Genap/2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir 70% dari semua lemak dan minyak yang dihasilkan dunia adalah minyak
nabati. Minyak diperoleh dari biji tanaman seperti kacang tanah, kedelai, bunga matahari,
zaitun dan sebagainya. Minyak diekstraksi dari dalam biji atau inti dengan menggilingnya
dan dengan menggunakan pelarut dan kemudian memisahkan pelarutnya dengan
evaporasi(Respati, 1986).
Ekstraksi merupakan teknik pemisahan yang sangat sering dilakukan di laboratorium
kimia organik. Jarang sekali pekerjaan laboratorium organik yang tidak melibatkan
ekstraksi. Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan komponen dari suatu
campuran dengan menggunakan suatu pelarut.Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu
bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada
jenis senyawa yang diisolasi umumnya kita perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk
mencegah terjadi oksidasi enzim / hidrolisis (Harborne, 1987).
Teknik ekstraksi pelarut merupakan suatu teknik pemisahan yang lazim, penting
dan sangat berguna serta banyak digunakan dalam cabang kimia analisis. Dasar berfikir
ini adalah pemisahan dari campuran solute lewat proses partisi antar dua pelarut kedalam
campuran tidak merusak residu yang terbentuk sehingga memisahkan ekstrak lebih
mudah. Disamping itu air juga memiliki viskositas rendah sehingga sirkulasi zat dapat
terjadi dengan bebas (Aderson,1991).
Menurut Geancoplis, ekstraksi adalah pemisahan suatu zat atau beberapa dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut, pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larutan yang berbeda-beda dari komponen campuran tersebut.
Salah satu metoda ekstraksi yang digunakan pada praktikum ini adalah sokletasi.
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat
dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip
sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai,
maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik
yang terdapat pada bahan tersebut (Geancoplis, 1998).
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Tentang Bahan yang Digunakan
2.1.1
Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau
legum anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan
kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua
Amerika ini tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1 kaki)
dengan daun-daun kecil tersusun majemuk. Tanaman ini adalah satu di antara dua
jenis tanaman budidaya selain kacang Bogor, Voandziea subterranea yang buahnya
mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda
terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu (Harborne, 1987).
Sekarang pemanfaatan kacang tanahmakin luas dari minyak nabati hingga
selai.Kandungan minyak yang terdapat di dalam margarin mayonaise, salad dressing,
mentega putih (shortening) dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan
minyak jenis lainnya karena dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan
pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah digunakan dalam industri
sabun, face cream, shavingcream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnnya.
Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat dipergunakan untuk campuran
pembuatan adrenalin dan obat asma (Ketaren, 2008).
Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai
hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan.
Besarnya asam lemak tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas minyak. Makin
besar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak tersebut maka kualitasnya
makin rendah. Minyak atau lemak yang disimpan pada kondisi penyimpanan yang
tidak baik apabila diolah atau dimanfaatkan akan dihasilkan minyak atau lemak
dengan kandungan asamlemak bebas tinggi (Ketaren, 2008).
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari
Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan
oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di benua Amerika penanaman
berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang tanah ini pertama
kali masuk ke Indonesia pada awal abad 17, dibawa oleh pedagang Cina dan
Portugis. Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, kacang jebrol, kacang
Bandung, kacang Tuban dan kacang kole. Bahasa Inggrisnya kacang tanahadalah
peanut atau groudnut (Aderson, 1991).
2.1.2
Pelarut
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut pada umumnya
adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya
dianggap sebagai zat terlarut.
Beberapa sifat penting pelarut antara lain:
1. Kemampuan melarutkan (solubility)
2. Kecepatan menguap
3. Trayek didih
4. Berat jenis (specific gravity)
5. Flashpoint
Berdasarkan sifat-sifat di atas, pelarut dapat dikategorikan berdasarkan
fungsinya sebagai berikut:
1. True solvent, melarutkan dalam proses ekstraksi, pemurnian dalam
pembuatan emulsi dan suspense.
2. Diluent, untuk pengencer. Misalnya pada industri cat.
3. Latent solvent, meninggikan daya larut aktif pelarut.
4. Media reaksi, reaksi akan berlangsung lebih cepat dalam fase cair.
5. Paint remover, untuk pembersih atau penghilang cat.
Pelarut yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air.
Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia organik (mengandung
karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pada proses ekstraksi, pelarut yang
digunakan adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkan yang tinggi terhadap zat
yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran
pelarut dan kepolaran senyawa yang diektraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi
senyawa polar larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya. Prinsip ini disebut dengan
like dissolves like. Kepolaran suatu pelarut ditunjukkan oleh momen dipol, konstanta
dielektrik, dan kelarutannya di air (Karimata, 2012).
Pela
r
Rumus kimia
Heksan
a
u
t
Benzen
CH3-CH2-CH2CH2-CH2CH3
C6H6
a
N
o
Toluena
C6H5-CH3
Dietil
eter
CH3CH2-O-CH2CH3
Massa
did
Diel
je
ih
ektri
nis
69
k
2.0
C
80
0.655
g/
2.3
ml
0.879
g/
111
ml
0.867
2.4
n
-
ta
35
g/
4.3
ml
0.713
g/
o
l
a
r
Klorofo
CHCl3
rm
Etil
aset
61
4.8
C
CH3-C(=O)-OCH2-CH3
77
ml
1.498
g/
6.0
at
(Sumber: Karimata, 2012)
ml
0.894
g/
ml
Titik
Pelarut
Rumus kimia
did
ih
an
Mass
ta
Di
ele
kt
ri
is
k
Pela
1.033
r
u
/-CH2-CH2-O1,4-Dioksana
CH2-CH2O-\
101
C
g
2.3
/
m
l
0.886
o
l
a
Tetrahidrofuran
(THF)
/-CH2-CH2-OCH2-CH2-\
g
66 C
7.5
l
1.326
A
p
r
Diklorometana
(DCM)
g
CH2Cl2
40 C
9.1
0.786
k
Aseton
CH3-C(=O)CH3
g
56 C
21
/
m
l
Asetonitril (Me
CH3-CN
82 C
CN)
37
0.786
g
/
m
l
0.944
H-
Dimetilformam
C(=O)N(C
ida (DMF)
153
38
H3)2
/
m
l
1.092
Dimetil
CH3-S(=O)-
sulfoksida
CH3
(DMSO)
189
47
/
m
l
Rumus kimia
Asam
CH3-C(=O)OH
ta
did
ih
Pelaru
Konstan
118 C
Diele
ktrik
6.2
Massa
je
nis
1.049
as
g/m
Po
eta
lar
Pr
oti
k
nBu
tan
ol
Isopro
pa
CH3-CH2-CH2CH2-OH
CH3-CH(-OH)-
0.810
118 C
18
g/m
l
82 C
CH3
no
l (I
PA
)
18
0.785
g/m
l
CH3-CH2-CH2-
Pr
9
97 C
20
OH
0.803
g/m
op
an
ol
Etanol
CH3-CH2-OH
79 C
30
0.789
g/m
Metan
CH3-OH
65 C
33
ol
l
0.791
g/m
l
Asam
for
ma
1.21
H-C(=O)OH
100 C
58
t
Air
g/m
H-O-H
100 C
80
1.000
g/m
l
10
11
12
13
tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda
berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.
2.2.9 Prinsip Penampakan Noda
2.2.9.1 Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak
berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya
interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng.
Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.
2.2.9.2 Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap.
Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara
sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda
tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan
oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan
energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika
gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
2.2.9.3 Pereaksi Semprot H2SO410%
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan
kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor dari zat
aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang
(UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.
14
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah
selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode
sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan. Namun zat yang diekstraksinya sesuai dengan polar dan nonpolarnya
pelarut yang digunakan (Aderson, 1991).
Bila penyaringan telah selesai maka pelarut yang telah di uapkan kembali adalah zat
yang bersisa. Dietil eter merupakan pelarut yang baik untuik hidrokarbon danuntuk
senyawa yang mengandung oksigen proses penyaringan yang berulang ulang pada proses
sokletasi bergantung pada tetesan yang mengalir pada bahan yang di ekstraksi. Sampel
pelarut yang digunakan bening atau tidak berwarna lagi. Umumnya prosedur sokletasi
hanya pengulangan,sistematis dan pemisahan dengan menggunakan labu untuk ekstraksi
sederhana tetapi lebih merupakan metoda yang spesial,dan alat yang digunakan lebih
kompleks. Oleh karena itu alat soklet cenderung mahal (Fessenden, 1982).
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi menurut Harborne:
a. Pelarut yang mudah menguap, misalnya n-heksana, eter, petroleum eter, metil
klorida dan alkohol;
b. Titik didih pelarut rendah;
15
2.3.1
16
sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristat sekitar 5 %.
Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak (Keenan,
1980).
Menurut Respati, kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi
atau dengan penambahan anti-oksidan. Dalam minyak kacang tanah terdapat
persenyawaan tokoferol yang merupakan anti oksidan alami dan efektif dalam
menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah.
Di dalam kacang tanah terdapat karbohidrat sebanyak 18% dengan kadar pati
0,5-5,0% dan kadar sukrosa 47%. Vitamin-vitamin yang terdapat adalah riboflavin,
thiamin, asam nikotinat, vitamin EdanK. Sebagian besar kandungan mineral terdiri
dari kalsium, magnesium, fosfordansulfur(Keenan, 1980).
Racun di dalam kacang tanah yang disebut aflatoksin, dihasilkan oleh
cendawan Aspergillusflavus. Aflatoksin ini terdiri dari B 1, B2, G1, G2. Kode B dan G
menunjukkan intensitas fluorescencebiru (blue) dan hijau (green) jika disinari dengan
sinar ultra violet. Kacang tanah berumur tua, yang digunakan sebagai bibit kadangkadang mengandung aflatoksin(Aderson, 1991).
Minyak kacang tanah merupakan campuran ester dari gliserol dan asam lemak
rantai panjang yang sering disebut trigliserida. Trigliserida terbentuk dari asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Minyak kacang tanah mengandung 7682 persen
asam lemak tak jenuh yang terdiri dari 4045 persen asam oleat (C 17H33COOH) dan
3045 persen asam linoleat (C 17H31COOH). Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri
dari asam palmitat (C15H31COOH), sedangkan kadar asam miristat (C 13H27COOH)
sekitar 5 persen. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan
minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau
penambahan anti-oksidan (Ketaren, 2008).
Sifat fisikaMinyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik daripada
minyak jagung, minyak biji kapas, minyak olive, minyak bunga matahari, untuk
dijadikan saladdressing, dan disimpan di bawah suhu -11 C. Hal ini disebabkan
karena minyak kacang tanah jika berwujud padat berbentuk amorf, dimana lapisan
padat tersebut tidak pecah sewaktu proses pembekuan. Minyak kacang tanah yang
17
18
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Bahan-bahan yang Digunakan
1. Kacang tanah
2. n-heksana
3.2 Alat-alat yang Digunakan
1. Satu set alat soklet
2. Gelas piala 600 ml
3. Wadah untuk menyimpan minyak kacang tanah
4.
Kertas saring
pada mulut tabung soklet. Jangan lupa mengolesi bagian yang disambung dengan
vaselin.
10. Air pendingin dialirkan dari kran ke kondensor, diperiksa kalau ada kebocoran,
kalau ada, harus diperbaiki sebelum pekerjaan dilanjutkan.
11. Mantel pemanas dihidupkan, dan proses sokletasi dimulai.
19
12. Pelarut yang ada dalam labu akan menguap karena pemanasan. Uap
naik kebagian atas, dan diembunkan oleh pendingin, menetes kedalam tabung
soklet dan menumpuk dalam tabung sambil merendam contoh. Waktu merendam
inilah n-heksana akan menarik minyak ampas kelapa dari ampas kelapa tersebut.
Bila tabung soklet penuh oleh pelarut yang telah melarutkan minyak jarak, maka
dengan sendirinya pelarut akan turun ke labu. Di labu pelarut kembali menguap
dan meninggalkan minyak. Pelarut yang menguap kembali naik dan mengembun
kedalam tabung soklet untuk merendam contoh sekaligus melarutkan minyak
yang masih tersisa dalam ampas kelapa. Setelah penuh kembali turun kelabu
sambil membawa minyak. Sirkulasi terus terjadi selama proses, sehingga
akhirnya semua minyak terlarutkan oleh n-heksana.
13. Bila proses dipandang telah siap, maka mantel pemanas dimatikan. Biarkan
beberapa saat, kemudian selongsong contoh dikeluarkan dari dalam tabung
soklet.
14. Setelah contoh dikeluarkan, unit alat dipasangkan kembali, dan matel pemanas
dihidupkan lagi. Dimulai proses pengambilan pelarut. Amati dengan teliti, bila
tabung sudah hampir penuh, pemanas cepat dimatikan, dan pelarut yang ada
dalam tabung diambil, disimpan dalam botol tersendiri. Kalau terlambat, tabung
sempat penuh, maka semua pelarut akan turun kelabu dibagian bawah, sedangkan
sekarang kita pada tahap pengambilan pelarut. Kondensor air keluar air keluar
mantel pemanas labu didih soklet thimble.
15. Bila proses pengambilan pelarut sudah dianggap selesai, yakni minyak dalam
labu sudah terlihat lebih pekat, maka pemanas dimatikan, dan alat dilepas
menjadi bagianbagiannya.
16. Minyak yang ada dalam labu, dikeringkan lagi dari pelarutnya dengan cara
memanaskan dalam oven pada suhu diatas titik didih pelarut. Diovenkan selama
15 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang.
17. Pekerjaan seperti nomor 16 dilakukan beberapa kali sampai didapat berat tetap.
18. Berat minyak dapat dihitung, sehingga persentase minyak dalam ampas kelapa
juga dapat dihitung.
19. Minyak hasil sokletasi disimpan pada botol tersendiri.
20
Keterangan :
1: Aliran keluar air.
2: Aliran masuk air.
3: Selonsong berisi
kacang tnah
(sampel).
4: Labu didih.
5: Mantel pemanas.
6: Kondensor.
7: Statif.
8: Tabung soklet.
Gambar 3.1 Unit Alat Sokletasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Persiapan praktikum
a) Berat kertas saring = 1,12 gr
b) Berat benang + kapas = 1,95 gr
c) Berat contoh (kacang + kapas + benang + kertas saring) = 24,07 gr
d) Berat sampel = berat contoh berat kertas saring- (beratbenang+kapas)
= 24,07- 1,12- 1,95
= 21 gr
e) Berat erlenmeyer = 20,28 gr
f) Berat erlenmeyer + minyak = 27,58 gr
g) Setelah di oven I
Berat erlenmeyer + minyak = 27,45 gr
h) Setelah di oven II
Berat erlenmeyer + minyak = 27,45 gr
i)
j)
% rendemen =
=
berat minyak
100
berat sampel
7,17 gr
100
21 gram
= 34,14%
4.1.2 Ekstraksi sokletasi pada kacang tanah
a) Waktu mulai pemanasan = 10.15 WIB
b) Proses refluks
21
22
Jam
10.34 WIB
10.51 WIB
11.05 WIB
11.18 WIB
11.31 WIB
11.45 WIB
11.58 WIB
12.11 WIB
12.24 WIB
12.37 WIB
12.51 WIB
13.05 WIB
13.18 WIB
13.31 WIB
13.45 WIB
13.58 WIB
14.11 WIB
14.24 WIB
4.2 Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pengambilan beberapa senyawa dari suatu sampel. Ekstraksi
sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut organik dimana sampelnya mempunyai
luas permukaan yang kecil. Pelarut yang digunakan pada praktikum ini adalah n- heksana
karena selain titik didihnya rendah yaitu 70 oC n- heksana juga memiliki harga jual yang
relatif rendah. Oleh karena itu, n- heksana digunakan sebagai pelarut pada percobaan
ekstraksi sokletasi.
Pada ekstraksi sokletasi pada kacang tanah 25 gr dimasukkan dalam selonsong yang
terbuat dari kertas saring. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengambilan pelarut
karena jika tidak memakai selonsong kacang tanah tersebut akan tercampur dengan
pelarutnya sehingga akan sulit dalam pengambilan pelarut pada proses pengambilan
pelarut. Selain itu jika tidak memakai selonsong proses refluks tidak akan terjadi karena
tabung sokletnya dipenuhi kacang tanah. Selonsong tersebut dimaskkan kedalam tabung
soklet, tinggi selonsong tidak boleh melebihi tinggi tabung soklet yang kecil karena jika
lebih tinggi dari tabung tersebut sampelnya atau selonsongnya tidak akan terendam
semuanya sehingga proses ekstraksi tidak berjalan dengan baik. Pelarut yang digunakan
sebanyak 280 ml n- heksana.
Setelah pelarut dan selonsongnya dimasukkan kedalam tabung soklet mantel
pemanasnya dihidupkan sehingga terjadi 5 kali refluks dalam 1 jam. Refluks terjadi
karena proses evaporasi yang terjadi pada labu didih, uapnya tersebut mengalir ke dalam
23
tabung soklet lalu diteruskan ke dalam kondensor gondok. Didalam kondensor gondok
terjadi pertukaran heat exchanger dimana uap akan didinginkan oleh air yang mengalir di
dalam kondensor. Uap akan menjadi cair lalu jatuh kedalam tabung soklet, setelah nheksana yang ada di dalam tabung soklet yang penuh akan turun ke labu didih. Fluida
akan mengalir dari tekanan yang rendah ke tekanan yang tinggi. Tabung soklet yang
berukuran besar memiliki jumlah volume yang besar dibandingkan dengan tabung soklet
yang berukuran kecil tetapi tekanan tabung yang kecil lebih besar dari tabung yang besar.
Oleh karena itu n- heksana mengalir dari tabung soklet yang besar ke tabung soklet yang
kecil.
Setalah proses refluk selesai (selama 4 jam), dilakukan proses destilasi pelarut selama
1 jam sehingga yang ada didalam labu didih adalah minyak yang berasal dari selonsong
tadi. Supaya beratnya menjadi konstan dan hasil minyak yang didapat tidak lagi
mengandung pelarut maka hasilnya tersebut dioven selama 15 menit dan didapatkan berat
minyaknya 7,17 gram dengan rendemen 34,14 %.
Untuk mengekstrak suatu sampel dengan pelarut organik itu berdasarkan polar dan
non polar pelarut yang digunakan. Pelarut yang kita gunakan adalah pelarut non polar
hasil ekstraknya juga non polar, selain minyak hasil ekstraksi juga berupa protein non
polar yaitu: Glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin. Karena dalam praktikum ini
tidak ada pengujian berapa kadar protein nonpolar yang terkandung sehingga kadar dari
protein nonpolar tersebut tidak dapat disimpulkan. Jadi,rendemen hasil praktikum
tersebut sudah cukup baik karena hampir mendekati rendemen teoritisnya.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kacang tanah dapat diambil minyaknya dengan cara ekstraksi sokletasi
menggunakan pelarut n-heksana.
2. Rendemen yang dihasilkan dari ekstrasi sokletasi isolasi kacang tanah adalh
34,14%.
5.2 Saran
1. Kacang tanah harus digiling halus agar proses pengambilan minyaknya lebih
maksimal.
2. Harus lebih cermat dalam mengamati refluks.
3. Dalam pengambilan pelarut harus dengan hati-hati agar tidak banyak menguap.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aderson, R. 1991. Sample Pretreatment and Separation. Jhon WilleyandSons: Singapore.
Brown, M,E. 1999. Theory and Problems of Physics Engineering and Science. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Fessenden, R.J dan Joan S.F. 1982.Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Geancoplis. 1998. Transport Process and Unit Operation. Ally Bacon: Boston.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimi. Edisi ke 2. Bandung: ITB.
Irdoni, HS. dkk.2015.Modul Praktikum Kimia Organik. Pekanbaru: Laboratorium
Teknologi Bahan Alam dan Mineral Teknik Universitas Riau.
Karimata, H. 2012. Asetanilida. http://www.scribd.com/doc/76870978/As-Eta-Nil-Ida.
Diakses tanggal 27 Maret 2015
Keenan,C.W.dkk. 1980.General College Chemistry. New York:Harper and Row
Publishers.
Ketaren, S. 1986.Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta : UI-Press
Respati.1986. Pengantar Kimia Organik.Jakarta:Aksara Baru.