tindakan yang disengaja dan dipandu oleh tujuan dan nilai-nilai. Dalam masyarakat majemuk.
Pertanyaannya adalah bagaimana dan apakah mungkin untuk mencapai konsensus tentang
nilai-nilai. Tetapi mereka yang bertanggung jawab untuk pendidikan politik harus memastikan
bahwa nilai-nilai yang digunakan adalah nilai-nilai sah yang terlegitimasi dan diupayakan
terkonsentrasi pada nilai-nilai positif. Untuk semua ini, politik tidak boleh dipahami sebagai
perwujudan dari nilai-nilai yang paling penting, melainkan sebagai cara mengatur konflik dan
sebagai perjuangan untuk mencapai sistem terbaik berdasarkan tujuan umum yang dapat
dianggap sebagai pedoman yang mendasari sebuah proses yang tidak pernah berakhir.
Jika partai politik memiliki good will untuk memperbaiki diri maka tentunya sebagai
salah satu instrumen penting dalam pendidikan politik masyarakat,parpol dapat memberikan
kontribusi nyata terhadap perubahan dan perbaikan. Tidak hanya menekan angka golput dan
huru hara pada saat pemilu, pendidikan politik yang baik bahkan dapat mendorong tingginya
angka keterwakilan perempuan seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat dan
meningkatnya keinginan dan kapasitas perempuan, baik kader partai maupun non partai, untuk
terjun di dalam politik. Salah satu yang paling essensial adalah bahwa partai politik juga
berperan dalam membangun karakter bangsa.
Pendidikan politik yang diberikan sejatinya dapat memperkental karakter toleransi dan
kekeluargaan sehingga dapat meningkatkan nasionalisme dan penerimaan atas keberagaman.
Dengan demikian jika fungsi pendidikan politik ini dijalankan secara maksimal maka tidak
hanya dapat merekrut kader atau simpatisan partai tetapi juga dapat dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat terutama pemilih pemula terhadap urgensi keterlibatan mereka di dalam
proses-proses politik seperti di dalam Pemilu dalam membangun masa depan bangsa.(Setiawan
D)
Dinamika politik Indonesia selama 15 tahun terakhir, sejak gerakan reformasi dimulai,
menunjukkan bangunan politik yang mengalami kerapuhan. Dasar pembangunan pendidikan
politik cenderung diabaikan sehingga partai politik banyak bermunculan dan mengalami
bongkar pasang kepengurusan sebagai akibat rapuhnya pendidikan politik. Salah satu faktor
yang menimbulkan kerapuhan politik adalah pendidikan politik sejak 15 tahun terakhir belum
berjalan secara maksimal dan cenderung sporadis. Partai politik yang seharusnya memiliki
tanggung jawab utama untuk memberikan pendidikan partai politik bagi kadernya dan