Tembaga
Tembaga adalah unsur kimia dengan nomor atom 29 dan nomor massa 63,54, merupakan unsur logam, dengan warna
kemerahan. Unsur ini mempunyai titik lebur 1.803 Celcius dan titik didih 2.595 C. Bijih tembaga yang terpenting yaitu pirit
atau chalcopyrite (CuFeS2), copper glance atau chalcolite (Cu2S), cuprite (Cu2O), malaconite (CuO) dan malachite
(Cu2(OH)2CO3).
Sifat fisika
a.
Tembaga merupakan logam yang berwarna kunign seperti emas kuning seperti pada gambar dan keras bila tidak murni.
b.
c.
a.
Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
Sifat Kimia
Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan
b.
tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH) 2CO3.
Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang
berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 C, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu 2O) yang
c.
berwarna merah.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer dan H 2SO4 encer. Tetapi asam
klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya
d.
ion kompleks CuCl2(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk.
2Cu(s) + 2H+ (aq)
2Cu+ (aq) + H2(g)
+
2Cu (aq) +4Cl (aq)
2CuCl2-(aq)
Asam sulfat pekatpun dapat menyerang tembaga, seperti reaksi berikut
Cu(s) + H2SO4 (l)
e.
f.
Asam nitrat encer dan pekat dapat menyerang tembaga, sesuai reaksi
Tembaga tidak bereaksi dengan alkali, tetapi larut dalam amonia oleh adanya udara membentuk larutan yang berwarna biru dari
g.
kompleks Cu(NH3)4+.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan
tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan
tembaga(II) klorida.
Kegunaan Tembaga
Adapun kegunaan tembaga pada aplikasi bahan kontruksi teknik kimia meliputi :
1.
2.
perunggu.Logam-logam pelapis yang termasuk dalam golongan ini adalah logam yang betul-betul melindungi. Logam ini lebih
bersifat katodik daripada logam yang dilindungi. Sebagian besar dari logam pelindung termasuk ke dalam golongan ini.
Logam-logam pelapis yang termasuk dalam golongan ini adalah logam-logam yang lebih anodik dari logam yang dilindungi,
sehingga logam pelindung ini akan rusak lebih dahulu, contoh:seng.Untuk mendapatkan perlindungan yang baik, pemilihan jenis
3.
4.
pelapis perlu dilakukan secara hati-hati. Ada beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian, antara lain :
Faktor Lingkungan
Umur pelayanan (service life).
Logam dasar yang akan dilapisi.Suasana pelapisan (kondisi elektrolit) harus sesuai dengan benda yang akan dilapisi.
Sebagai bahan untuk kabel listrik dan kumparan dinamo.
Paduan logam. Paduan tembaga 70% dengan seng 30% disebut kuningan, sedangkan paduan tembaga 80% dengan timah putih
5.
6.
7.
kekerasannya.
Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian dari kapal.
Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol menjadi metanal.
Pengolahan Tembaga
1.
Pengapungan (flotasi)
Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran
halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu. Kemudian udara ditiupkan ke
dalam campuran untuk menghasilkan gelmbung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan
dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang kemudian mengapung ke
permukaan. Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan
kemudian dipekatkan.
2.
Pemanggangan
Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna
menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida.
2Cu2FeS(s) + 4O2(g)
Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin
masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II)
silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut :
Feo(s) + SiO2(S)
FeSiO3(l)
Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II)
sulfida
3.
Reduksi
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang
berisi udara.
4.
Elektrolisis
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara
elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan
elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO 4). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu 2+
kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu.
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni) makin bertambah banyak, sedangkan
pengotor-pengotor yang berupa Ag, Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
5.
Penyulingan Tembaga
Salah satu elektrolisis yang paling menarik adalah pemurnian atau penyulingan logam tembaga. Tembaga dapat
dimbil dari bijinya, dengan cara ini sampai ke tingkat kemurnian 99%. Pengotornya sebagian besar adalah perak, emas, platina,
besi dan seng menurunkan konduktivitas listrik tembaga secara drastis sehingga harus disuling ulang sebelum dipakai sebagai
kawat atau kabel.
Tembaga tidak murni dipakai sebagai elektroda sebagai anoda pada sel elektrolisis yang mengandung larutan
tembaga sulfat dan asam sulfat (sebagai elektrolit). Katoda pada sistem ini adalah tembaga dengan kemurnian tinggi. Jika selnya
dijalankan pada tegangan yang diperlukan, hanya tembaga dan pengotornya yang lebih mudah teroksidasi daripada tembaga,
seng dan besi yang larut disekitar anoda. Logam-logam yang kurang aktif akan runtuh dan mengendap dibagian dasar wadah.
Pada katoda, ion tembaga direduksi tetapi ion seng dan ion besi tertinggal dilarutan karena lebih sukar tereduksi dari pada
tembaga. Secara pelan-pelan tembaga anoda terlarut dan tembaga katoda makin tumbuh. Suatu saat tembaga akan mempunyai
kemurnian 99,95%
Kotoran yang terkumpul dibagian bawah biasanya disebut sebgai anoda, dapat dipindahkan secara periodik dan nilai
perak, emas dan platina dapat pula dihitung untuk memperoleh total efisiensi pelaksanaan proses penyulingan.
B. Besi (Fe)
Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatif melimpah di alam dan mudah diolah. Besi murni
tidak begitu kuat, tetapi bila dicampur dengan logam lain dan karbon didapat baja yang sangat keras. Biji besi biasanya
mengandung hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10 %, serta sedikit senyawa sulfur, posfor, aluminium dan
mangan.
Besi juga merupakan logam yang penting dalam bidang teknik, tetapi besi murni terlalu lunak dan rapuh sebagai
bahan kerja, bahan konstruksi dll. Oleh karena itu besi selalu bercampur dengan unsur lai n, terutama zat arang/karbon (C).
Sebutan besi dapat berarti :
a. Besi murni dengan simbol kimia Fe yang hanya dapat diperoleh dengan jalan reaksi kimia.
b. Besi teknik adalah yang sudah atau selalu bercampur dengan unsur lain.
Besi teknik terbagi atas tiga macam yaitu :
Besi mentah atau besi kasar yang kadar karbonnya lebih besar dari 3,7%.
Besi tuang yang kadar karbonnya antara 2,3 sampai 3,6 % dan tidak dapat ditempa. Disebut besi tuang kelabu karena
karbon tidak bersenyawa secara kimia dengan besi melainkan sebagai karbon yang lepas yang memberikan warna abuabu kehitaman, dan disebut besi tuang putih karena karbon mampu bersenyawa dengan besi.
Baja atau besi tempa yaitu kadar karbonnya kurang dari 1,7 % dan dapat ditempa.
Sifat Fisik
Sifat fisik yang dimiliki logam besi, antara lain :
Pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabu-abuan.
Merupakan logam feromagnetik karena memiliki empat electron tidak berpasangan pada orbital d.
Penghantar panas yang baik.
Kation logam besi Fe berwarna hijau (Fe2+) dan jingga (Fe3+). Hal ini disebabkan oleh adanya elektron tidak
a.
b.
c.
padat
Massa
7,86 g/cm
6,98 g/cm
Titik lebur
1811 K
(1538 C, 2800 F)
Titik didih
3134 K
(2861 C, 5182 F)
Kalor peleburan
13,81 kJ/mol
Kalor penguapan
340 kJ/mol
Kapasitas kalor
Sifat Kimia
Sifat kimia yang dimiliki logam besi, antara lain :
a.
b.
Unsur besi bersifat elektropositif (mudah melepaskan elektron) sehingga bilangan oksidasinya bertanda positif.
Fe dapat memiliki bilangan oksida 2, 3, 4, dan 6. Hal ini disebabkan karena perbedaan energi elektron pada sub kulit 4s dan 3d
c.
cukup kecil, sehingga elektron pada sub kulit 3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain electron pada sub kulit 4s.
Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat
d.
peningkatan suhu.
Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega dengan suhu transisi 700, 928, dan 1530 C. Bentuk alfa
e.
bersifat magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak berubah.
Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur, pospor, boron, karbon dan silikon.
Jenis-Jenis Logam Besi
a. Besi Tuang
Komposisinya yaitu campuran besi dan karbon. Kadar karbon sekitar 4%, sifatnya rapuh tidak dapat ditempa, baik untuk
dituang, liat dalam pemadatan, lemah dalam tegangan. Digunakan untuk membuat alas mesin, meja perata, badan ragum,
bagian-bagian mesin bubut, blok silinder, dan cincin torak.
b. Besi Tempa
Komposisi besi tempa terdiri dari 99% besi murni, sifat dapat ditempa, liat, dan tidak dapat dituang. Besi tempa antara lain
dapat digunakan untuk membuat rantai jangkar, kait keran, dan landasan kerja pelat.
c. Baja Lunak
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,1%-0,3%, mempunyai sifat dapat ditempa dan liat. Digunakan untuk
membuat mur, sekrup, pipa, dan keperluan umum dalam pembangunan.
d. Baja Karbon Sedang
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,4%-0,6%. Sifat lebih kenyal daripada yang keras. Digunakan untuk
membuat benda kerja tempa berat, poros, dan rel baja.
e. Baja Karbon Tinggi
Komposisi campuran besi dan karbon, kadar karbon 0,7%-1,5%. Sifat dapat ditempa, dapat disepuh keras, dan dimudakan.
Digunakan untuk membuat kikir, pahat, gergaji, tap, stempel, dan alat mesin bubut.
f. Baja Karbon Tinggi dengan Campuran
Komposisi baja karbon tinggi ditambah nikel atau kobalt, khrom, atau tungsten. Sifat rapuh, tahan suhu tinggi tanpa
kehilangan kekerasan, dapat disepuh keras, dan dimudakan. Digunakan untuk membuat mesin bubut dan alat-alat mesin.
Partikel-partikel biji besi kemudian dipisahkan dari kotoran- kotoran dengan cara pemisahan magnet (magnetic separator)
Perak Bromida ( Br )
2.
3.
Perak Nitrat
4.
Perak Sianida
PENGOLAHAN:
Proses Pemisahan Emas dan Perak
Proses pemisahan Dore Bullion emas dan perak. Emas yang diperoleh melalui proses sianidasi belum dalam keadaan
murni karena masih bercampur dengan logam lainnya, umumnya perak, tembaga, arsen. Untuk memperoleh emas murni
umumnya dilakukan dengan proses elektrolisis. Emas adalah teman baik perak (keduanya sulit dipisahkan), sehingga dilakukan
elektrolisis atau proses elektrometalurgi berlanjut untuk memisahkan emas dan perak.
Pemisahan emas dan perak dilakukan dengan 2 tahap:
1. Campuran emas dan perak (dore bullion) dimasukkan ke dalam kain kanvas. Kain kanvas ini bertindak sebagai pembungkus
sekaligus sebagai anoda pada proses elektrolisis. Katoda digunakan perak murni sedangkan elektrolitnya digunakan perak
nitrat encer yang telah diasamkan dengan asam nitrat. Selama proses elektrolisis berlangsung, perak pada anoda akan larut
dalam elektrolit dan bergerak menuju katoda. Butiran perak ini memiliki ukuran yang sangat halus sehingga dapat menembus
pori-pori dari kantung penahan, sedangkan emas beserta dengan sebagian sedikit perak tertahan di kantung dalam bentuk
slime. Padatan perak yang terbentuk dapat diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Perak yang diperoleh dengan
cara ini mempunyai kemurnian sekitar 99.5 %. Reaksi yang terjadi di pada anoda dan katoda:
Katoda: Ag2+ + 2e- Ag
dan
Dari proses elektrolisis atau elektrorefining perak di atas, emas tidak ikut melarut karena emas menempati urutan
paling rendah dalam seri elektrokimia. Emas yang diperoleh dari proses elektrolisis perak di atas belum dalam keadaan murni
karena masih mengandung sedikit perak. Untuk memperoleh emas murni maka dilakukan elektrolisis berlanjut tahap 2.
2.
Tahapan kedua ini, emas yang diperoleh dari proses elektrolisis perak pada tahap 1 dijadikan sebagai anoda.
Katoda menggunakan emas murni atau titanium sedangkan yang bertindak sebagai elektrolit adalah larutan aurik
klorida (AuCl3) yang telah diasamkan dengan asam klorda. Selama proses elektrolisis berlangsung, emas dari anoda larut
dalam elektrolit membentuk ion Au 3+ yang bergerak menuju katoda. Pada katoda ion Au 3+ direduksi menjadi padatan emas
yang akan melekat pada katoda. Emas yang terbentuk diambil secara periodik, dicuci kemudian dicetak. Emas yang diperoleh
melalui cara ini mempunyai kemurnian 99.95% hingga 99.99%. Berikut adalah reaksi yang terjadi di anoda dan katoda:
Katoda: Au3+ + 3e- Au dan anoda: Au Au3+ + 3ePada proses ini, perak yang masih terkandung dalam anoda ikut larut dalam elektrolit tetapi akan segera bereaksi
dengan klorida dari elektrolit membentuk padatan AgCl yang dapat digunakan untuk proses selanjutnya bilamana akan
dilakukan pembuatan logam perak.
Selanjutnya, karena Au dan Ag sudah terpisah dengan kadar masing-masing yang sangat tinggi sehingga sudah
mempunyai nilai jual yang tinggi, dapat dimanufaktur (dilebur lalu dicetak) untuk dijadikan suatu produk.
Cara Pengolahan Perak
1.
2.
3.
Palon
Palon adalah bagian yang mengerjakan bentuk dasar dari kerajinan perak. Dalam proses ini, batangan perak yang
kita dapatkan tadi kita tempa hingga mendapatkan bentuk yang lurus dan rata.
Ondel
Adalah merubah bentuk dasar yang telah diperoleh, menjadi bentuk yang kita kehendaki.
4.
Tatah
5.
Stel
6.
7.
Tugas bagian stel adalah merangkaikan barang - barang yang telah diukir,sehingga menjadi bentuk barang yang
dikehendaki.
Mbabar
Proses ini akan menjadikan perak tersebut matang, dengan cara dibakar kemudian dimasukkan ke dalam rebusan air
tawas, secara berulang - ulang sampai putih bersih hingga siap untuk dipoles / disangling.
Sangling atau poles
Adalah proses membuat mengkilat hasil kerajinan perak dengan cara digosok dengan ujung jarum baja dan busa
buah perak. Dalam proses ini juga telah digunakan mesin pemoles , biasanya untuk jenis produk perak solid atau gilapan.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kegunaan:
Perak sterling digunakan untuk perhiasan, perabotan perak, dsb. Campuran logam ini biasanya mengandung 92.5% perak, dengan
sisanya tembaga atau logam lainnya.
Perak juga digunakan sebagai campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium.
Cat perak digunakan untuk membuat sirkuit cetak.
Silver fulminate, bahan peledak yang kuat, kadang-kadang terbentuk saat pembentukan perak.
Silver iodide digunakan untuk membuat hujan buatan. Silver chloride memiliki sifat-sifat optikal yang unik karena bisa dibuat
transparan.
Silver nitrate, atau lunar caustic, yang merupakan senyawa perak yang penting banyak digunakan di bidang fotografi dimana
sekitar 30% konsumsi industri perak digunakan untuk bidang ini.
TIMAH
Timah adalah sebuah unsur kimia yang memiliki simbol Sn dan nomor atom 50.
Timah tidak mudah dioksidasi dan tahan terhadap korosi disebabkan terbentuknya lapisan oksida timah yang menghambat
proses oksidasi lebih jauh.
Timah tahan terhadap korosi air distilasi dan air laut, akan tetapi dapat diserang oleh asam kuat, basa, dan garam asam.
Timah larut dalam HCl, HNO3, H2SO4, dan beberapa pelarut organic seperti asam asetat asam oksalat dan asam sitrat.
Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan KOH.
Sifat Fisik Timah (Sn)
Nomor atom : 50
Konduktifitas termal
: 66,8 W/mK
Loga
m timah
----Dicetak dalam bentuk lempengan anoda
----Sebagai katoda starter (awal) digunakan lempengan tipis logam 4 N
----Anoda dan katoda starter disusun dalam bak sel elektrolitik dengan jarak 14 cm. Jumlah anoda dan katoda dalam setiap sel
masing-masing 12 keping.
----Setiap sel elektrolitik berisi larutan elektrolit sebanyak 2000 liter dan disirkulasi dengan menggunakan pompa tahan asam
dengan laju 19 liter/menit.
----Aditif ditambahkan setiap hari
----Rapat arus yang digunakan 63 A/m2 (arus pada rectifier di stel 1000 A).
----Tegangan sel diatur tidak melewati 300 mV
----Larutan elektrolit dipanasi sampai suhu 40oC
----Setelah 6 hari, katoda diangkat dan direndam. Anoda dicuci dan dipasang kembali. Di pasang katoda baru
----Setelah berat berkurang sekitar 75% ( 1 siklus atau 6 hari berikutnya), anoda diangkat dan dicuci.
----Demikian juga katoda diangkat dan direndam
----Sisa anoda dilelehkan untuk dicetak menjadi anoda baru
----Katoda diangkat dan dicetak dalam bentuk ingot
SnO + CO2
SnO + CO
Sn + CO2
Slag 1 dengan kadar 20-30 % Sn dilebur lagi bersama antrasit dan batu kapur dengan perbandingan tertentu.
Slag dari peleburan tingkat II yang telah mengalami penggumpalan di dalam bak granulasi dinamakan slag 2 dengan kadar 1
% Sn dan diangkat menggunakan grabe crane ke dump truck dan kemudian dibawa ke stock pile slag.
Selain menghasilkan hardhead dan slag, pada peleburan tingkat II juga menghasilkan dust.
Dust ini kemudian diolah sebagaimana dust pada peleburan tingkat I. Produk ini juga dijadikan sebagai material tambahan
untuk pengisian berikutnya.
Pemurnian Crude Tin (Timah Cair)
Crude tin yang berada di ketel masih mempunyai pengotor berupa unsur Pb yang mengendap di dasar ketel.
Untuk crude tin yang mempunyai kadar Pb tinggi terlebih dahulu harus dilakukan pemurnian dengan menggunakan
kristalizer (Gambar 3.). Crude tin tersebut dipompa menuju holding pot (kapasitas 2 ton) yang terdapat di kristalizer. Hasil
pemurnian kristalizer diangkat kembali ke ketel dengan menggunakan grabe crane dan kemudian dilakukan stirring
homogen. Setelah benar-benar homogen, crude tin diambil sampel untuk dianalisa di laboratorium. Setelah hasil analisa
menunjukkan bahwa crude tin sudah memenuhi standar cetak, crude tin tersebut dipompa ke ketel cetak.
Sedangkan untuk crude tin yang mempunyai kadar Pb rendah dapat langsung dilakukan stirring serbuk kayu. Proses
ini akan mengikat pengotor yang terkandung di dalamnya dan akan membentuk dross yang mengendap di atas ketel. Setelah
dross selesai diskop, crude tin diambil sampel seperlunya untuk dianalisa. Setelah hasil analisa menunjukkan bahwa crude
tin sudah memenuhi standar cetak, crude tin tersebut dipompa ke ketel cetak.
Crude tin dicetak secara manual dengan cetakan standar perusahaan yang sesuai dengan jenis produknya. Jenis-jenis
produk yang diproduksi oleh perusahaan dibedakan atas kualitas dan bentuknya (Gambar 4.).
Banka Low Lead (LL) terdiri atas Banka LL50ppm, Banka LL100ppm, Banka LL200ppm
o
o
o
Banka Anoda
a.
Pyro Refining
Metode pyro refining memanfaaatkan panas yang tinggi untuk melakukan proses pemurnian logam dari unsurunsur pengotor dalam timah. Pemurnian dengan metode pyrorefining dalam ketel rafinasi cukup effektif untuk memurnikan
timah dari unsur-unsur Fe, As, Sb, Cu dan Ni. Proses pemuurnian terjadi pada ketel tuang dan ketel pindah sebelum akhirnya
dipompakan ke ketel cetak untuk dilakukan pencetakan (casting).
Peralatan yang digunakan dalam proses pemurnian tersebut adalah:
a.
Ketel Rafinasi
Ketel rafinasi berbentuk setengah bola dengan bagian tegah kosong. Diameter ketel 2,5 m dan terbuat dari besi
tuang (cast iron).
Jenis-jenis Ketel Rafinasi :
ketel tuang, berfungsi untuk menampung timah kasar hasil peleburan, kemudian dilakukan pemurnian tahap I untuk menurunkan
kadar Fe dengan penambahan serbuk gergaji.
ketel pindah, berfungsi menampung logam timah hasil pemurnian tahap I dari ketel tuang, kemudian dilakukan pemurnian tahap
II yaitu penuranan kadar unsure pengotor seperti Cu, As, sb dan lainnya.
Ketel cetak, berfungsi untuk menampung logam timah hasil pemurnian dan mengalirkannnya ketempat pencetakan logam.
ketel khusus untuk logam timah dengan kadar Pb rendah, Pb sedang, dan Pb tinggi.
b. Stirrer (Pengaduk)
Fungsi stirrer adalah untuk pengadukan agar reaksi dalam ketel lebih cepat berlangsung. Pada pemurnian timah
dari unsure Fe, serbuk gregaji ditambahkan kemudian dilakukan stirring hingga permukaan tima cair membentuk dross.
Stirring juga dilakukan pada saat penambahan Al untuk menurunkan kadar As dan Sb dalam logam timah.
c. Pemanas (Heater) dan Pengatur Temperatur
Panas yang diperluka dalam ketel rafinasi untuk mempercepat reaksi kimia yang diharapkan, berasal dari brander
dan dialirkan melalui besi tuang (cast iron) denga temperature pemanasan antara 300 oC-500oC dan diatur dengan alat
pengatur temperature (thermocouple). Thermocouple dimasukkan kedalam cairan timah dan dihubungkan dengan brander
untuk menentukan temperature pemanasan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhhan. Aliran panas dari besi tuang yang
berada dibawah ketel berputar hingga menghasilkan panas yang tinggi.
b. Eutectic Refining
Eutectic refining adalah metode pemurnain berdasarkan diagram 2 fase PbSn dan sangat efektif untuk
menggurangi kadar unsur Pb dalam logam timah. Alat yang digunakan adalah crytallizer (Gambar 3.). Pada temperatur
eutectic dengan perbandingan PbSn sekitar 40%-60%, maka PbSn pada kondisi cair, sedangkan Sn dalam bentuk padat.
Prinsip kerja crystallizer
Berdasarkan titik lebur Pb (185oC) dan titik lebur Sn (232 o), sedangkan paduan logam Pbsn mempunyai
titik lebur lebih rendah dibanding logam Sn murni sehingga dengan crystallizer logam PbSn dipanaskan melalui chamber.
Dengan perbedaan temperatur tersebut maka kadar Pb dalam logam timah akan semakin berkurang, karena mencair dan
mengalir ke penampungan Pb.