Anda di halaman 1dari 17

A.

PENGORGANISASIAN
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam satu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan
adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan
yang berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Pengorganisasian adalah
pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan
suatu kelompok manager dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya,
baik secara vertikal maupun horisontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi (Swansburg, 2000).
a. Struktur organisasi rumah sakit
Rumah Sakit Universitas Tanjungpura berada dibawah naungan Rektorat Untan
dan dipimpin oleh satu orang dokter sebagai Direktur Rumah Sakit Universitas
Tanjungpura. Struktur Organisasi Rumah Sakit Universitas Tanjungpura
digambarkan dalam bagan 1 berikut ini:

BAGAN STUKTUR PENGELOLA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS TANJUNGPURA


TATANJUNGPURA
Rektor
SPI
Ka.BAUK

Direktur

Komite Medik

Komite
Keperawatan

Bidang
Medik

Komite PPI

KEPALA
TU
Komite Etik
dan Hukum

Bid
Kepegawai
an

Bid
Keuangan

Bid Pelatihan dan


Pengembangan

Bidang
Keperawatan

Bid Penunjang
dan Perlengkapan

Bid Penjamin mutu,


Akreditasi dan
Perubahan Kultur

Analisa: Tidak terdapat masalah dalam struktur organisasi rumah sakit universitas tanjungpura.
SMF

Ditetapkan di: Pontianak


Rektor Universitas
Tanjungpura
Prof. DR. H. Thamrin
Usman, DEA
NIP. 1962 11 10 1988 11
1001

b. Struktur organisasi keperawatan


Berdasarkan hasil observasi belum ada struktur yang baku dalam organisasi
keperawatan di bidang keperawatan Rumah Sakit Universitas Tanjungpura.
Masalah : Belum ada nya struktur organisasi bidang keperawatan dirumah sakit
membuat pekerjaan tidak terarah dan

uraian posisi tugas dan

kewajiban juga terarah dengan baik.


c. Struktur organisasi ruangan rawat inap
Penetapan jenis tenaga keperawatan dipengaruhi oleh metode pemberian
asuhan keperawatan yang digunakan. Pada MPKP, metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan adalah metode modifikasi keperawatan primer.
Dengan demikian, dalam satu ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi
kepala ruang rawat, Clinical Care Manager (CCM), perawat primer (PP), dan
perawat asosiate (PA). Struktur ketenagaan pada ruang MPKP dapat dilihat pada
bagan berikut.
Pengorganisasian menentukan mengenai tenaga yang akan melaksanakan
perencanaan, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan. Berdasarkan hal tersebut maka
fungsi pengorganisasian dari kepala ruang adalah (Nursalam, 2002):
a)

Merumuskan metode penugasan yang digunakan

b)

Merumuskan tujuan metode penugasan

c)

Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas

d)

Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan ketua tim
membawahi 2-3 perawat

e)

Mengatur dan mengendalikan logistik unit

f)

Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

g)

Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat kepada ketua
tim

h)

Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien

i)

Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya

j)

Identifikasi masalah dan cara penanganan


Berdasarkan hasil observasi adanya struktur organisasi ruangan rawat inap

yang terpasang didinding ruangan nurse station dan beserta nama perawat
tersebut, tetapi nama tersebut tidak pernah diperbarui sejak pertama dibuat karena

ada tambahan perawat yang bekerja diruang inap. Diruangan rawat inap di di
pimpin oleh kepala ruangan dan dalam pengawasan bidang keperawatan. Struktur
Organisasi ruang rawat inap Rumah Sakit Universitas Tanjungpura digambarkan
dalam bagan 2 berikut ini:

KEPALA RUANGAN

PENGAWAS
KEPERAWATAN

PERAWAT
PELAKSANA

PERAWAT
PELAKSANA

PERAWAT
PELAKSANA

KATIM

KATIM

KATIM

DINAS PAGI

DINAS SORE

DINAS MALAM

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

Masalah : tidak terdapat masalah dalam organisasi ruangan rawat inap


2. Uraian Tugas/Job desk
a) Kepala Ruang Rawat
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruang rawat adalah perawat
dengan kemampuan DIII Keperawatan yang berpengalaman dan pada MPKP
tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners yang berpengalaman.
Kepala ruang rawat bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.
Tugas dan tanggung jawab Kepala Ruang Rawat :
- Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).
- Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
- Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah diruangan.
- Membimbing siswa/mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing klinik)
dalam pemberian asuhan keperawatan diruangan, dengan mengikuti sistem
-

MPKP yang sudah ada.


Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan (disepakati

dengan CCM) dengan menggunakan format orientasi.


Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain kepala ruang rawat

mengingatkan kembali klien/keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung


-

jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan


Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal lima set

setiap hari.
Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP

termasuk sikap dan tingkah laku professional.


Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA
senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap dibawah pengawasan

kepala ruang rawat dan CCM.


Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan

ruangan.
Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di

ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.


Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk

membahas kebutuhan di ruangan.


Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan (bersama

dengan CCM).
- Membuat peta risiko di ruang rawat
b) Clinical Care Manager (CCM)
Pada ruangan rawat dengan MPKP pemula, clinical care manager (CCM) adalah
SKp/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang ners
special. Pada MPKP tingkat II, jumlah ners specials lebih dari satu orang tetapi
disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) kasus yang ada. CCM bertugas sesuai
jam kerja yaitu dinas pagi dan sebaiknya CCM sudah mempelajari pengalaman
sebagai PP minimal 6 bulan.
Tugas dan tanggung jawab CCM :
- Membimbing PP pada implementasi MPKP, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Bersama dengan PP memvalidasi setiap diagnosis keperawatan yang sudah
ditetapkan PP. CCM menganalisis data klien berdasarkan dokumentasi,
bila perlu CCM melakukan pemeriksaan langsung kepada klien atau

bertemu dengan keluarga klien.


Berdasarkan validasi, berikan masukan kepada PP, termasuk pemberian

penguatan misalnya, pujian.


Bila pada dokumentasi klien belum ada renpra yang sudah dievaluasi PP,
maka bersama sama PP menetapkan diagnosa keperawatan yang sesuai
kondisi klien dengan menggunakan standar renpra yang telah disepakati.

Membahas dengan PP, tentang pembagian tugas bagi PA, apakah

penetapan sudah sesuai dengan panduan atau belum.


Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan

bimbingan yang diberikan PP kepada PA, apakah sudah baik atau belum.
Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan

penelitian.
Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.
Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal : melakukan evaluasi tentang
mutu asuhan keperawatan, mengkoordinasi, mengarahkan dan mengevaluasi
mahasiswa praktik, serta membahas dan mengevaluasi tentang implementasi

MPKP.
Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan

untuk perbaikan
Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian

tentang asuhan keperawatan.


Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrumen evaluasi

implementasi MPKP oleh CCM.


c) Perawat Primer (PP)
Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, perawat primer (PP) pemula adalah
perawat lulusan DIII Keperawatan dengan pengalaman minimal 4 tahun dan pada
MPKP tingkat I adalah perawat SKp/Ners dengan pengalaman minimal 1 tahun,
PP dapat bertugas pada pagi, sore atau malam hari, namun sebaiknya, PP hanya
bertugas pada pagi atau sore saja karena bila bertugas pada malam hari, PP akan
libur beberapa hari sehingga sulit menilai perkembangan klien. Bila PP bertugas
pada sore hari PP harus didampingi oleh minimal 1 orang PA dari timnya. Hal ini
bertujuan agar pada sore hari PP mempunyai waktu untuk menilai perkembangan
semua kliennya. Disamping itu, bila PP bertugas sore hari, ia akan menjadi
penanggung jawab pada shift tersebut.
Tugas dan tanggung jawab PP :
- Melakukan kontrak dengan klien/keluarga pada awal masuk ruangan, sehingga
tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus-menerus pada
-

saat melakukan pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga.


Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang

sudah dilakukan oleh PP pada sore, malam atau hari libur.


Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra
sesuai dengan hasil pengkajian

Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung

jawabnya sesuai klien yang dirawat.


Meneteapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran
jaga (shift). Pembagian klien berdasarkan jumlah klien, tingkat ketergantungan
klien dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas jaga (shift) PP
didampingi oleh dua orang PA maka semua klien dibagi pada kedua PA
sebagai penanggungjawabnya. PP akan membimbing dan membantu PA dalam
memberikan asuhan keperawatan. Bila PP hanya didampingi oleh satu orang
PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP
adalah sebanyak 20% dan klien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA.
Penetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan
membantu PA dibawah tanggung jawabnya dalam memberikan asuhan

keperawatan.
Melakukan bimbingan dan evaluasi dalam melakukan tindakan keperawatan

apakah sudah sesuai dengan SOP.


Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA.
Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.
Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan

tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA.


Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium.
Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama

dengan PA.
Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak

ada, visite didampingi oleh PA sesuai timnya.


Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan

klien setiap hari.


Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk

membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien).


Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk

(wakil PP) dengan bimbingan kepala ruang rawat atau CCM.


Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga.
Membuat perencanaan pulang.
Bekerja sama dengan CCM dalam mengindentifikasi isu yang memerlukan

pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP).


Membaca renpra yang telah ditetapkan PP.
Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan
kontrak yang sudah dilakukan PP.

Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format

orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada ditempat.


Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan

mendokumentasikannya pada format yang tersedia.


Mengikuti visite dokter bila PP tidak ditempat.
Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
Membuat laporan pergantian dinas dan setelah sesai diparaf.
Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang perlu

diselesaikan.
Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan

dan tindakan.
Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga

yang dilakukan oleh PP.


Melakukan inventaris fasilitas yang terkait dengan timnya.
Membantu tim lain yang membutuhkan.
Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi

dan

tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.


d) Perawat Asosiet
Perawat asosiet (PA) pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya adalah
perawat dengan kemampuan DIII keperawatan. Namun, pada beberapa kondisi
bila belum semua tenaga mendapat pendidikan SPK tetapi mempunyai
pengalaman yang sudah cukup lama di rumah sakit tersebut. Jadwal kegiatan PP
dan PA pada dinas pagi , sore dan malam.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juli 2015, menyatakan bahwa pada
ruang rawat inap tidak terdapat uraian tugas secara spesifik kepada staff yang bertugas
setiap shiftnya. Namun untuk setiap staff memiliki tanggung jawab kepada ruangan
misalnya tanggung jawab alat-alat kesehatan, penanggung jawab obat, penanggung
jawab BHP dll.
Masalah : tidak adanya uraian tugas spesifik dalam setiap shfitnya
3. Pengorganisasian perawatan pasien
1) Metode fungsional
Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan keperawatan dibagi
menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan oleh perawat yang berbeda dan
tergantung pada kompleksitas dari setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik,
membagi obat, perawatan luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang
menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai standar. Perawat

senior menyibukkan diri dengan tugas manajerialnya sedangkan asuhan


keperawatan klien diserahkan kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi tidak memberikan
kepuasan kepada klien dan perawat karena asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien terfragmentasi menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja
yang diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan sistem ini
baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit kekurangan tenaga perawat,
namun disisi lain asuhan ini tidak profesional dan tidak berdasar pada masalah
klien.
Keuntungan dari metode ini adalah:

Lebih sedikit membutuhkan perawat

Efisien

Tugas mudah dijelaskan dan diberikan

Para staff mudah menyesuaikan dengan tugas

Kerugian dari metode ini adalah:

Tidak efektif

Fragmentasi pelayanan

Membosankan

Komunikasi minimal

Tidak holistic

Tidak professional

Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat.

2) Metode tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk
semua klien yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah
dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:

Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien

Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara


optimal

Komprehensif dan holistic

Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral

Kerugian dari metode ini adalah:

Tidak efektif bila pengaturan tidak baik

Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi

Membingungkan bila komposisi tim sering diubah

Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non professional.

3) Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan yang profesional. Pada metode ini
setiap perawat primer memberikan tanggung jawab penuh secara menyeluruh
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien
masuk sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktek kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (primary nurse/PN). Setiap
PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien selama 24 jam dari
klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat kontinuitas asuhan keperawatan
yang bersifat komperhensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup
PN mempunyai beberapa AN dan perawatan dilanjutkan oleh AN.
Kelebihan dari model primer ini adalah :

model ini bersifat kontinu dan komperhensif dalam melakukan proses


keperawatan kepada klien

perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan


memungkinkan pengembangan diri.

Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.

Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

Kelemahan dari model ini adalah :

Model ini hanya dapat dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria:

Asertif,

Mampu mengatur diri sendiri,

Kemampuan pengambilan keputusan yang tepat,

Penguasaan klinik,

Akuntabel dan mampu bekomunikasi dan berkolaborasi dengan berbagai


disiplin.

Diagram model keperawatan primer ada dalam gambar 3 berikut (Marquis and
Huston, 1998)
4) Metode case management
Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan, mempertahankan kualitas,
cost containment sambil menfokuskan pada outcome pelayanan. Merupakan
metode yang menggunakan pola terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara
perawat dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang telah
disusun dan disepakati oleh semua anggota tim pelayanan dalam rumah sakit.
Elemen dari nursing case management methode adalah nurse case manager
(NCM) dan clinical path atau multidisciplinary action plan (MAP). Syarat NCM
adalah perawat yang berpendidikan S1 atau nurse clinical spesialist atau master
keperawatan dengan pengalaman klinis minimal 3 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015 menyatakan bahwa salah satu
perawat didapatkan informasi bahwa dalam melakukan pengorganisasi perawatan
pasien di ruang rawat inap menggunakan metode tim dimana dibagi menjadi 2 tim.
Dalam tiap timnya memiliki ketua tim dan angota tim dan tiap tim memiliki tanggung
jawab pada pasiennya masing masing. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien yang ada di bawah
tanggung jawab timny begitu juga dengan anggota tim melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien sesuai perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim.
Kendala dalam mengelola organisasi perawatan pasien adalah jumlah perawat yang
minim, jadi jika pasien banyak dan tidak terkontorl tim 1 dapat membantu tim 2
begitu sebaliknya.

Masalah : Minimnya jumlah perawat dan terkadang tidak sebanding dengan


jumlah pasien menjadi kendala dalam menjalankan metode tim tersebut karena
kurang efektif bila pengaturan pasien banyak.
4. Klasifikasi pasien
I. Tingkat klasifikasi/kategori pasien
Klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan (Metode Douglas) (MPKP,
2006) :
a. Perawatan minimal
b. Perawatan parsial
c. Perawatan total
II. Uraian setiap kategori
a. Perawatan Minimal
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2. Makan dan minum dilakukan sendiri.
3. Ambulasi dengan pengawasan.
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
b. Perawatan Parsial
- Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
- Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
- Foley catheter, intake output dicatat.
- Klien terpasang infuse, persiapan pengobatan yang memerlukan prosedur.
c. Perawatan Total
- Semua kebutuhan klien dibantu.
- Pergantian posisi dan observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.
- Makan melalui NGT, terapi intravena.
- Pemakaian suction.
- Gelisah/disorientasi.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015 :
1) Tingkat klasifikasi/ kategori pasien
Pada ruang rawat inap tidak terdapat format secara tertulis mengenai tingkat
ketergantungan pasien namun secara umum pasien di ruang rawat inap rata-rata
termasuk pasien dengan kategori partial care
2) Uraian setiap kategori
Berdasarkan hasil wawancara perawat bahwa didalam rumah sakit belum
terdapat pasien dengan perawaan total. Dalam rumah sakit dalam ruangan ranap
hanya terdapat pasien dengan perawatan minimal dan parsial, ini dikarenakan
terbatasnya dokter spesialis.
Masalah : Tidak terdapat masalah dalam klasifikasi pasien dirumah sakit

5. Pendokumentasian proses keperawatan


- Format Pengkajian
- Format Diagnosa Keperawatan
- Format perencanaan
- Format implementasi tindakan
- Format evaluasi
- Format kejadian khusus, format laporan khusus
Berdasarkan hasil pengamatan
Proses keperawatan yang dilakukan diruangan rawat inap menggunakan format
Pengkajian, format Diagnosa Keperawatan, format perencanaan, format implementasi
tindakan, format evaluasi, format kejadian khusus, format laporan khusus dan
menggunakan NANDA NIC NOC 2015.
Berdasarkan hasil wawancara :
Dalam ruangan rawat inap menggunakan NANDA NIC NOC 2015 dan menggunakan
format proses keperawatan lengkap.
Masalah :
6. System perhitungan tenaga keperawatan
Ada beberapa cara dalam menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu
ruang rawat atau rumah sakit. Menurut MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu
ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Menurut Douglas (1992), jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di rumah sakit pada
pagi, sore dan malam berdasarkan klasifikasi klien dapat dilihat pada table berikut.
Table 1. Jumlah tenaga tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat.
Jumlah
pasien
1
2
3
dst

Pagi
0,17
0,34
0,51

Klasifikasi klien
Minimal
Parsial
Siang Malam Pagi Siang Malam
0,14 0,07
0,27 0,15 0,10
0,28 0,14
0,54 0,30 0,20
0,42 0,21
0,81 0,45 0,30

Pagi
0,36
0,72
1,08

Total
Siang
0,30
0,60
0,90

Malam
0,20
0,40
0,60

Contoh:
Suatu ruang rawat dengan 22 klien (3 klien klasifikasi minimal, 14 klien klasifikasi
parsial, dan 5 klien klasifikasi total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga
pagi ialah:
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,80

Jumlah
= 6,09 6 orang
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului
dengan menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu
tertentu, minimal selama 7 hari secara berturut-turut.
Cara lain untuk menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan jika dihitung
jumlah klien selama 22 hari (+4 minggu) di ruang rawat tersebut. Penetapan waktu
tersebut diharapkan sudah dapat mencerminkan variasi perubahan jumlah klien di
ruang rawat. Setelah itu, dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore,
dan malam.
Berdasarkan observasi jumlah klien selama 22 hari, maka:
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari:
= 7,11 + 5,28 + 3,35
= 15,74 16 orang
Libur/cuti 5 orang
= 16 + 5
= 21 orang + 1 orang kepala ruang rawat + 3 orang PP
= 25 orang
Dengan demikian di ruang rawat inap dibutuhkan 25 orang perawat. Jumlah
PP/tim di suatu ruang ditetapkan dengan pertimbangan bahwa seorang PP
bertanggungjawab pada 9-10 klien, dengan viariasi klasifikasi klien. Jumlah ini
ditetapkan berdasarkan evaluasi tentang kemampuan seorang PP untuk mengkaji
kembali semua klien setiap hari, dalam rangka memodifikasi renpra dan membimbing
PA di bawah tanggungjawabnya untuk melaksanakan tindakan keperawatan sesuai
renpra. Untuk suatu ruang dengan jumlah klien rata-rata 26-30 klien, maka
dibutuhkan 3 orang PP (3 tim).
Pelaksanaan kerja dalam tim membutuhkan pengaturan kerja antara PP dan
PA. Pada umumnya PP bekerja dinas pagi, namun kadang-kadang bekerja pada dinas
sore atau malam. Namun, mengingat pentingnya PP mengadakan konferensi atau
pertemuan dengan anggota tim kesehatan lainnya terutama dokter (di rumah sakit
pendidikan) dan cara kerja ini relative masih baru, maka pada saat itu PP banyak yang
bertugas dinas pagi. Untuk di rumah sakit swasta, waktu kerja PP disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015
Pada ruang rawat inap dengan rata-rata tingkat ketergantungan parsial,
diperkirakan 1 perawat dapat menangani 4 pasien. Tidak menggunakan rumus
kebutuhan tenaga perawat.
Masalah :

7. Jadwal dinas/shift
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 15 juni 2015
Penanggung jawab penugasan
Penangung jawab penugasan dilakukan oleh kepala ruangan yang mengatur
pembagian tim 1 dan tim 2 serta tanggung jawab mengenai sarana dan prasarana

yang terdapat di ruangan


Mempertimbangkan distribusi tenaga berdasarkan pengalaman dan latar belakang
pendidikan
Distribusi tenaga keperawatan berdasarkan pengalaman kerja dan kemampuan

bertanggung jawab tidak berdasarkan latar belakang pendidikan staff


Alur dan standar timbang terima
Alur dan standar timbang terima belum dibuat secara tertulis, namun dilakukan
secara rutin setiap shiftnya dari perawat yang telah seelesai bertugas kepada
perawat yang akan bertugas pada shift berikutnya. Timbang terima dilakukan
dengan menyebutkan nama, bed, diagnosa dan keluhan yang klien rasakan serta
tindakan apa yang sudah dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan visit ke
ruangan masing-masing pasien untuk melihat secara langsung keadaan dan
keluhan pasien. Namun pada aplikasinya penerapan salam terapeutik kepada klien
masih terbilang minim karena belum memperkenalkan nama dan jam bertugas
kepada klien.
Masalah :

8. Standar continuity of care


Berdasarkan hasil pengamatan
Sudah adanya standar penerimaan pasien baru di ruang rawat inap.
dischard planning untuk klien ada dalam bentuk form dan disusun dalam rekam

medis
hak dan kewajiban pasien-keluarga pasien tidak ada secara tertulis. Akan tetapi
ada tata tertib secara tertulis yang ditempel di tiap-tiap pintu ruangan pasien dan

standing banner
untuk inform consent yang ada di rawat inap terdapat 4 jenis (penolakan tindakan,
persetujuan tindakan medis anastesi, surat pulang atas permintaan sendiri dan
persetujuan tindakan medis operatif) akan tetapi dalam menulis isian inform
consent masih ada yang tidak diisi secara lengkap seperti bukti diri KTP/SIM, no
rekam medis, tanda tangan saksi, nama tidak jelas dan tindakan medisnya

Masalah : tidak ada masalah dalam standar continuity of care


9. Standar pasien safety and professional safety
Menurut KKP-RS (2008), Patient safety adalah pasien bebas dari cedera
yang tidak seharusnyaterjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi
(penyakit,cederafisik/sosial psikologis, cacat, kematian ) terkait dengan pelayanan
kesehatan.
Menurut

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1691/Menkes/Per/VIII/2011: Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dantindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Berdasarkan hasil pengamatan
Perawat di ruang rawat inap telah melakukan pengkajian
Bentuk komunikasi perawat dengan pasien di ruang rawat inap masih kurang baik
seperti melakukan tindakan tanpa ada komunikasi dengan klien dan keluarga

klien.
Pelaporan kasus diruang rawat inap, perawat melaporkan kasus pasien pada saat
aplusan dimana ketua tim melaporkan kasus di nurse station kemudian berkeliling

di tiap-tiap ruang rawat inap.


Pengisian buku laporan pasien, perawat mengisi buku laporan terdapat nama, jenis
kelamin, no rekam medis, dx medis, kelas/kamar dan laporan. Laporannya berisi

minimal ada keadaan umum, keluhan TTV, terapi klien dan kunjungan dokter
Di ruang perawat tidak ada tempat cuci tangan khusus kecuali di WC
Di ruang perawat sudah ada tempat sampah non medis, infeksius dan safety box.
Safety box tidak digunakan sebagaimana mestinya, dimana masih ada terdapat

benda lain selain jarum suntuk seperti spuit dan plastiknya.


Tempat sampah infeksius tidak digunakan sebagaimana mestinya, karena belum
terpisahnya sampah antara golongan sampah infeksius dan non infeksius

contohnya ada botol air mineral di tempat sampah infeksius.


Belum terdapatnya standar operasional prosedur beberapa tindakan keperawatan
secara tertulis di ruangan rawat inap.

Tempat instrument alat terlihat tidak rapid an tidak tersusun secara efisien
sehingga agak sulit mencari alat yang dibutuhkan dan juga golongan alat stril, non
steril dan alat untuk pasien infeksi diletakkan tidak tepat
Masalah :

10. Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan menyatakan bahwa terkait masalah
ketenagaan, wewenang tersebut berasal keputusan rektoran untan. Maka dari itu, jika
ada tenaga baru/staff baru kepala ruangan termasuk perawat ruangan yang melakukan
orientasikan ruangan atau alat diruangan rawat. Sejauh ini kepala ruangan belum ada
merencanakan untuk melakukan program pengembangan staff.
Masalah :

Anda mungkin juga menyukai