) dan (33), didapatkan fraksi cairan
masing-masing untuk sistem biner, pada perhitungan ini menggunakan data pada
daftar I, II, dan III:
(200ml)(0.9202g / ml)

46g / mol

Xa
0.0649
(200ml)(0.9202g / ml) (1000ml)(0.9965g / ml)

46g / mol
18g / mol

(1000ml)(0.9965g / ml)

18g / mol

Xb
0.9351
(200ml)(0.9202g / ml) (1000ml)(0.9965g / ml)

46g / mol
18g / mol

Dengan cara yang sama untuk perhitungan dari daftar I, II, dan III diperoleh hasil
pada daftar V, VI, dan VII.

Daftar V. Data Perhitungan Fraksi Komponen Cairan Sistem Biner Etanol- Aquadest
No.
Volume Etanol, ml Volume Air, ml
Xetanol
XAquadest
1.
200
1000
0.0649
0.9351
2.
300
900
0.0973
0.8964
3.
400
800
0.1298
0.8522

13

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

Daftar VI. Data Perhitungan Fraksi Komponen Cairan Sistem Biner AsetonAquadest

No. Volume Aseton, ml Volume Air, ml

XAseton
XAquadest
1.
200
1000
0.0447 0.9553
2.
300
900
0.0724 0.9276
3.
400
800
0.1048 0.8952
Daftar VII. Data Perhitungan Fraksi Komponen Cairan Sistem Biner Etanol-Aseton
No. Volume Etanol, ml Volume Aseton, ml
XEtanol
XAseton
1.
600
600
0.5871
0.4129
2.
700
500
0.6656
0.3344
3.
800
400
0.7398
0.2602

b. Sistem Terner
Dengan menggunakan persamaan (34), (35) dan (36), didapatkan fraksi cairan
masing-masing untuk sistem biner:
(300ml)(0.9202g / cm3 )

(46g / mol)

Xa
0.1457
(300ml)(0.9202g / cm3 ) (350ml)(0.7844g / cm3 ) (550ml)(0.9965g / cm3 )

(46g / mol)
(58.08g / mol)
(18g / mol)

(350ml)(0.7844g / cm3 )

(58.08g / mol)

Xb
0.1148
(300ml)(0.9202g / cm3 ) (350ml)(0.7844g / cm3 ) (550ml)(0.9965g / cm3 )

(46g / mol)
(58.08g / mol)
(18g / mol)

(550ml)(0.9965g / cm3 )

(18g / mol)

Xc
0.7395
3
3
(300ml)(0.9202g / cm ) (350ml)(0.7844g / cm ) (550ml)(0.9965g / cm3 )

(46g / mol)
(58.08g / mol)
(18g / mol)

Dengan cara yang sama untuk perhitungan dari daftar IV diperoleh hasil pada daftar
VIII.

14

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

Daftar VIII. Data Perhitungan Fraksi Komponen Cairan Sistem Terner Etanol Aseton
dan Air
Volume
Volume
Volume
XEtanol
XAseton
XAquadest
Etanol, ml
Aseton, ml
Air, ml
300
350
550
0.1457
0.1148
0.7395
200
250
750
0.0818
0.0672
0.8491
400
150
650
0.1739
0.0416
0.7821
150
150
900
0.0547
0.0352
0.9084
100
100
1000
0.0341
0.0218
0.9429

3. Menghitung Tekanan Uap Jenuh

Dengan menggunakan persamaan (37), didapatkan tekanan uap jenuh masingmasing komponen pada suhu tertentu:

3795.17
298.3192kPa 2.9823atm
230.918 (108o C )
2756.22
S
PAseton
14.3145
497.4010kPa 4.9740atm
228.06 (112o C )
3885.7
S
PAquadest
16.3872
133.8636kPa 1.3380atm
230.17 (108o C )
PEStan ol 16.8958

Suhu yang di masukkan dalam pehitungan tekanan uap jenuh bergantung pada
suhu kesetimbangan masing-masing campuran baik sistem biner maupun sistem
terner.
4. Menghitung Parameter Biner
Evaluasi parameter bineruntuk metode wilson ataupun NRTL dilakukan
dengan menggunakan program komputer matlab(lampiran).
5.

Menghitung Koefisien Aktivitas Komponen Sistem Terner

Untuk metode Wilson, perhitungan koefisien aktivitas dapat dihitungan
dengan menggunakan persamaan (18) dan (19), maka didapatkan:

1 0.4317
2 3.4237
3 1.0236
15

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

Dengan menggunakan persamaan yang sama, untuk perhitungan dari daftar
V diperoleh hasil pada daftar IX.

Daftar IX. Data Perhitungan Koefisien Aktivitas () Metode Wilson

XEtanol
XAseton
XAquadest
1
0.1457
0.1148
0.7395
0.0818
0.0672
0.8491
0.1739
0.0416
0.7821
0.0547
0.0352
0.9084
0.0341
0.0218
0.9429

2
0.4317
0.6229
0.4586
0.4323
0.4249

3
3.4237
1.0989
1.9896
6.7838
11.2811

1.0236
1.1704
1.1404
1.0459
1.0267

Untuk metode NRTL, perhitungan koefisien aktivitas dapat dihitungan

dengan menggunakan persamaan (25) dan (26), maka didapatkan:

1 3.3497
2 2.0659
3 1.1532
Dengan menggunakan persamaan yang sama, untuk perhitungan dari daftar

diperoleh hasil pada daftar X.

Daftar X. Data Perhitungan Koefisien Aktivitas () Metode NRTL

XEtanol

XAseton
0.1457
0.0818
0.1739
0.0547
0.0341

0.1148
0.0672
0.0416
0.0352
0.0218

XAquadest
0.7395
0.8491
0.7821
0.9084
0.9429

1
3.0098
3.1342
2.9263
3.1910
3.2395

2
3
2.1062
1.1498
4.2191
1.0568
6.2211
1.0415
7.8960
1.0179
10.9259
1.0071

16

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

6. Menghitung Tekanan Total
Perhitungan tekanan total persamaan untuk sistem terner dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan (28), maka didapatkan hasil perhitungan sebagai
berikut:
a. Model Wilson
Ptotal (0.1457x0.4744x3.1849) (0.1148x1.9896x4.7411) (0.7395x1.1404x1.4322) 2.5108atm

Dengan menggunakan persamaan yang sama, untuk perhitungan dari daftar XII

Daftar XII. Data Hasil Perhitungan Tekanan Total Sistem Terner dengan Metode
Barker
PPerhitungan, atm
PPercobaan, atm
XEtanol XAseton
XAquadest 1
2
3
2.3636
2.5646
0.1457
0.1148
0.7395
0.4317
3.4237
1.0236
1.3892
2.9728
0.0818
0.0672
0.8491
0.6229
1.0989
1.1704
1.3692
2.3605
0.1739
0.0416
0.7821
0.4586
1.9896
1.1404
2.0439
2.0204
0.0547
0.0352
0.9084
0.4323
6.7838
1.0459
1.1499
1.6122
0.0341
0.0218
0.9429
0.4249
11.2811
1.0267

b. Model NRTL
Ptotal (0.1457x3.0098x2.2751) (0.1148x2.1062x3.6979) (0.7395x1.1498x1.10133) 2.7537atm

Dengan menggunakan persamaan yang sama, untuk perhitungan dari daftar

X diperoleh hasil pada daftar XIII.
Daftar XIII. Data Hasil Perhitungan Tekanan Total Sistem Terner dengan Metode
NRTL
XEtanol XAseton
XAquadest
0.1457
0.1148
0.7395
0.0818
0.0672
0.8491
0.1739
0.0416
0.7821
0.0547
0.0352
0.9084
0.0341
0.0218
0.9429

2
3.0098
3.1342
2.9263
3.1910
3.2395

3
2.1062
4.2191
6.2211
7.8960
10.9259

1.1498
1.0568
1.0415
1.0179
1.0071

PPerhitungan, atm
PPercobaan, atm
2.7537
2.5646
2.5145
2.9728
2.9213
2.3605
2.5403
2.0204
1.3703
1.6122

17

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

Evaluasi perhitungan SSE untuk menentukan metode mana yang lebih baik, diantara metode
wilson ataupun NRTL dilakukan dengan menggunakan program komputer matlab (lampiran).
PROGRAM MATLAB
function wilsonetanolaseton
global x1 P Phit
clc
A12=0.2;
A21=0.5;
[A12_A21_trial fval]=fminsearch(@fun,[A12 A21]);
fprintf(' ----------------------------\n')
fprintf(' x1\t\t P\t\t Phit\n')
fprintf(' ----------------------------\n')
disp([x1' P' Phit'])
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\tA12 \t\tA21 \n')
fprintf(' ----------------------------\n\n')
disp(A12_A21_trial)
fprintf('\t\tSSE = %f\n',fval)
fprintf(' ----------------------------\n\n')
plot(x1,P,'om',x1,Phit,'-b')
legend('P data','P hitung',5)
title('Grafik Hubungan Fraksi Ethanol vs Tekanan Sistem')
ylabel('P, atm')
xlabel('fraksi ethanol')
end
function P=fungsi(x1,x2,A12,A21,P1sat,P2sat)
gamma1=exp(-log(x1+x2*A12)+x2*((A12/(x1+x2*A12))-((A21/(x2+x1*A21)))));
gamma2=exp(-log(x2+x1*A21)-x1*((A12/(x1+x2*A12))-((A21/(x2+x1*A21)))));
P=(gamma1*x1*P1sat)+(gamma2*x2*P2sat);
end
function SSE=fun(k)
global x1 P Phit
P1sat=[2.1974 2.1218 2.1974];
P2sat=[3.6041 3.5121 3.6041];
x1=[0.5871 0.6656 0.7398];
x2=1-x1;
P=[3.6531 3.5850 3.7211];
A12=k(1);
A21=k(2);
for i=1:length(P)
Phit(i)=fungsi(x1(i),x2(i),A12,A21,P1sat(i),P2sat(i));
end
SSE=sum((Phit-P).^2);
End

18

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

function wilsonetanolair
global x1 P Phit
clc
A12=0.2;
A21=0.5;
[A12_A21_trial fval]=fminsearch(@fun,[A12 A21]);
fprintf(' ----------------------------\n')
fprintf(' x1\t\t P\t\t Phit\n')
fprintf(' ----------------------------\n')
disp([x1' P' Phit'])
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\tA12 \t\tA21 \n')
fprintf(' ----------------------------\n\n')
disp(A12_A21_trial)
fprintf('\t\tSSE = %f\n',fval)
fprintf(' ----------------------------\n\n')
plot(x1,P,'om',x1,Phit,'-b')
legend('P data','P hitung',5)
title('Grafik Hubungan Fraksi Ethanol vs Tekanan Sistem')
ylabel('P, atm')
xlabel('fraksi ethanol')
end
function P=fungsi(x1,x2,A12,A21,P1sat,P2sat)
gamma1=exp(-log(x1+x2*A12)+x2*((A12/(x1+x2*A12))-((A21/(x2+x1*A21)))));
gamma2=exp(-log(x2+x1*A21)-x1*((A12/(x1+x2*A12))-((A21/(x2+x1*A21)))));
P=(gamma1*x1*P1sat)+(gamma2*x2*P2sat);
end
function SSE=fun(k)
global x1 P Phit
P1sat=[3.3985 3.5097 2.9824];
P2sat=[1.5311 1.5826 1.3386];
x1=[0.0649 0.0973 0.1298];
x2=1-x1;
P=[2.0204 2.5646 2.3605];
A12=k(1);
A21=k(2);
for i=1:length(P)
Phit(i)=fungsi(x1(i),x2(i),A12,A21,P1sat(i),P2sat(i));
end
SSE=sum((Phit-P).^2);
end

19

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

function nrtletanolaseton
global x1 P Phit
clc
t12=0.4;
t21=1;
[t12_t21_trial fval]=fminsearch(@fun,[t12 t21]);
fprintf(' ----------------------------\n')
fprintf(' x1\t\t P\t\t Phit\n')
fprintf(' ----------------------------\n')
disp([x1' P' Phit'])
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\tHasil : \n')
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\ttau_12 = %f\n',t12_t21_trial(1))
fprintf('\t\ttau_21 = %f\n',t12_t21_trial(2))
fprintf('\t\tSSE = %f\n',fval)
fprintf(' ----------------------------\n\n')
plot(x1,P,'om',x1,Phit,'-b')
legend('P data','P hitung',5)
title('Grafik Hubungan Fraksi Ethanol vs Tekanan Sistem')
ylabel('P, atm')
xlabel('fraksi ethanol')
end
function P=fungsi(x1,x2,t12,t21,P1sat, P2sat)
a12=0.3;
a21=0;
G12=exp(-a12*t12);
G21=exp(-a21*t21);
gamma1=exp((x2^2)*((t21*(G21/(x1+x2*G21))^2)+(G12*t12/(x2+x1*G12)^2)));
gamma2=exp((x1^2)*((t12*(G12/(x2+x1*G12))^2)+(G21*t21/(x1+x2*G21)^2)));
P=(gamma1*x1*P1sat)+(gamma2*x2*P2sat);
end
function SSE=fun(k)
global x1 P Phit
P1sat=[2.1974 2.1218 2.1974];
P2sat=[3.6041 3.5121 3.6041];
x1=[0.5871 0.6656 0.7398];
x2=1-x1;
P=[3.6531 3.5850 3.7211];
t12=k(1);
t21=k(2);
for i=1:length(P)
Phit(i)=fungsi(x1(i),x2(i),t12,t21,P1sat(i), P2sat(i));
end
SSE=sum((Phit-P).^2);
end

20

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

function ntrlasetonair
global x1 P Phit
clc
t12=0.4;
t21=1;
[t12_t21_trial fval]=fminsearch(@fun,[t12 t21]);
fprintf(' ----------------------------\n')
fprintf(' x1\t\t P\t\t Phit\n')
fprintf(' ----------------------------\n')
disp([x1' P' Phit'])
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\tHasil : \n')
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\ttau_12 = %f\n',t12_t21_trial(1))
fprintf('\t\ttau_21 = %f\n',t12_t21_trial(2))
fprintf('\t\tSSE = %f\n',fval)
fprintf(' ----------------------------\n\n')
plot(x1,P,'om',x1,Phit,'-b')
legend('P data','P hitung',5)
title('Grafik Hubungan Fraksi Ethanol vs Tekanan Sistem')
ylabel('P, atm')
xlabel('fraksi ethanol')
end
function P=fungsi(x1,x2,t12,t21,P1sat, P2sat)
a12=0;
a21=0.3;
G12=exp(-a12*t12);
G21=exp(-a21*t21);
gamma1=exp((x2^2)*((t21*(G21/(x1+x2*G21))^2)+(G12*t12/(x2+x1*G12)^2)));
gamma2=exp((x1^2)*((t12*(G12/(x2+x1*G12))^2)+(G21*t21/(x1+x2*G21)^2)));
P=(gamma1*x1*P1sat)+(gamma2*x2*P2sat);
end
function SSE=fun(k)
global x1 P Phit
P1sat=[4.4074 3.9904 4.9740];
P2sat=[1.2938 1.1266 1.5311];
x1=[0.0447 0.0724 0.1048];
x2=1-x1;
P=[2.4966 2.6327 2.8027];
t12=k(1);
t21=k(2);
for i=1:length(P)
Phit(i)=fungsi(x1(i),x2(i),t12,t21,P1sat(i), P2sat(i));
end
SSE=sum((Phit-P).^2);
end

21

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

function nrtletanolair
global x1 P Phit
clc
t12=0.4;
t21=1;
[t12_t21_trial fval]=fminsearch(@fun,[t12 t21]);
fprintf(' ----------------------------\n')
fprintf(' x1\t\t P\t\t Phit\n')
fprintf(' ----------------------------\n')
disp([x1' P' Phit'])
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\tHasil : \n')
fprintf(' ----------------------------\n\n')
fprintf('\t\ttau_12 = %f\n',t12_t21_trial(1))
fprintf('\t\ttau_21 = %f\n',t12_t21_trial(2))
fprintf('\t\tSSE = %f\n',fval)
fprintf(' ----------------------------\n\n')
plot(x1,P,'om',x1,Phit,'-b')
legend('P data','P hitung',5)
title('Grafik Hubungan Fraksi Ethanol vs Tekanan Sistem')
ylabel('P, atm')
xlabel('fraksi ethanol')
end
function P=fungsi(x1,x2,t12,t21,P1sat, P2sat)
a12=0.3;
a21=0;
G12=exp(-a12*t12);
G21=exp(-a21*t21);
gamma1=exp((x2^2)*((t21*(G21/(x1+x2*G21))^2)+(G12*t12/(x2+x1*G12)^2)));
gamma2=exp((x1^2)*((t12*(G12/(x2+x1*G12))^2)+(G21*t21/(x1+x2*G21)^2)));
P=(gamma1*x1*P1sat)+(gamma2*x2*P2sat);
end
function SSE=fun(k)
global x1 P Phit
P1sat=[3.3985 3.5097 2.9824];
P2sat=[1.5311 1.5826 1.3386];
x1=[0.0649 0.0973 0.1298];
x2=1-x1;
P=[2.0204 2.5646 2.3605];
t12=k(1);
t21=k(2);
for i=1:length(P)
Phit(i)=fungsi(x1(i),x2(i),t12,t21,P1sat(i), P2sat(i));
end
SSE=sum((Phit-P).^2);
end
xetanol=[0.1457 0.0818 0.1739 0.0547 0.0341];
Pcob=[2.5646 2.9728 2.3605 2.0204 1.6122];

22

Studi Kesetimbangan Uap Cair Sistem Terner dengan Metode Barker

Phit=[2.3636 1.3951 1.3753 2.0432 1.1491];
SSE=sum((Phit-Pcob).^2);
fprintf('SSE=')
disp(SSE)
xetanol=[0.1457 0.0818 0.1739 0.0547 0.0341];
Pcob=[2.5646 2.9728 2.3605 2.0204 1.6122];
Phit=[2.7537 2.5145 2.9213 2.5403 1.3703];
SSE=sum((Phit-Pcob).^2);
fprintf('SSE=')
disp(SSE)

23