LP CA Cerviks
LP CA Cerviks
DISUSUN OLEH:
ARFIANA NURANI
P. 17420613047
LAPORAN PENDAHULUAN
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epitelial yang
cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.
(Dorland,
1998: 185)
Ca. Serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan
epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137)
Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya.Normalnya, sel yang mati seimbang
dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/
keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa
memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang tumbuh
baru tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale
1996).
2. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Penyebabnya belum diketahui secara jelas. Tetapi terdapat beberapa faktor
pendukung terjadinya Ca. Serviks antara lain:
1.
2.
3.
4.
Wanita perokok
5.
Infeksi HIV.
6.
3. Faktor resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah: Usia, ras, etnik,
status sosial ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama virus
HIV. Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix. Wanita
amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi
dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). Pada wanita yang
aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-ganti pasangan
mempunyai resiko yang lebih besar.
4. Jenis kanker
Ada dua tipe utama dalam pembagian Ca Cervix, yaitu: Ca tipe Skuamosa dan
Tipe Adenokarsinoma. Karsinoma Skuamosa insidennya mencapai 80-95 % dan
sering terjadi pada usia lanjut. Dan sisanya
merupakan
insiden dari
Adenokarsinoma yang sering terjadi pada wanita muda dan biasanya Ca ini
berkembang menjadi sangat agresif.
Klasifikasi dari Ca. Serviks (FIGO, 1978)
Tingkat
0
Kriteria
Karsinoma in situ. Membran basal masih utuh
Ia
Karsinoma mikro infasif, bila membrana basalis sudah rusak dan sel tumor
memesuki t\stroma > 3 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh
limfe.
Ib occ
Secara klinis tumor belum tampak sebagai Ca, tetapu pada pemeriksaan
histologik sel tumor invasif > Ia.
Ib
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukan invasi.
II
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan mejalar 2/3 bagian atas vagina
dan ke parametrium tetapi belum sampai dinding panggul.
Iia
Iib
III
IIIa
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, parametrium tak dipersoalkan asal tidak
sampai dinding panggul.
IIIb
IV
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rectum dan / kandung kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastase keluar panggul/ ketempat jauh lainnya.
IVa
Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa
rectum dan/kandung kemih.
IVb
5. Manifestasi Klinis
Menurut Gale tidak ada tanda yang spesifik pada kasus Ca ini. Pada kasus ini
tidak selalu tampak tumor, tetapi kadang terjadi perdarahan karena ulserasi pada
permukaan cervix. Adanya perdarahan inilah yang mengharuskan wanita ini datang
ke pusat pelayanan kesehatan, adanya nyeri abdomen dan punggung bawah
mungkin dapat menjadikan petunjuk bahwa penyakit ini telah berkembang dengan
sangat cepat.
Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap lanjut,
tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
1. perdarahan spontan
2. perdarahan saat defekasi
3. perdarahan berbau busuk yang khas
4. nyeri diatas pubis dan sekitar panggul
5. perdarahan yang dialami segera setelah coitus.
6. kehilangan berat badan
7. keluhan cepat lelah
8. anemia
9. keputihan yang purulen, berbau busuk dan tidak gatal.
10. Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks
dan endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang
disatuka oleh Sambungan SquamosaKolumner (SSK).
Proses metaplasia adalah proses pergantian epitel kolumner dan
squamosa. Epitel kolumner akan digantikan oleh squamosa baru sehingga
SSK akan berubah menjadi Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/
squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan
adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual
seperti sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis
berubah
menjadi
displasia.
Displasia
merupakan
karakteristik
2.
3.
Penatalaksanaan
Ia
IIa, IIb
estrogen
atau
steroid
lainnya
yang
dapat
2. Diagnosa keperawatan
1) Koping individu tak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi
ginekologis dan prognosis yang tak menentu.
2) Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
3) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trombositopeni
5) Perubahan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
anemia
dan
trombositopenia
6) Tidak toleran terhadap aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat anemia dan pemberian kemoterapi
7) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual
atau muntah.
8) Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan
dengan terbatasnya informasi
3. Rencana keperawatan
1. Diagnosa keperawatan 1
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai pada tingkat yang
dapat diatasi: mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam
aktivitas dan proses pengambilan keputusan.
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan ciptakan suasana lingkungan
yang kondusif.
R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan.
b. Evaluasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan.
R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan
keputusan.
c. Dorong sikap harapan yang realistis.
R/ Meningkatkan kedamaian diri.
d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
R/ Meningkatkan kemampuan pasien dalam menguasai masalah.
e. Berikan dorongan spritiual.
R/ Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan
pasien beradaptasi dengan kondisinya.
2. Diagnosa keperawatan 2
Tujuan:
Mengungkapkan dampak dari diagnosis kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi konflik peran tersebut
atau perubahan peran.
Intervensi:
Intervensi:
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan DL (Hb dan Trombo ) secara rutin/
berkala.
R/ Penurunan Hb dan trombosit dapat menjadi indikasi dari terjadinya
perdarahan.
b. Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan (Hindari
trauma, hindari tindakan invasif, anjurkan pasien untuk menggunakan
sikat gigi yang berbulu halus).
R/ Menurunkan resiko komplikasi dari terjadinya trombositopenia.
c. Observasi tanda-tanda perdarahan (Pusing, petekie, sekret yang ada
diserta darah, pucat).
R/ Secara klinik anemia yang cukup berarti memerlukan transfusi
darah.
d. Observasi tanda-tanda vital.
R/ Munculnya hipotensi dan takikardia mungkin menjadi tanda adanya
perdarahan.
e. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC (trombosit concentrate).
R/ Transfusi diberikan jika Hb mencapai 8 gr% dan trmbosit mencapai
20.000 sel/mm3.
5. Diagnosa keperawatan 5
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia. Pencegahan terhdap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi:
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan Hematokrit dan Hb serta jumlah
trombosit.
R/ Memberikan informasi yang jelas sebagai bahan untuk melakukan
evaluasi respons pasien terhadap transfusi.
b. Berikan cairan secara tepat.
R/ Mencegah terjadinya hidrasi yang berlebihan.
c. Pantau dan atur kecepatan infus.
R/ Mencegah terjadinya resiko overload yang dapat meningkatkan
beban kerja jantung.
d. Kolaborasi dalam pemberian transfusi
R/ penmabahan sel darah akan membantu meningkatkan perfusi ke
jaringan.
6. Diagnosa keperawatan 6
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal. Pasien
akan memaksimalkan energi dengan beristirahat dengan meminimalkan
efek keletihan pada aktivitas sehari-hari.
Intervensi:
a. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pada pasien.
R/ Menentukan data dasar untuk membantu pasien yang sering
mengalami keletihan.
b. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahankan pola istirahat/ tidur
sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas.
R/ meningkatkan kontrol diri.
c. Bantu pasien menrencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau
keletihan yang dialami.
R/ Meningkatkan aktivitas selama proses pencegahan keletihan.
d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan latihan ringan.
R/ Memberikan kesempatan untuk istirahat serta latihan ringan dapat
meningkatkan pola istirahat.
e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
R/ Peningkatkan kemampuan berkativitas merupakan indikasi dari berkurangnya tingkat keletihan yang dialami pasien.
7. Diagnosa keperawatan 7
Tujuan:
Masukan atau intake yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan
tubuh.
Intervensi:
a. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
R/ Memberikan data dalam pemberian menu dan pantang atau alergi
pasien.
b. Kolaborasi dengan gizi dalam pemberian dengan menu yang sesuai
dengan diet yang ditentukan.
R/ Memberikan perencanaan dalam pemberian nutrisi kepada pasien
sesuai dengan diet.
c. Pantau masukan makanan oleh klien.
R/ Memberikan informasi untuk evaluasi dan rekomendasi terhadap
tindakan selanjutnya.
d. Anjurkan agar klien membawa makanan dari rumah jika diperlukan
dan disesuaikan dengan diet.
R/ Meningkatkan pengembalian pada diet reguler.
e. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan.
R/ Dengan mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan.
8. Diagnosa keperawatan 8
Tujuan:
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan dan tujuan dari
pemberian terapi.
Intervensi:
a. Baringkan pasien diatas tempat tidur.
R/ Memberikan serta meningkatkan rasa nyaman.
b. Kaji kepatenan kateter abdomen.
R/ Meningkatkan drainase aliran dari terapi.
c. Berikan obat premedikasi sesuai dengan pesanan.
R/ Mencegah reaksi yang mungkin muncul dalam pemberian terapi.
d. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama dalam
pengobatan.
R/ Meningkatkan pengenalan dini terhadap masalah yang potensial
terjadi.
e. Jelaskan kepada pasien efek yang dapat terjadi (dalam waktu lambat,
sedang dan cepat).
R/ Memberikan informasi terhadap perawatan mandiri.
4. Evaluasi
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Gale, Daniele, 1996, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta: Penerbit
Buku Kedoteran EGC.
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media aesculapius
Universitas Indonesia