Dx :
epiglotis besar, bengkak, merah ceri.
suspect epiglotitis : jangan menggunakan spatula
lidah : refleks laringospasme, obstruksi total akut,
aspirasi sekret, henti cardiorespirasi.
Tx : intubasi / trakeostomi
antibiotika : sefalosporin generasi ketiga
(sefotaksim ( 7-10 hari ) dan ceftriaxon ( 5
hari )
Prognosis : buruk
DD : CROUP Syndrome
6 bulan - 6th.
10
penyempitan
saluran
pernafasan
menyebabkan turbulensi aliran udara
vibrasi dari saluran pernafasan bagian yang
lebih atas stridor
11
13
15
16
Kultur virus/antigen
17
18
19
1.
20
21
24
BRONKITIS
Patofisiologi :
1. Aktivitas kelenjar mukus
2. Deskuamasi sel-sel epitel bersilia
3. Infiltrasi lekosit PMN ke dinding dan lumen
sekresi purulen reaksi nonspesifik
tidak menunjukkan superinfeksi bakteri
- Px.fisik auskultasi tidak khas pada stadium
awal stadium lanjut: ronkhi kasar, suara
napas berat & kasar, wheezing, atau kombinasi
Demam, 37,8 39 C
Batuk, mula-mula kering kemudian
berdahak, anak besar purulen, anak
kecil : sekret merangsang muntah
Nyeri waktu batuk
Gx rinitis
Faring hiperemis
Ronki basah kasar (khas)
Tidak spesifik
Px.radiologis: normal atau corakan
bronkial
Etiologi spesifik:
- asma
- penyakit paru yang mendasari
- kistik fibrosis
- aspirasi benda asing
- sindroma aspirasi
- kompresi jalan napas
- penyakit jantung kongenital
- imunodefisiensi
- kelainan silia primer
Iritasi nonspesifik:
- paparan infeksi saluran napas di tempat
perawatan sehari-hari (day-care centers)
- asap rokok
- polusi udara
Berperan
besar
pada
keadaan
tingginya angka kematian bayi.
Akibat jangka
panjang
pada
bayi
dan
anak
berlanjut
sampai
dewasa
(fungsi
paru,
pertumbuhan paru, dan kelainan
permanen paru).
sekresi
mukus,
timbunan
debris
Pengisian
overinflasi
udara
berlebihan,
menimbulkan
volume
meningkat
Retensi
CO2
(hiperkapnea);
terjadi
gangguan
perfusi berat dan hipoventilasi
bila
Takipnea
Pada anak yang lebih besar & orang dewasa
dapat mentolerir edema saluran napas lebih baik
daripada bayi
jarang terjadi bronkiolitis bila
terserang infeksi virus saluran napas.
Proses penyembuhan :
1. Proses regenerasi sel epitel
bronkiolus setelah 3 atau 4
hari.
2. Pertumbuhan silia setelah 15 hari.
3. Lendir atau mukus berkurang
akibat peran
serta makrofag.
Pada
dan
Berdasarkan
manifestasi
klinis,
pemeriksaan fisik dan gambaran
radiologis,
perlu
dipertimbangkan
beberapa penyakit lain, yaitu :
1. Asma bronkial
2. Bronkopneumonia
3. Penyakit jantung kongestif
4. Pertusis
5. Fibrosis kistik paru
Tujuan terapi di RS :
1. Untuk menghilangkan gejala-gejala yang
muncul.
2.Mendeteksi dan mengobati komplikasi yang
muncul.
3. Mengobati dengan anti virus yang spesifik
jika
ada indikasi.
Terapi Suportif
o Dibaringkan dalam posisi supin, kepala
ditegakkan dgn kemiringan 30 40 derajat,
leher posisi ekstensi.
o Pemantauan ketat suhu dan pemberian O2
(konsentrasi 30 40%).
o Keseimbangan
&
kecukupan
cairan
(diberikan dgn nasogastric tube atau
intravena)
natrium bikarbonat.
Terapi Spesifik
o Ribavirin (Virazol) : obat virustatic dengan
spektrum
luas; diberikan secara aerosol
tiap 12 18 jam/hari selama 3 5 hari.
o Antibiotika : bila ada indikasi infeksi bakteri.
o Bronkodilator lazim digunakan pada terapi
bronkiolitis. Tetapi efikasi bronkodilator
sebagai terapi bronkiolitis tidak secara
umum dapat diterima.
o Kortikosteroid : tidak ada manfaatnya.
o Sedativa
:
tidak
dianjurkan,
karena
menyebabkan penekanan pusat pernapasan.
Imunoglobulin
:
dalam
tahap
penelitian.
Rekombinan interferon-2 per i.m :
masih dalam tahap penelitian
Terapi Pencegahan
o Vaksin mekanisme belum diketahui
secara pasti.
o Imunoglobulin
: sebagai antibodi
maternal yang didapat secara pasif
sebagai imunoprofilaksi.
Dengan
terapi
suportif
yang
memadai
klinis membaik.
Komplikasi (20%) : wheezing menetap,
bentuk dada mencembung, adanya
sumbatan jalan napas, pneumotoraks,
dan emfisema
menetap beberapa
bulan.
Komplikasi lain : dehidrasi, infeksi
sekunder oleh bakteri (pneumonia
bakterial), otitis media dan gagal napas.
Bronkiolitis
kelainan patologi anatomi :
kelainan permanen pada bronkiolus,
gangguan patofisiologi paru, hiperreaktivitas
bronkus (manifestasi perubahan mukosa
saluran napas).
Asma
Bronkiolitis Obliterans
Sindroma Paru Hiperlusen Unilateral
Virus
Respiratory Syncytial Virus
Influenza A atau B
Parainfluenza 1,2 dan 3
Adenovirus
Rinovirus.
Morbili
Bakteri
Streptokok pneumoniae
Hemofilus influenzae
Stafilokok aureus
Streptokok grup B
Mikoplasma pneumonia
Klamidia trakomatis
Klamidia pneumoniae
Virus
Varisela-zoster
Coronavirus SARS
Paramyxovirus SARS
Enterovirus (coxsackie echo)
Cytomegalovirus
Herpes simpleks, dll
Bakteri
Anaerob (S mileri,
peptostreptokok)
Klebsiela pneumonae
E.koli
Neiseria meningitidis
Legionela
Pseudomonas spp
Leptospira, dll
Fungus
Histoplasma kapsulatum, dll
Blastomises dermatitidis
Streptokok grup B
Streptococcus pneumonia
Klamidia trakomatis
Bakteri Gram negatif
Neonatus
infeksi berasal dari ibu
berhubungan dg proses
persalinan
- aspirasi mekonium, cairan
amnion,
- dari serviks ibu
Sering
S. pneumoniae
H. influenzae
Jarang
S. aureus
Streptokok grup A
Mikoplasma pneumoniae
Klamidia pneumoniae
S pneumoniae
H influenzae
Dan lain-lain
Difficult
Bronchoalveolar lavage and lung
puncture for culture not usually
done
Results of culture can be
misleading
S. pneumoniae
M. pneumoniae
C. pneumoniae
Viral 20%
27%
7%
6%
pneumoniae 28%
M. pneumoniae 22%
Chlamydia spp. 14%
H. iinf.
6%
M. catarrhalis
3%
Heiskanen-Kosma et al. Pediatr Infect Dis L 1998;
17:986
Demam
Batuk
Nyeri dada
(pleuritik)
Ekspektorasi
purulen
Sesak napas
Retraksi, grunting
Takipnu
Auskultasi : rales,
ronki basah halus/
fine crackles.
Ro: infiltrat,
konsolidasi
Tidak khas
Neonatus
sukar dibedakan
dengan sepsis dan
meningitis
Retraksi, grunting
Takipnu
Auskultasi : rales, ronki
basah halus
Ro: infiltrat, konsolidasi
< 2 bulan
60
2 - 12 bulan
1 - 5 tahun
(x/mnt)
50
40
Napas sesak
Tarikan dinding dada (retraksi subkosta)
Non invasif
Foto torak AP-lateral
Darah perifer lengkap
Kultur sputum dan pewarnaan Gram
Kultur darah (spesifik, 10-15 %)
Deteksi cepat antigen dan serologik
Invasif
Pungsi pleura
Bronchoalveolar lavage
Biopsi transbronkial
Open lung biopsy
Mikroorganisme
Spesimen dan metode yg dianjurkan
Virus
RSV, parainfluenza1,2,3,
Sekret nasofaring: immunofluorescence
influenza A,B; adenovirus
assay; solid-phase immunoassay; PCR
Rinovirus
Sekret nasofaring: PCR
Morbili
Sekret nasofaring: immunofluorescence
Serum: antibodi (4 x lipat)
Varisela-zoster
Lesi kulit: immunofluorescence assay;
Serum: antibodi (4 x lipat)
Cytomegalovirus, Epstein-Barr
Serum: IgM (akut) dan antibodi (4 x lipat)
Mikoplasma pneumoniae
Serum: Cold aglutinin (titer > 1:128);
IgM (akut);
Sekret nasofaring: PCR
Klamidia trakomatis, pneumoniae Sekret nasofaring: kultur; PCR
Serum: antibodi (4 x lipat)
Bakteri lain
Cairan pleura; pungsi paru; darah:
kultur
Petunjuk etiologi
Virus
Bakteri
Manfaat
menentukan komplikasi
lekositosis
(>15.000/ul) sering
dijumpai
dominasi netrofil (pergeseran ke
kiri) bakteri
LED dan CRP tidak khas
Sensitivity (95%CI)
Spesificity (95%CI)
74(60-88)
71(56-86)
68(52-83)
46(29-62)
46(29-62)
67(56-77)
59(49-68)
69(58-79)
83(74-91)
79(70-87)
43(26-59)
42(25-58)
84(71-88)
80(71-88)
ANTIBI0TICS
MEDICATION
and
AURI (Streptococcal Paryngitis)
ANTITUSSIVE
1.
the
efficacy and safety antitussive in children.
Indication for their
use in children have not been established.
2. Suppresion of cough in many pulmonary airway
disease may
be hazardous and contraindicated
3. Research on dosage, safety, and efficacy of
antitussive
preparation needs to be done in children
THANK U