Anda di halaman 1dari 4

Made Aniendya Putri Wijaya

NIM : 1402005115 / KU A
Menumbuhkan Perasaan Empati
Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna yang diciptakan oleh Sang
Maha Pencipta yang dikaruniai kemampuan agar merasakan apa yang ada di dunia, semua
yang terdapat di dunia ini dapat kita rasakan melalui panca indra, pikiran , serta insting .
Sebagai manusia kita membutuhkan perasaan bahwa kita di terima, di pahami, dan di cintai
oleh sesama manusia. Ketiga kebutuhan itu harus di penuhi karena kita merupakan makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupan. Untuk dapat mengetahui
jika kita dapat memenuhi ketiga kebutuhan itu kita perlu memiliki perasaan empati yang akan
tubuh dan berkembang dari

ketiga alat perasa kita .Penentu utama bahwa kita telah

memenuhi ketiga kebutuhan itu yaitu rasa empati pada diri kita.
Apakah empati itu ? Empati merupakan suatu kemampuan kita dalam merasakan serta
mempresipsikan pikiran dan perasaan orang lain, seperti apa yang dirasakan oleh orang itu.
Empati itu juga merupakan perasaan dimana kita ikut merasakan apa yang di alami orang
tersebut dengan menempatkan diri kita sebagai orang tersebut namun tidak terlarut kedalam
perasaannya. Perasaan Empati ini sangatlah diperlukan karena dapat digunakan sebagai dasar
dari adanya penerimaan tanpa syarat. Beberapa profesi sangant membutuhkan perasaan
empati ini, salah satunya yaitu profesi dokter dimana dengan perasaan empati ini dokter dapat
memahami permasalahan pasien sehingga dokter dapat mendapatkan kepercayaan pasien dan
dapat berkomunikasi dengan efektif, sehingga dokter dapat mengusahakan pengobatan yang
terbaik bagi pasiennya tanpa membeda bedakan pasiennya.
Dalam pelaksanaannya, perasaan empati harus dilatih agar kemampuan dapat
meningkat. Cara untuk meningkatkan perasaan empati ini yaitu dengan introspeksi diri,
mengingat pengalaman dahulu, mencoba mengingan perilaku kita terdahulu, mencoba
sensitiv terhadat bentuk dan perilaku seseorang. Dalam rangka untuk melatih rasa empati
saya, saya dan teman teman SGD saya , bersama - sama berkunjung ke Kube Dharma Bakti.
Kami sebelumnya berkumpul di Green Area terlebih dahulu sebelum bersama-sama menuju
ke Kube Dharma Bhakti. Kube Dharma Bakti ini adalah salah satu panti sosial untuk orang
yang menyandang tuna netra. Tempat ini berlokasi di jalan Serma Gede di dekat Kampus

Sudirman. Pada hari Minggu, 1 Maret 2015 saya berkunjung ke panti ini, panti ini
menampung kurang lebih 30 orang yang menyandang tuna netra. Panti sosial Dharma Bhakti
ini dipimpin oleh Bapak Gusti Ngurah Gede sebagai kepala panti dan juga Bapak Nyoman
Sumita sebagai pembina di Panti Sosial Dharma Bhakti ini. Lingkuan Kube Dharma Bhakti
terjaga kebersihannya, interaksi sosial antar para tuna netra yang berada di Kube Dharma
Bhakti ini juga baik.
Saat melaksanakan kunjung ke Kube Dharma Bhakti ini, pertama- pertama kami
serombongan di sambut oleh ketua panti, pembina panti, serta para penyandang tuna netra
yang berada di Kube Dharma Bhakkti ini. Kami di arahkan menuju suatu ruangan untuk
melakukan penyambutan yang diberikan oleh pihak Kube Dharma Bhakti yang di dampingi
oleh teman saya yang menjelaskan tujuan kami semua datang berkunjung ke Kube Dharma
Bhakti hari itu. Penyambutan yang diberikan kepada kami semua sangatlah baik, sambutan
yang berisikan bagaimana kegiatan serta keadaan mereka. Setelah itu, saya bersama
rombongan bergantian untuk memperkenalkan diri dihadapan semua tuna netra yang ada di
ruangan saat itu. Kami yang berjumlah kurang lebih 2 orang itu berbicara dengan keras
karena penyandang tuna netra peka terhadap suara kami.
Selain memperkenalkan diri kami tidak lupa mengucapkan terima kasih atas sambutan
yang baik yang diberikan, dan juga ada penyerahan simbolis tanda terima kasih kami.
Selanjutnya kami mendengarkan pengalaman serta keluh kesah yang disampaikan oleh Bapak
Nyoma Sumita sebagai pembina Kube Dharma Bhakti. Bapak pemina selanjutnya meminta
pada rekan rekannya untuk memperkenalkan diri serta menceritakan sedikit pengalaman
hidup mereka, setelah semuanya telah memperkenalkan diri tibalah saat untuk acara bebas
dimana kami masing masing dapat mengobrol langsung dengan salah satu tuna netra yang
ada di Kube Dharma Bhakti.
Pada saat acara bebas saya mengobrol dengan salah satu tuna netra yang berada
disana, untuk berbagi pengalaman. Ibu itu bernama Ibu Nengah, Ibu ini telah berusia 40
tahun yang berasal dari Gianyar. Ibu nengah telah menikan dan memiliki 3 orang anak, suami
ibu Nengah juga seorang tuna netra yang bekerja di Joger. Anak anak Iu nengan ada yang
sudah kerja, ada yang mash SMK dan yang paling kecil masih duduk dibangku SD. Anak Ibu
Nengah yang paling kecil inilah yang biasanya menghantarkannya dari kediamannya di
belakan kampus Sudirman sampai ke Kube Dharma Bhakti yang berada di Serma Gede.

Ibu nengah sudah sejak lama berada di Kube Dharma Bhakti, disini Ibu nengah
merasa senang karena dapat berjumpa dengan beberapa teman yang memiliki keterbatasan
yang sama, sehari hari ibu nengah yang berprofesi menjadi tukang pijat ini memiliki
interaksi sosial yang baik kepada para tuna netra yang lain yang berada di Kube Dharma
Bhakti ini.
Ibu Nengah kehilangan penglihatannya tidak dari lahir melainkan saat usinya 7
tahun. Ibu ini kehilangan penglihatannya di akibatkan kurangnya tenaga medis yang dapat
menangani sakit yang di alaminya saat kecil. Sekarang Ibu Nengah telah kehilangan kedua
penglihatannya. Sehari hari ibu ini berprofesi sebagai pemijat tuna netra. Pendapat ibu
Nengah tidak pasti hanya berdasarkan berapa orang yang di pijatnya bahkan bisa saja ia tidak
mendapat panggilan untuk memijat dalam sehari. Waktu saya mengobrol dengan ibu Nengah
hati saya tersentuh bagaimana dia menjalankan kehidupannya yang memiliki keterbatasan
penglihatan ini dimana Ibu Nengah hanya dapat melakukan pekerjaan yang terbatas, untuk
dapat menghidupi keluarganya bersama suaminya yang juga memiliki keterbatasan
penglihatan juga . Namun saya bangga dengan semangat ibu ini menjalani kehidupannya
dengan optimis dan kerja keras untuk dapat menghidupi ketiga anaknya. Satu lagi cerita Ibu
Nengah yang membuat saya iba yaitu cerita dimana suatu pagi saat Ibu Nengah sedang
berjalan dari rumahnya seorang diri menuju ke Kube Dharma Bhakti, ia di tabrak oleh
seorang pengendara sepeda motor. Tidak habis pikir kenapa pengendara sepeda motor itu tega
teganya menabrak Ibu Nengah yang menderita kebutaan tersebut.

Ini adalah foto yang saat ambil setelah saya mengobrol untuk berbagi pengalaman serta keluh
kesah Ibu Nengah.

Ini adalah foto bersama yang dilakukan saat kami semua telah selasai acara dan sebelum
kami menginggalkan Kube Dharma Bhakti.

Anda mungkin juga menyukai