Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Abstrak
Dewasa ini dalam pembangunan, kemakmuran haruslah merata kepada semua masyarakat
baik yang ada di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mewujudkan pembangunan yang
merata maka dirasakan perlunya pendekatan perencanaan dari bawah (bottom up
approach) dengan melibatkan masyarakat pada tingkat bawah. Di Dusun Giring-Giring
Desa kalaserena Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa merupakan wilayah study di
dalam menerapkan pengabdian masyarakat. Ini bertujuan untuk masyarakat yang dituntut
lebih mandiri didalam menghadapi tantangan untuk membangun dan perbaikan sistem
utilitas/prasarana lingkungan. Permasalahan yang terjadi di Dusun Giring-Giring adalah
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemahaman dan kesadaran kebutuhan sistem
utilitas/prasarana lingkungan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga
pelaksanaan pembangunan di perdesaan dapat bertepat guna bagi masyarakat sendiri
dalam kehidupannya. Untuk membantu menangani masalah ini, maka diperlukan suatu
bentuk atau pola partisipasi masyarakat dalam menangani dan membangun dan
memperbaiki sistem utilitas/prasarana lingkungan permukiman. Metode yang digunakan
adalah dengan menganalisis permasalahan melalui observasi di lapangan kemudian
diadakan pendekatan dengan masyarakat dengan cara memberikan partisipasi masyarakat
secara langsung melalui pemberian informasi tentang ruang rumah sehat yang memenuhi
standar. Adapun informasi yang diberikan mengenai kondisi sistem utilitas/prasarana
permukiman (jaringan jalan, drainase, listrik, MCK, air bersih, persampahan). Informasi ini
langsung mengarah pada partisipasi
masyarakat dalam pengembangan sistem
utilitas/prasarana permukiman
di perdesaan. Dengan adanya kegiatan ini maka
diharapkan akan menghasilkan kebutuhan utilitas/prasarana lingkungan yang benar-benar
dibutuhkan oleh masyarakat di Dusun Giring-Giring dan sekaligus memberikan arahan
tentang partisipasi masyarakat berdasarkan kesepakatan masyarakat setempat untuk
dijadikan acuan sebagai pelaksanaan pembangunan selanjutnya di masa datang.
Kata Kunci: partisipasi, utilitas/prasarana, lingkungan, observasi,masyarakat.
PENDAHULUAN
Pembangunan di perdesaan maupun perkotaan, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun
swadaya masyarakat, belum dapat memenuhi dan mengimbangi tingkat kebutuhan masyarakat akan
pembangunan. Bahkan terdapat kecenderungan bahwa pembangunan di berbagai sector di desa dan kota
semakin tertinggal dari laju pertumbuhan jumlah penduduk [1]. Pemerintah dalam menghadapi di perdesaan,
telah banyak melakukan program-program pembangunan di berbagai sektor terutama dalam pengadaan
kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan perdesaan. Dalam tahap pembangunan pada saat ini masyarakat
perlu partisipasi dan ditempatkan pada posisi yang benar dalam pembangunan, khususnya yang berkaitan
dengan kebutuhan prasarana dan sarana di lingkungan permukimannya sendiri. Pembangunan perdesaan yang
mengarah pada pengembangan partisipasi masyarakat adalah Dusun Giring-Giring desa Kalaserena kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa. Maka permasalahan yang terjadi di Dusun Giring-Giring dalam penanganan
utilitas lingkungan khususnya sarana dan prasarana di permukiman masyarakat yang perencanaannya dengan
mengikutsertakan masyarakat adalah kekurangtahuan masyarakat mengenai pemahaman dan kesadaran
kebutuhan prasarana tersebut.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Bentuk pemenuhan sarana dan prasarana lingkungan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan utilitas
lingkungan yang diprioritaskan saat ini dengan melalui pengembangan partisipasi masyarakat. Dengan adanya
kegiatan ini maka diharapkan akan menghasilkan prioritas kebutuhan sarana dan prasarana lingkungan di
Dusun Giring-Giring dan sekaligus memberikan arahan pengembangan partisipasi berdasarkan kesepakatan
dengan masyarakat setempat untuk dijadikan acuan sebagai pelaksanaan pembangunan selanjutnya di masa
datang. Permukiman petani merupakan suatu bentuk lingkungan permukiman dengan fasilitas lingkungan yang
berbatasan dengan daerah pertanian dan kehidupan perekonomiannya didapatkan dari hasil bertani. Kondisi
rumah di lingkungan permukiman pertanian (pedesaan) dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu: rumah
permanen, rumah semi permanen, rumah temporer [2]. Kondisi lingkungan permukiman perdesaan
mempunyai empat kemungkinan bentuk struktur komunitas, yaitu radial, memusat ( fokus ), linear, simpul
(nodal), lingkungan permukiman perdesaan dominan berbentuk memusat (focus) yang mengarah pada
perkembangan perumahan yang dihubungkan dengan prasarana permukiman [3]. Pemenuhan prasarana
permukiman perdesaan selalu diperoleh melalui partisipasi masyarakat desa setempat. partisipasi adalah suatu
usaha berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan, baik secara aktif
maupun pasif. Partisipasi tersebut dapat dimanfaatkan pula sebagai sarana mengkomunikasikan keinginan
masyarakat untuk ikut melakukan kontrol terhadap kegiatan pembangunan [4].
METODA PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis permasalahan melalui observasi di lapangan kemudian
diadakan pendekatan dengan masyarakat dengan cara memberikan partisipasi masyarakat secara langsung
melalui pemberian informasi tentang ruang rumah sehat yang memenuhi standar [5]. Adapun informasi yang
diberikan mengenai kondisi sistem utilitas/prasarana permukiman (jaringan jalan, drainase, listrik, MCK, air
bersih, persampahan). Informasi ini langsung mengarah pada partisipasi masyarakat dalam pengembangan
sistem utilitas/prasarana permukiman di perdesaan.
ISBN : 978-979-127255-0-6
PROSIDING 20 11
Arsitektur
Elektro
Geologi
Mesin
Kondisi lahan pertanian di desa tersebut merupakan persawahan tadah hujan, sehingga penduduk di desa
tersebut memiliki dua jenis pekerjaan yaitu sebagai petani sekaligus pembuat batu bata, karena lokasi kegiatan
ini merupakan salah satu daerah penghasil batu bata di Sulawesi Selatan.
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Dusun Giring-Giring
No.
Penggunaan Lahan
1
Permukiman
2
Sawah Tadah
3
Pekarangan, tempat pembuatan bata
4
Perkebunan
5
Jalan, sungai, kuburan dll
Jumlah
Persentase (%)
12,87
25,00
46,87
10,17
5,09
100,00
Dusun Giring-Giring desa Kalaserena yang menjadi salah satu penghasil tambang golongan C yaitu batu bata,
lokasinya berbatasan langsung dengan kabupaten Takalar sehingga pencapaiannya dapat melalui kabupaten
Takalar. Kondisi perekonomian masyarakatnya dominan ekonomi menengah kebawah.
Kondisi Perumahan dan Permukiman
Lingkungan permukiman yang ada di Dusun Giring-Giring Desa Kalaserena Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa sebahagian besar bangunannya berbentuk rumah tradisional Makassar yaitu berbentuk
panggung.
Tabel 2. Penggunaan Lahan di Dusun Giring-Giring
Kondisi Bangunan
Unit
Permanen
11
Semi permanen
19
Rumah Panggung
56
TOTAL
86
Sumber; Monografi Kelurahan Kalaserena, 2010
Pada musim penghujan sering terjadi genangan air yang berada di sekitar rumah-rumah penduduk di Dusun
Giring-Giring, hal ini disebabkan banyaknya kubangan/lubang akibat kerukan tanah sebagai bahan baku
pembuatan bata, sehingga menyebabkan pekarangan rumah mengalami jalan yang becek.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
utilitas/prasarana permukiman yang memadai di dusun Giring-Giring, partisipasi masyarakat sebenarnya bukan
hal yang baru. Pemerintah telah membentuk berbagai lembaga yang bersifat formal di berbagai tingkatan
masyarakat, misalnya LKMD di dusun Giring-Giring desa Kalaserena. Lembaga-lembaga formal tersebut
masih didukung oleh berbagai organisasi fungsional kemasyarakatan lainnya, seperti PKK, KUD dan
sebagainya.
Standar Perencanaan Teknis Utilitas/Prasarana Lingkungan
Sistem utilitas dan prasarana penunjang dalam permukiman yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah jalan, air
bersih, saluran drainase, persampahan dan MCK.
Jalan Lingkungan
Hierarki jalan di lokasi sudah teratur dan berfungsi sebagai pembatas rumah dan pembagian wilayah. Kondisi
jalan utama berupa jalan lingkungan sebagai area transportasi dalam keadaan rusak, sehingga pada saat musim
penghujan sering becek dan bahkan terjadi genangan air yang cukup tinggi.
Lebar jalan yang ada sekitar 2-4 m, dengan kondisi jalan belum diaspal hanya berupa pengerasan. Dengan
partisipasi masyarakat maka pengembangan jalan di dusun tersebut disesuaikan dengan standar perencanaan
jalan, yaitu:
a.
ISBN : 978-979-127255-0-6
PROSIDING 20 11
Arsitektur
Dua arah :
b.
Elektro
Geologi
Mesin
ROW
6-8 meter
Pengerasan 4-6 meter
Standar Pelayanan
Untuk jalan 4 meter setidak-tidaknya dapat melayani kurang lebih 70% bangunan rumah dan berjarak 3
meter. Pada umumnya jalan lingkungan dibatasi pada kedua sisinya dengan daerah selebar 2 meter
masing-masing (termasuk saluran) sehingga lebar ROW-nya 8 meter.
Untuk jalan 3 meter dan 1,8 meter setidak-tidaknya dapat melayani kurang lebih 95% bangunan rumah
dan berjarak 1,5 meter, pada kedua sisi jalan ditambah masing-masing 1 meter, ROW jalan ini menjadi 5
meter.
Pembuangan limbah manusia di Dusun Giring-Giring biasanya memanfaatkan MCK umum, dan setiap rumah
penduduk memiliki WC walaupun dalam bentuk yang sederhana. Syarat pembuangan MCK daerah
permukiman di perdesaan adalah:
MCK yang dibuat harus sesuai dengan kondisi setempat dan kebiasaan masyarakat setempat.
Kondisi daerah pertanian yang menjadi masalah utama adalah peyediaan air bersih, kadang-kadang untuk
penyediaan air bersih melalui sumur galian 7-50 meter baru terdapat air bersih (tidak payau). Air tanah
yang tinggi, menyulitkan untuk pembuatan MCK bagi desa yang letaknya berada di ketinggian.
MCK merupakan sarana, pelayanan umum, maka jumlah unitnya harus mencukupi kebutuhan umum atau
minimal 2 unit kakus berikut tempat mandi yang terpisah untuk pria dan wanita.
Lokasi MCK letaknya strategis mudah dicapai dari segala arah.
MCK merupakan bangunan milik bersama, maka MCK dibangun di atas lahan yang jelas statusnya.
Misalnya milik desa atau tanah yang dihibahkan. Hal itu untuk menghindarkan timbulnya persoalan di
kemudian hari.
ISBN : 978-979-127255-0-6
Persampahan
Masyarakat di dusun Giring-Giring mempunyai kebiasaan membuang sampah di tanah kosong, sehingga dapat
menyumbat saluran drainase/saluran pembuangan air hujan dan merusak lingkungan. Banyak juga masyarakat
yang membuat tempat pembuangan sampah dengan cara menggali lubang dan sampah tersebut biasanya
dibakar atau diberikan pada binatang peliharaan seperti ayam, bebek, anjing, kambing, dan sapi/kerbau. Standar
perencanaan untuk permukiman di perdesaan yaitu Pembuangan sampah dapat merupakan penimbunan (open
damping, sanitair), pembakaran dan pabrik kompos.
Penyuluhan, pelatihan dan ppartisipasi masyarakat merupakan bagian yang harus diikuti oleh masyarakat
setempat berisikan tentang pengelolaan prasarana permukiman tentang pemahaman gambar teknis secara
sederhana mengenai jaringan jalan (jalan setapak), saluran drainase, bak penampungan air bersih dan tempat
sampah. Dengan partisipasi tersebut diharapkan masyarakat dapat diberdayakan untuk melakukan perbaikan
maupun pembangunan utilitas/prasarana lingkungan secara mandiri.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[1] Safana, Cut. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penangan Kawasan Permukiman Kumuh Di Kodya
Palembang. Kajian Strategi Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Pekerjaan Umum. Edisi Maret, ISSN
0854-2821. Jakarta: Pusat Analisis Pengembangan Pembangunan Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan
Umum. 1999.24-31.
[2] Pedoman Teknik Pelaksanaan P3D Nelayan. Jakarta: Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.
1989
[3] Yodohusodo, Siswono et all. Rumah Untuk Seluruh Rakyat. Jakarta: Yayasan Padama Negeri. 1991.
[4] Paricipatory Rural Appraisal, Gambar Teknik: Berbuat Bersama Berperan Setara, Pengkajian dan
Perencanaan Program Bersama Masyarakat. Bandung: Studio Driya Media, 1994
[5] Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka LP3S. 1989.
ISBN : 978-979-127255-0-6