OLEH :
OLEH :
ii
iii
iv
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh
Mochamad Iqbal Nurmansyah
NIM: 109101000052
vi
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
TTL
: 21 tahun
No. Hp
: +6285719794645
Alamat
: Jl. Gn. Galunggung III, D. 25, No. 80, Perumnas Cirebon 15412
: m.iqbalnurmansyah@gmail.com
Riwayat Pendidikan:
1. TK Tunas Ciremai Giri Cirebon : 1995 - 1997
2. SDN Galunggung
: 1997 - 2003
3. SMPN 6 Cirebon
: 2003 - 2006
: 2006 - 2009
5. S1 Kesehatan Masyarakat
: 2009 - sekarang
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan berbagai nikmat
kepada kita semua. Shalawat dan salam tak lupa kita panjatkan kepada nabi
Muhammad SAW. Dengan memanjatkan rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi Di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013. Penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang
yang luar biasa.
2. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Febrianti, M.si, selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
4. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM dan Ibu Catur Rosidati, MKM selaku
pembimbing skripsi.
5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya
Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu dalam kelancaran
penelitian hingga penyelesaian masa studi.
6. Bapak H. Dadang, S.Ip, M.Epid selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Kota
Tangerang Selatan.
7. Informan Bu Ida selaku Kepala Seksi Pembinaan Gizi Masyarakat, Ibu Thea dan
Ibu Ari selaku Tenaga Pelaksana Gizi di Puskesmas Jurang Mangu dan Kampung
Sawah dan Kader Posyandu.
8. Teman-teman kesehatan masyarakat UIN Jakarta angkatan 2009 yang makin kece
badai dan selalu bersemangat untuk menyelesaikan studinya
ix
9. Terima kasih secara khusus kepada Badra Al- Aufa yang telah menemani
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisannya tepat waktu.
10. Terima kasih kepada teman-teman dershane Anda bey, Takdir bey, Akrom bey,
Sena bey, Usep bey, Jefri bey, Dede bey, Samiun bey, Andik bey, Erdem bey dan
abiler lainnya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skirpsi ini masih terdapat banyak
kekurangan sehingga penulis sangat menerima setiap kritik dan saran yang
diberikan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga tulisan yang sedikit ini dapat
bermanfaat dengan menambah khazanah keilmuan Kesehatan Masyarakat.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................
ii
iv
vi
vii
ix
xiv
xv
xvi
xvii
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...........................................................................
1.4. Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................
xi
10
10
11
12
13
13
14
15
16
16
16
17
17
17
17
19
xii
19
23
27
28
30
32
32
32
33
33
36
40
43
44
44
BAB V HASIL
5.1 Gambaran Umum Informan Penelitian...................................
45
46
46
xiii
47
5.2.3 Kependudukan
48
48
49
50
53
56
66
5.4.1 Indikator
66
68
71
75
75
79
85
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
87
87
xiv
88
93
6.4.1 Indikator
93
95
96
99
99
102
104
108
7.2 Saran
109
109
110
110
111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Kerangka Teori
27
Bagan 3.1
29
Bagan 5.1
49
Bagan 5.2
80
Bagan 6.1
101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5.1
55
Gambar 5.2
55
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
33
Tabel 4.2
37
Tabel 4.3
Validasi Data
40
Tabel 5.1
Karakteristik Informan
46
Tabel 5.2
48
Tabel 5.3
60
Tabel 5.4
63
Tabel 5.5
65
Tabel 5.6
Penilaian Indikator
68
Tabel 5.7
71
Tabel 5.8
74
Tabel 5.9
79
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
81
83
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan InformasiPerencanaan, Pengaturan Prioritas, Alokasi Sumber Daya
84
86
105
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Pedoman Observasi
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Gambar Dokumentasi
xix
DAFTAR ISTILAH
ASI
ATK
BB
Berat Badan
Dinkes
Dinas Kesehatan
HMN
ICT
KIA
KMS
MDGs
MP-ASI
PMT
Saryankes
SIGIZI
SKD
Tangsel
Tangerang Selatan
TB
Tinggi Badan
TPG
TTD
WHO
WUS
BAB I
PENDAHULUAN
yang
sesuai
dengan
kebutuhan,
berbasis
bukti
dan
operasional,
2
untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (SKN, 2009).
Sistem informasi gizi merupakan salah satu sistem informasi tingkat nasional yang
dikelola oleh Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pelaksanaan surveilans melalui sistem tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2011.
Sistem tersebut dibuat untuk dapat menyediakan berbagai data mengenai kegiatan
pembinaan gizi seperti penimbangan balita di posyandu (D/S), data kasus gizi buruk, data
cakupan pemberian tablet Fe pada ibu hamil, data cakupan konsumsi garam beriodium,
data cakupan pemberian vitamin A dan data cakupan ASI eksklusif. Informasi yang
tersedia dari sistem tersebut sangat membantu para pengambil keputusan untuk dapat
berkoordinasi dengan daerah, meningkatkan kinerja pelaksana dan program serta sebagai
bahan evaluasi dan perencanaan kegiatan (Direktorat Bina Gizi, 2013).
Status gizi anak Indonesia, belum mencapai kondisi yang diharapkan. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, prevalensi balita kurang gizi secara
nasional adalah sebebesar 17,9% dan 4,9% diantaranya memiliki status gizi buruk.
Sedangkan balita pendek atau stunting secara nasional berjumlah 35,6%. Dalam
pemberian ASI eksklusif secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan dan 4-5
bulan berturut-turut adalah 45,5%, 38,3% dan 31,0% (Riskesdas, 2010). Oleh karena itu,
penyelenggaraan sistem informasi kesehatan gizi dirasa sangat penting untuk dapat
menyediakan data dan informasi, sehingga pemerintah dapat mengambil keputusan yang
tepat dalam menangani permasalahan gizi di Indonesia.
Dalam penyediaan data dan informasi mengenai status gizi tidak dapat dilakukan
secara parsial, oleh karena itu Pemerintah Pusat yang perlu melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pelayanan Kesehatan seperti
puksesmas dan posyandu. Pada dasarnya, pemerintah pusat hanya menghimpun data
3
mengenai status gizi yang dimasukkan oleh pemerintah daerah dimana sebelumnya
pemerintah daerah juga menghimpun data status gizi dari pelayanan kesehatan yang ada
diwilayahnya.
Hingga saat ini, ketersediaan data dalam website sistem informasi gizi dirasa masih
kurang optimal. Hal tersebut ditunjukan dengan tidak tersedianya data bulan Agustus
2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, cakupan penggunaan garam beriodium
dan pemberian ASI eksklusif pada beberapa daerah di Provinsi Banten seperti
Pandeglang, Serang dan Tangerang Selatan. Informasi yang tidak aktual menjadi sebuah
permasalahan yang dapat menyebabkan informasi tidak berkualitas sehingga berdampak
pada sulitnya pengambilan keputusan berbasis fakta oleh Pemerintah.
Tidak tersedianya informasi kegiatan pembinaan gizi di Kota Tangerang Selatan
menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih mendalam. Bila
dikaitkan dengan kondisi gizi masyarakat di Kota Tangerang Selatan, berdasarkan data
yang diperoleh dari SIGIZI, jumlah penderita gizi buruk di Kota Tangerang Selatan tahun
2012 dari bulan Januari hingga Juli 2012 mengalami peningkatan.
Menurut World Health Organization (WHO), dalam bukunya yang berjudul
Framework and Standards for Country Health Information Systems, komponen dan
standar yang akan mempengaruhi kinerja dari sistem informasi kesehatan diantaranya
adalah sumber daya sistem informasi kesehatan, indikator, sumber data, manajemen data,
produk informasi, diseminasi dan penggunaan data (WHO, 2008). Oleh karena itu,
peneliti akan meneliti pelaksanaan sistem informasi gizi pada Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan berdasarkan kerangka teori yang dibuat oleh
WHO melalui berbagai penyesuaian.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan website sistem informasi gizi Direktorat Bina Gizi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, pada bulan Januari 2013, tidak tersedia data bulan
Agustus tahun 2012 mengenai cakupan pemberian vitamin A, pemberian ASI eksklusif
dan cakupan penggunaan garam beriodium di Kota Tangerang Selatan. Data tersebut
termasuk data yang harus dilaporkan setiap enam bulan. Berdasarkan kesepakatan antara
pemerintah pusat dan daerah, data enam bulanan tersebut seharusnya telah dilaporkan
kepada Pemerintah Pusat setiap tanggal 10 bulan selanjutnya. Bila dilihat secara trend,
kinerja pelaporan data terjadi penurunan. Hal ini dapat dilihat pada Sistem Informasi Gizi
(SIGIZI) dimana data cakupan pemberian vitamin A dan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bulan Februari tahun 2012 tersedia, namun data pada bulan Agustus 2012
data tersebut tidak tersedia.
Dalam sudut pandang manajemen, ketidaktersediaan data pada tahun sebelumnya,
di awal tahun berjalan berpengaruh pada penyusunan program pembinaan gizi yang
dilakukan para pembuat program baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Hal tersebut
dikarenakan terdapat pembuatan program oleh Pemerintah Daerah dilakukan setiap awal
tahun. Tidak tersedianya informasi dalam merencanakan dapat mengakibatkan kesalahan
dalam membuat program atau kegiatan karena tidak menggunakan konsep evidence based
atau berbasis fakta.
Kota Tangerang Selatan sebenarnya bukan termasuk daerah perbatasan ataupun
daerah tertinggal. Hal tersebut dapat terlihat dari letak geografis Kota Tangerang Selatan
yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta sehingga akses terhadap jaringan internet
maupun teknologi penunjang lainnya sangatlah mudah. Oleh karena itu, tidak
dimanfaatkannya pelaporan melalui sistem informasi gizi sebagai media pelaporan
menjadi sebuah masalah yang perlu dianalisis secara lebih mendalam. Atas dasar tersebut,
5
peneliti ingin mengetahui gambaran pelaksanaan dan masalah yang dialami dalam
kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pelaksanaan dan masalah yang terjadi pada
pelaksanaan kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi masyarakat melalui sistem
informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013.
6
1.4.2.6 Diketahuinya alternatif solusi dalam menangani masalah pada setiap
komponen sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan.
7
1.5.2.3 Mendapatkan masukan dan solusi dalam menangani kendala pelaporan
kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui sistem informasi gizi.
1.5.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan dan rujukan
oleh peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan
sistem informasi gizi.
1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
1.5.4.1 Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dan
dosen mengenai sistem informasi gizi.
1.5.4.2 Terbentuknya kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
dengan Program Studi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
1.6 Ruang Lingkup
Data kegiatan pembinaan gizi Kota Tangerang Selatan yang tidak tersedia di
sistem informasi gizi menjadi sebuah permasalahan yang harus diketahui secara lebih
mendalam akar permasalahannya. Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian yang
berjudul Analisis Pelaksanaan Sistem Informasi Gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan melihat gambaran ruang lingkup,
input, proses dan output dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi yang terdapat di
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dan telaah dokumen. Waktu
penelitian adalah bulan Januari April 2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2
10
a.
b.
c.
d.
e.
2.2.2
11
12
b.
rupa
untuk
mentransformasikan
data
atau
13
d.
e.
dapat
menyajikan
data
mutakhir
yang
ada
dan
14
b.
c.
d.
e.
f.
15
b.
c.
Keputusan terstruktur
Keputusan yang dapat diprogram atau terstruktur adalah
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan dan proesdur.
Keputusan ini rutin dan berulang. Setiap organisasi mempunyai
kebijakan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan
keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan
menghilangkan alternatif-alternatif.
16
2.3.2
17
2.4.2
2.4.3
yuridis,
pengelolaan
pendanaan
surveilans
di
tingkat
Pedoman
Penyelenggaraan
Sistem
Surveilans
Epidemiologi
18
Kesehatan.
Dalam
Kepmenkes
tersebut
disebutkan
bahwa
biaya
19
Kepemenkes
Nomor
1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang
dan
masalah-masalah
kesehatan
yang
mampu
berkontribusi
20
2.5.1 Indikator Surveilans Gizi yang Dilaporkan Melalui Sistem Informasi Gizi
(Kementerian Kesehatan, 2012b)
Indikator surveilans yang dilaporkan melalui sistem informasi gizi,
adalah:
1. Cakupan balita gizi buruk ditangani/dirawat
Jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat
jalan di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus
balita gizi buruk yang ditemukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dikali 100%.
2. Cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S)
Jumlah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi balita yang
berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dikali 100%.
3. Cakupan bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
Jumlah bayi 06 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam
dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 6 bulan yang datang dan tercatat
dalam register pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%.
21
22
23
b. Melakukan
promosi/kampanye
peningkatan
penggunaan
garam
beriodium.
4. Cakupan distribusi vitamin A rendah
a. Bila ketersediaan kapsul vitamin A di puskesmas tidak mencukupi maka
perlu mengirim kapsul vitamin A ke puskesmas.
b. Bila kapsul vitamin A masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas
untuk melakukan sweeping.
c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
5. Cakupan distribusi TTD (Fe3) rendah
a. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan di desa tidak mencukupi
maka perlu mengirim TTD ke puskesmas.
b. Bila TTD masih tersedia, maka perlu meminta Puskesmas untuk
melakukan peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya
kegiatan Ante Natal Care (ANC).
c. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.
6. Hasil analisis menunjukan D/S rendah atau cenderung menurun
a. Melakukan koordinasi dengan Camat dan PKK tingkat kecamatan untuk
menggerakan masyarakat datang ke posyandu.
b. Memanfaatkan kegiatan pada forum-forum yang ada di desa, yang
bertujuan untuk menggerakan masyarakat datang ke posyandu.
c. Melakukan promosi tentang manfaat kegiatan di posyandu.
24
dukungan
teknis
dan
sebagai
percepatan
dalam
meningkatkan
penyebaran
dan
penggunaan
data
dengan
25
bagaimana indikator dan sumber data dipilih dan dikumpulkan dan mengelola.
Output berhubungan dengan produksi, diseminasi dan penggunaan informasi.
Berikut ini adalah enam komponen dari sistem informasi kesehatan:
Input
1. Sumber daya sistem informasi kesehatan dalam hal ini termasuk undangundang, peraturan dan kerangka kerja perencanaan yang diperlukan untuk
memastikan informasi kesehatan yang berfungsi secara menyeluruh,
dan
sumber daya yang merupakan prasyarat untuk suatu sistem sehingga sistem
dapat berfungsi. Sumber daya tersebut meliputi personil, pembiayaan, dukungan
logistik, informasi dan teknologi komunikasi (ICT), dan mekanisme koordinasi
di dalam dan antar enam komponen.
Proses
2. Indikator merupakan basis dari perencanaan dan strategi informasi kesehatan.
Indikator meliputi pengaruh dari kesehatan, input sistem kesehatan, output dan
dampak dan status kesehatan.
3. Sumber data - terbagi menjadi dua kategori utama: (1) data berbasis populasi
(sensus, pencatatan sipil, dan survei populasi) dan (2) data berbasis lembaga
(catatan individu, catatan layanan dan catatan sumber daya). Perlu dicatat bahwa
sejumlah pendekatan pengumpulan data dan sumber lainnya ada yang tidak
cocok dengan salah satu kategori utama di atas, tetapi dapat memberikan
informasi penting yang mungkin tidak tersedia di tempat lain. Dalam hal ini
26
27
28
Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan. Kerangka teori secara detail dapat dilihat
pada Bagan 2. 2.
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Komponen dan Standar
Sistem Informasi Kesehatan
Sumber Daya
Indikator
Sumber Data
Manajemen Data
Prinsip
Peralatan
Produk Informasi
Diseminasi dan
Penggunaan Informasi
Sumber : World Health Organization. Framework and Standards for Country Health
Information Systems. Geneva, World Health Organization, 2008.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
manajemen data
28
29
Bagan 3.1
Kerangka Pikir Sistem Informasi Gizi
Sumber Daya
Indikator
Diseminasi
dan
Penggunaan
Informasi
Sumber
Data
Produk
Informasi
Manajemen
Data
30
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
32
33
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1. Data primer yaitu hasil wawncara, hasil telaah dokumen dan hasil observasi.
2. Data sekunder yaitu profil Dinas Kesehatan.
Tabel 4. 1
Sumber Perolehan Data Berdasarkan Informan
Komponen SI Gizi
Berdasrkan HMN
Sumber Daya
4.5
Pengelola
Gizi Dinas
Kesehatan
Kota
Tenaga
Pelaksana
Gizi
Puskesmas
Regulasi up to date
Kegiatan
pemantauan rutin
Kebijakan
melakukan
pertemuan
Kader
Posyandu
Sumber Data
Indikator
34
Pelatihan/kapasitasi
Anggaran
Formulir, kertas,
pensil dan
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Formulir, kertas,
pensil dan
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Tersedianya
komputer
Peralatan TI
(Telpon, internet)
Pemeliharaan
peralatan
Indikator inti
Indikator mengacu
pada MDG
Pelaporan indikator
Surveilans
representatif dalam
mengukur
pelayanan
kesehatan ibu dan
anak
Surveilans
representatif dalam
mengukur kematian
Pengelompokan
data pada usia dan
jenis kelamin
Manajemen Data
35
Pertemuan rencana
tahunan untuk
mengkoordinasikan
variabel
Prosedur tertulis
Pelaporan bersifat
user-friendly
Terdapat kamus
Terdapat kode
khusus dalam
mengolah data
Produk Informasi
Kelengkapan dan
konsistensi
Dilaporkan setiap
bulan
Waktu pengukuran
Data cakupan
menjadi dasar
perkiraan
Pemisahan estimasi
data
Pembuat meminta
laporan
Adanya grafik
dalam penyajian
data
Penggunaan
informasi
36
Adasnya program
advokasi
Informasi
digunakan dalam
perencanaan
Alokasi sumber
daya
37
Sumber Daya
Wawancara Observasi
Regulasi up to date
Kegiatan
pemantauan rutin
Kebijakan
melakukan
pertemuan
Pelatihan/kapasitasi
Anggaran
Formulir, kertas,
pensil dan
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Formulir, kertas,
pensil dan
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Tersedianya
komputer
Peralatan TI
(Telpon, internet)
Studi
dokumen
Manajemen Data
Sumber Data
Indikator
38
Pemeliharaan
peralatan
Indikator inti
Indikator mengacu
pada MDG
Surveilans
representatif dalam
mengukur kegiatan
pembinaan gizi
Terdapat surveilans
yang representatif
dalam perkiraan
mengenai kematian
akibat gizi buruk.
Pengelompokan
data pada usia dan
jenis kelamin
Pertemuan rencana
tahunan untuk
mengkoordinasikan
variabel
Prosedur tertulis
Pelaporan bersifat
user-friendly
Terdapat kamus
Terdapat kode
khusus dalam
mengolah data
Pelaporan indikator
39
Dilaporkan setiap
bulan
Waktu pengukuran
Data cakupan
menjadi dasar
perkiraan
Informasi
Produk Informasi
Kelengkapan dan
konsistensi
Pemisahan estimasi
data
Pembuat meminta
laporan
Adanya grafik
dalam penyajian
data
Penggunaan
informasi
Adasnya program
advokasi
Informasi
digunakan dalam
perencanaan
Alokasi sumber
daya
40
Sumber Daya
Validasi
Sumber
Validasi
Teknik
Regulasi up to date
Kegiatan
pemantauan rutin
Kebijakan
melakukan
pertemuan
Pelatihan/kapasitasi
Anggaran
Formulir, kertas,
pensil dan
41
Sumber Data
Indikator
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Formulir, kertas,
pensil dan
perlengkapan lain
untuk mencatat
kinerja
Tersedianya
komputer
Peralatan TI
(Telpon, internet)
Pemeliharaan
peralatan
Indikator inti
Indikator mengacu
pada MDG
Pelaporan indikator
Surveilans
representatif dalam
mengukur
pelayanan
kesehatan ibu dan
anak
Surveilans
representatif dalam
mengukur kematian
Pengelompokan
data pada usia dan
jenis kelamin
Pertemuan rencana
tahunan untuk
mengkoordinasikan
variabel
Manajemen Data
42
Prosedur tertulis
Pelaporan bersifat
user-friendly
Terdapat kamus
Terdapat kode
khusus dalam
mengolah data
Produk Informasi
Kelengkapan dan
konsistensi
Dilaporkan setiap
bulan
Waktu pengukuran
Pemisahan estimasi
data
Pembuat meminta
laporan
Adanya grafik
dalam penyajian
data
Penggunaan
informasi
Adasnya program
advokasi
Informasi
digunakan dalam
Data cakupan
menjadi dasar
perkiraan
43
perencanaan
Alokasi sumber
daya
44
Analisis Data
Analisis
data
pada
penelitian
ini
menggunakan
analisis
BAB V
HASIL
b.
46
c.
d.
Informan
Informan A
Informan B
Informan C
Informan D
Informan E
Informan F
Jabatan
Kepala Seksi Gizi
Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kampung Sawah
Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Jurang Mangu
Kader Posyandu
Kader Posyandu
Staf Seksi SDK dan Sistem Informasi Kesehatan
5.2. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Dinas Kesehatan, 2010)
5.2.1.
A. Visi
Visi Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan adalah Pembangunan
berwawasan Kesehatan menuju Kota Tangerang Selatan Sehat 2015.
47
B. Misi
Sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.
48
Jumlah Kelurahan
Kecamatan Serpong
Kecamatan Setu
Kecamatan Pamulang
Kecamatan Ciputat
10
49
50
pembinaan
dan
koordinasi
serta
pengawasan
dan
b.
c.
d.
a.
b.
51
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
52
e.
f.
g.
h.
i.
53
pengansalisisan
data
dan
penyiapan
bahan
untuk
54
55
Gambar 5.1
Interface Laporan Bulanan Sistem Informasi Gizi
56
57
melalui sistem informasi gizi didasarkan pada petunjuk surveilans gizi yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan kerangka penilaian WHO, penilaian terhadap unsur kebijakan
mengenai kerangka regulasi up-to-date dinilai ada tetapi kurang memadai. Hal
tersebut dikarenakan peraturan yang mengatur pengumpulan data melalui sistem
informasi gizi sudah ada namun kurang mengikat atau memaksa.
Aspek lain dalam sumber daya yaitu kebijakan mengenai pemantauan rutin.
Kegiatan pemantauan rutin dilakukan berdasarkan pedoman pembinaan wilayah
yang dibuat oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kegiatan tersebut
berfungsi untuk melakukan pemantauan, penyeliaan dan evaluasi program
puskesmas di wilayah kerja binaannya. Berdasrkan daftar tilik monitoring dan
evaluasi program perbaikan gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
(terlampir), monitoring yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
mencakup data dasar seperti sasaran Vitamin A, sasaran Bumil, jumlah posyandu,
jumlah kader posyandu dan sasaran Fe-1/Fe-3, pencatatan pelaporan, hasil kegiatan,
penyajian data, PMT, ketenagaan, ruang pelayanan, sarana dan penyebarluasan
informasi.
Pemantauan di tingkat posyandu dilakukan oleh bidan desa di setiap puskesmas
sesuai wilayah kerjanya. Berdasarkan wawancara, berikut jawaban informan
mengenai pemantauan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan:
..Kita kembangkan sistem bina wilayah, berjalan karena terkait dengan
kinerja kita. (Informan A)
Ada pemantauan setiap dua atau tiga bulan sekali (Informan B)
58
59
60
Tabel 5. 3
Penilaian Sumber Daya Kebijakan dan Koordinasi
No.
1
Item
Sangat
Memadai
Memadai
Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota
memiliki regulasi yang
up-to-date berisi
kerangka kerja untuk
sistem informasi gizi
Ada kegiatan rutin untuk
pemantauan
kinerja
sistem informasi gizi
dari berbagai subsistem,
mulai
dari
dinas
kesehatan sampai ke
puskesmas
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Terdapat
kebijakan
resmi untuk melakukan
pertemuan di tingkat
daerah dan kecamatan
untuk
meninjau
pelaksanaan
sistem
informasi gizi
Skor
Tidak
adekuat
sama sekali
0
1, 7
Unsur sumber daya lain yang dinilai adalah dana dan tenaga pelaksana.
Penilaian dilakukan untuk mengetahui unit fungsional, kegiatan pelatihan dan
anggaran yang diperuntukan dalam pelaksanaan sistem informasi gizi. Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan dan Puskesmas yang berada di wilayah
kerjanya belum mempunyai unit fungsional yang secara khusus bertanggung
jawab dalam pengelolaan sistem informasi gizi. Kegiatan pengelolaan sistem
61
informasi gizi hanya menjadi salah satu Tupoksi dari Seksi Pembinaan Gizi
Masyarakat. Berikut hasil wawancara mengenai unit kerja pengelolaan sistem
informasi:
..Hanya tupoksi saja dan bukan berupa unit (Informan A)
..Saya yang mengurusnya.. (Informan B)
..Yang bertanggung jawab Ibu sendiri.. (Informan C)
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum memiliki unit fungsional
yang menangani secara khusus mengenai sistem informasi gizi. Berdasarkan
kerangka penilaian WHO, maka aspek ini dinilai tidak adekuat sama sekali.
Pelatihan mengenai pengelolaan sistem informasi gizi belum pernah
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Kebanyakan petugas
mempelajari secara mandiri dan mempelajari dari petugas yang bertanggung
jawab sebelumnya. Karena mempelajari secara mandiri maka membutuhakan
waktu untuk mempelajarinya. Berikut hasil wawancara mengenai pelatihan
pengelolaan sistem informasi gizi:
..Belum pernah. Oh kita ga pelatihan, otodidak belajar sendiri ga pernah
dilatih.. (Informan A)
..Ada pelatihan tatalaksana gizi buruk.. (Informan B)
..Ya emang udah disitu bejalar sendiri, otomatis udah tahu, yak kan di
kuliah juga udah belajar (Informan C)
..Pernah yang ngadain dinkes pelatihan PBHS eh PHBS tentang yang
sepuluh.. (Informan D)
62
puskesmas.
Berikut
hasil
wawancara
mengenai
anggaran
63
sistem informasi gizi juga dinilai tidak adekuat sama sekali dan mendapatkan
nilai nol. Anggaran untuk sistem informasi gizi dinilai ada tetapi kurang
memadai dan mendapatkan nilai satu. Penilaian terhadap aspek dana dan tenaga
pelaksana dapat dilihat pada tabel 5. 4.
Tabel 5. 4
Penilaian Sumber Daya Dana dan Tenaga Pelaksana
No
.
1
Item
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
0, 3
64
perawatan dinilai masih tidak adekuat sama sekali karena tidak adanya anggaran
65
khusus dan tenaga khusus dalam perawatan peralatan yang digunakan dalam
pelaporan melalui sistem informasi gizi. Penilaian sarana dapat dilihat pada tabel
5.5.
Tabel 5. 5
Penilaian Sumber Daya Sarana
No.
1
Item
Formulir, kertas, pensil
dan perlengkapan
lainnya yang dibutuhkan
untuk mencatat kinerja
pembinaan gizi
masyarakat dan
informasi yang tersedia
Tersedianya komputer
di tingkat dinas
kesehatan kota dan
puskesmas untuk
pelaksanaan sistem
informasi gizi
Peralatan TI (telpon,
koneksi internet dan email ) tersedia di dinas
kesehatan
kabupaten/kota dan
puskesmas untuk
pelaksanaan sistem
informasi gizi
Dukungan untuk
pemeliharaan peralatan
ICT tersedia di tingkat
dinas kesehatan
kabupaten/kota dan
puskesmas
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
2,2
66
5.5. Gambaran Proses Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan
5.4.1. Indikator
Indikator merupakan salah satu komponen yang dinilai dari sistem
informasi gizi. Dalam sistem informasi gizi, masih terdapat variabel yang tidak
diidentifikasi hingga tingkat puskesmas dan posyandu. Hal tersebut dikarenakan
adanya perubahan pengukuran indikator pada SIGIZI. Atas dasar tersebut,
penilaian mengenai poin satu dalam aspek indikator dinilai sudah memadai
karena beberapa indikator telah diidentifikasi hingga tingkat puskesmas maupun
posyandu.
Indikator pada SIGIZI dinilai sudah mengacu pada Millenium
Development Goals (MDGs) karena indikator yang diukur berkaitan dengan
penekanan angka kematian anak dan peningkatan kesehatan ibu sebagai tujuai
nomor empat dan lima dalam MDGs. Atas dasar tersebut, pada poin dua
penilaian indikator, indikator dinilai sudah memadai karena beberapa indikator
sudah sesuai dengan MDGs.
Dalam hal pelaporan, kegiatan tersebut belum dilakukan secara teratur.
Hal terebut dikarenakan kurangnya tenaga yang tersedia terutama pada bidan
desa. Sehingga aspek tersebut dinilai ada tetapi kurang memadai karena
pelaporan tidak dilakukan secara teratur.
Berikut hasil wawancara mengenai indikator yang berada di sistem
informasi gizi:
67
68
hal pelaporan dinilai ada tapi kurang memadai karena masih adanya
keterlambatan pelaporan oleh puskesmas kepada Dinas Kesehatan. Penilaian
dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5. 6
Penilaian Indikator
No.
1
Item
Indikator inti minimum
Nasional telah
diidentifikasi untuk
tingkat daerah, meliputi
semua kategori indikator
kinerja pembinaan gizi
Indikator yang terdapat
dalam sistem informasi
gizi mengacu pada
indikator MDGs
(Millenium Development
Goals)
Pelaporan indikator
terjadi secara teratur
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
1
1, 7
69
diambil setiap satu tahun sekali. Berdasarkan telaah dokumen juga ditemukan
bahwa sistem informasi gizi mengukur enam indikator yang mencakup cakupan
D/S, cakupan pemberian vitamin A, cakupan pemberian ASI Eksklusif, cakupan
pemberian tablet Fe, cakupan gizi buruk yang mendapat perawatan serta cakupan
penggunaan garam beriodium sehingga sistem informasi gizi dinilai sangat
memadai karena dapat mengukur kegiatan pembinaan gizi.
Dalam hal memproyeksikan kematian ibu dan anak, dilakukan oleh seksi
kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan wawancara, kematian ibu dan anak
dilaporkan melalui laporan puskesmas, rumah sakit dan saryankes swasta. Angka
kematian yang dibutuhkan oleh seksi gizi hanya terkait dengan kematian akibat
gizi buruk. Berikut hasil wawancara mengenai cara dalam memproyeksikan
kematian:
..Kematian anak di seksi KIA mengetahui laporan puskesmas, rumah
sakit dan saryankes swasta, gizi butuh kematian akibat gizi buruk
saja(InformanA)
Dikarenakan sistem informasi gizi telah dapat mengukur kematian akibat
gizi buruk maka aspek tersebut dinilai sangat memadai berdasarkan kerangka
penilaian WHO.
Pertemuan rencana tahunan juga dilakukan untuk merencanakan waktu
pengumpulan data. Berikut adalah hasil
wawancara mengenai
pengumpulan data:
.Kita ada kesepakatan ngumpulin laporan(Informan A)
waktu
70
.perencanaan diawal tahun terus klo setiap ada kegiatan, tidak ada
peraturan karena hanya rutinan.. (Informan B)
Dalam aspek pertemuan dinilai sudah cukup memadai karena sudah dapat
mengkoordinasikan waktu pengumpulan serta membahas indikator kegiatan
pembinaan gizi.
Data yang tersedia dalam sistem informasi gizi telah menggambarkan
atau telah representatif menggambarkan hasil kegiatan pembinaan gizi atau
sesuai dengan tujuan pembuatannya. Hal tersebut dinilai telah sangat memadai.
Sistem informasi gizi juga telah menggambarkan kematian balita akibat gizi
buruk. Oleh karena itu, sistem informasi tersebut dinilai sangat memadai.
Perencanaan juga sudah dilakukan di awal tahun untuk mengkoordinasikan
indikator yang diukur sehingga aspek tersebut dinilai memadai. Penilaian
mengenai sumber data dapat dilihat pada tabel 5.7.
71
Tabel 5. 7
Penlaian Sumber Data: Surveilans Gizi
No.
Item
Sangat
Memadai
Memadai
Terdapat
surveilans
yang representatif dalam
mengukur
kegiatan
pembinaan gizi
Terdapat
surveilans
yang representatif dalam
perkiraan
mengenai
kematian akibat gizi
buruk.
Ada pertemuan dan
rencana tahunan untuk
mengkoordinasikan
waktu, variabel yang
diukur dari daerah
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama
sekali
0
Skor
2,7
72
kalo
ada
perubahan
tunggu
waktu
tahun
depan
untuk
mensosialisasikan(Informan A)
.Dalam hal input data tergolong mudahlah(Informan A)
Dalam aspek user friendly dinilai ada tetapi kurang memadai. Hal
tersebut dikarenakan penggunaan pelaporan sistem informasi gizi hanya
73
digunakan pada tingkat Dinas Kesehatan dan tidak digunakan oleh puskesmas
dalam hal memasukan data.
Di Tingkat Dinas Kesehatan, sudah terdapat bank data yang berfungsi
untuk menyimpan data. Bank data dikelola oleh enam orang staf. Fasilitas yang
dimiliki oleh bank data adalah dua buah komputer. Bank data melakukan backup
data setiap satu bulan dimana data di backup kepada seksi yang ada di Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan sesuai dengan jenis datanya dan backup data
pada sebuah komputer. Berikut hasil wawancara mengenai bank data:
data disimpan dalam bentuk soft copy kecuali form tb ada hard dan
soft copy, data dibackup setiap bulan yang dibackup di setiap seksi dan
satu komputer, belum pernah ada penghapusan data disini semenjak
Desember 2012 dan komputer masih cukup(Informan F)
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sudah memiliki bank data yang
dapat diakses semua kalangan sehingga aspek tersebut dinilai sudah memadai.
Kamus data juga sudah terdapat pada pedoman surveilans sehingga berdasarkan
alat penilaian WHO, aspek tersebut dinilai sudah memadai.
Sistem infromasi gizi juga sudah dilengkapi kode khusus dalam tabel
penggabungan data. Berikut hasil wawancara mengenai kode khusus di sistem
informasi gizi:
Pelaporan LB3 masuknya ke seksi lain itu SIK, dibawah bidang
sarana dan prasanaAda kode khusus.(Informan A)
Berdasarkan data yang didapatkan, seperangkat prosedur dianggap
memadai dan diberikan nilai dua. Data yang dapat dilihat oleh semua pihak atau
74
user friendly dinilai satu atau ada tetapi kurang memadai karena puskesmas tidak
bisa menggunakan sistem informasi gizi. Kamus data terdapat pada pedoman
surveilans gizi sehingga aspek tersebut dinilai memadai. Dalam sistem informasi
gizi juga terdapat kode khusus bagi pengguna di tingkat Dinas Kesehatan yang
memiliki otoritas khusus sehingga aspek tersebut dinilai memadai.
Tabel 5. 8
Penilaian Manajemen Data
No.
Item
Ada seperangkat
prosedur tertulis untuk
pengelolaan data
termasuk pengumpulan
data, penyimpanan, dan
analisis
Unit sistem informasi
gizi di tingkat kabupaten
menjalankan data yang
terintegrasi yang berisi
data dari seluruh
populasi dan sumber
data dan memiliki
utilitas yang userfriendly yaitu pelaporan
dapat diakses
kepada khalayak
berbagai pengguna
Pada tingkat daerah, ada
gudang data yang setara
dengan Nasional dan
memiliki utilitas
pelaporan yang dapat
diakses untuk berbagai
pengguna
Terdapat kamus yang
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama
sekali
0
Skor
75
menyediakan definisi
yang komprehensif
tentang data. Definisi ini
meliputi informasi di
bidang-bidang berikut:
(1) penggunaan data
dalam indikator; (2)
spesifikasi metode
pengumpulan yang
digunakan; (3)
periodisitas
Kode pengenal khusus
tersedia untuk
kabupaten untuk
memfasilitasi
penggabungan dari
beberapa database dari
sumber yang berbeda
1,8
76
Puskesmas
Bidan Desa
Posyandu
Sumber: Data Primer, hasil olah wawancara
Dalam pelaporan, terdapat pelaporan bulanan dan semesteran, pelaporan
bulanan mencakup data penimbangan balita, balita gizi kurang dan pemberian
77
ada
bulanan,
ada
semesteranposyandu
sebulan
sekali..(Informan A)
pelaporan tiap bulan(Informan B)
ada pelaporan bulanan, kalo PMT biasanya tiga bulanan, garam
beriodium dua kali setahun, ASI eksklusif itu februari-agustus, klo Fe
cuma pengadaan..(Informan C)
Kita kan nimbang awal bulan, terus kita bikin laporan yang lain juga
kan belum dikumpul akhir bulan(Informan D)
sebulan
sekali,
mengumpulkan
laporan
pas
rakor
akhir
bulan(Informan E)
Pelaporan dinilai ada tetapi kurang memadai karena berdasarkan
wawancara dan observasi, pelaporan dari posyandu dan puskesmas ke Dinas
Kesehatan sudah teratur namun berdasarkan observasi, Dinas Kesehatan tidak
melaporkan data secara teratur melalui SIGIZI. Pengukuran juga dilakukan
setiap satu bulan sekali atau sesuai dengan jadwal posyandu sehingga aspek
tersebut dinilai sangat memadai.
denominator pake proyeksi dari data BPS(Informan A)
Data cakupan yang paling baru sudah digunakan dalam memproyeksi
jumlah balita sehingga aspek tersebut dinilai sangat memadai.
78
.data dibagi pekerjaan, pendidikan orang tua bagi gizi buruk kalo
posyandu biasa engga..(Informan A)
Pemisahan data berdasarkan karakteristik sudah dilakukan sesuai
kebutuhan sehingga aspek tersebut dinilai sangat memadai.
Penilaian terhadap unsur konsistensi dinilai ada tapi kurang memadai.
Hal tersebut karena vaiabel yang ada pada SIGIZI terus mengalami perubahan
oleh Kementrian Kesehatan. Pelaporan juga dinilai sudah memadai karena
pelaporan dilakukan sebulan satu kali. Pengumpulan data dilakukan pada kurun
waktu bulanan, triwulanan dan semesteran. Hal tersebut dinilai sangat memadai
karena sudah sesuai dengan kebutuhan dan prosedur yang ada. Data cakupan dari
BPS mengenai jumlah balita juga menjadi dasar proyeksi sehingga penilaian
terhadap cakupan dinilai sangat memadai. Kebanyakan data yang dikumpulkan
dikategorikan berdasar usia dan jenis kelamin seperti data pemberian vitamin A
dan data penimbangan sedangkan untuk data kasus gizi buruk akan ditelisik
karakteristik ekonomi keluarga dan wilayahnya. Pada kategorisasi data dinilai
sudah cukup memadai karena sesuai kebutuhan data yang diperlukan terutama
untuk kasus gizi buruk.
79
Tabel 5. 9
Penliaian Produk Informasi Kualitas Data
No.
1
2
3
4
Item
Secara
sistematis
ditinjau pada setiap
tingkat
untuk
kelengkapan
dan
konsistensi
terhadap
data yang dilaporkan
melalui sistem informasi
gizi.
Dilaporkan setiap bulan
Diukur setiap bulan
Data cakupan
yang
paling baru menjadi
dasar perkiraan
Estimasi data dipisahkan
oleh: (1) karakteristik
demografis (misalnya,
usia); (2) status sosial
ekonomi
(misalnya,
pendapatan, pekerjaan,
pendidikan); dan (3)
wilayah
(misalnya,
urban/rural,
utama
geografis atau wilayah
administratif)
Total Skor Rata-rata
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
2
3
3
2,4
80
81
No.
1
Item
Pembuat program gizi
di dinas kesehatan
meminta data secara
lengkap, tepat waktu,
akurat, relevan
memperoleh informasi
gizi
Grafik digunakan untuk
menampilkan informasi
yang uptodate dan
mudah dipahami di
dinas kesehatan
kabupaten/kota dan
puskesmas
Peta digunakan untuk
untuk menampilkan
informasi yang uptodate
dan mudah dipahami di
dinas kesehatan
kabupaten/kota
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Skor
Tidak
adekuat
sama sekali
0
82
83
Tabel 5. 11
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Advokasi, Implementasi dan Aksi
No.
1
Item
Dinas kesehatan
menggunakan informasi
gizi untuk manajemen
pelayanan kesehatan,
monitoring dan evaluasi
secara periodic
Informasi gizi ini
digunakan untuk
mengadvokasi adopsi
perilaku berisiko rendah
oleh kelompok rentan
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
2,5
Aspek terakhir yang dinilai pada diseminasi dan penggunaan informasi adalah
pengaturan prioritas dan alokasi sumber daya. Di tingkat Dinas Kesehatan, data yang
ada sudah digunakan untuk alokasi sumber daya. Penggunaan informasi di tingkat Dinas
Kesehatan untuk perencanaan dinilai sudah memadai. Berikut hasil wawancara
mengenai penggunaan informasi dalam alokasi sumber daya:
84
No.
1
Item
Terdapat informasi yang
terbukti digunakan
dalam perencanaan dan
proses alokasi sumber
daya (misalnya, untuk
rencana tahunan
pembangunan yang
terpadu, jangka
menengah, kerangka
pengeluaran rencana
strategis jangka panjang
)
Informasi secara luas
digunakan oleh dinas
kesehatan untuk
mengatur alokasi
sumber daya dalam
proses anggaran tahunan
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
kurang
memadai
1
Tidak
adekuat
sama sekali
0
Skor
85
86
Tabel 5.13.
Skor Kumulatif Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
No.
Nama Unsur
Skor
1.
Sumber Daya
1, 4
2.
Indikator
1, 7
3.
Sumber Data
2, 7
4.
Manajemen Data
1,8
5.
Produk Informasi
2, 4
6.
2, 1
BAB VI
PEMBAHASAN
87
88
Apabila tidak ada sistem informasi gizi maka dapat dipastikan data
yang dilaporkan dari posyandu, puskesmas maupun tingkat Dinas Kesehatan
akan memakan waktu yang cukup lama mengingat kondisi geografis
Indonesia yang berstruktur kepulauan dan sangat luas.
Dalam pelaksanaannya, pelaporan melalui SIGIZI dirasa belum cukup
optimal. Hal tersebut ditujukan dari masih adanya data yang tidak tersedia.
Saat ini, data semesteran bulan Agusutus 2012 mengenai cakupan pemberian
Vitamin A, cakupan pemberian ASI eksklusif serta cakupan penggunaan
garam beriodium belum tersedia. Hal tersebut menandakan masih adanya
masalah di berbagai bidang sehingga menghambat pelaporan kinerja
pembinaan gizi melalui SIGIZI.
6.3 Input Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Gambaran input dalam penelitian ini melingkupi beberapa unsur seperti
sumber daya manusia, peralatan, sarana, kebijakan dan metode yang dibutuhkan
dalam pengelolaan sistem informasi gizi. Kebijakan mengenai pelaksanaan
sistem informasi gizi di tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan belum
tersedia.
Hingga saat ini, pelaksanaan pelaporan melalui sistem informasi gizi diatur
dan berpedoman pada surveilans gizi yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan.
Dalam pedoman itu diatur ruang lingkup kegiatan surveilans gizi, sumber data,
instrumen pengumpulan data, pengumpul data, waktu pengumpulan data,
pengolahan data, mekanisme pelaporan, indikator yang diukur, penyajian
informasi, diseminasi informasi, pemanfaatan informasi hasil surveilans gizi
(Kementerian Kesehatan, 2012).
89
Dengan
adanya
pedoman tersebut,
pembinaan gizi melalui sistem informasi belum dilakukan secara optimal. Hal
tersebut dikarenakan masih ada aspek lain yang belum diatur dalam pedoman
tersebut. Aspek yang belum diatur dalam pedoman tersebut dapat menimbulkan
masalah pada pelaksanaan pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem
informasi gizi.
Masalah yang timbul dalam pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui SIGIZI
diantaranya adalah tidak adanya unit fungsional yang berfungsi mengelola,
menganalisis masalah sistem informasi gizi; tidak adanya pelatihan mengenai
pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui SIGIZI; tidak adanya pembagian
anggaran yang khusus dalam pengelolaan SIGIZI; tidak adanya pembiayaan
maupun tenaga untuk perawatan peralatan yang menunjang pelaksanaan
pelaporan melalui SIGIZI; kinerja pelaporan yang menurun; waktu pelaporan
yang belum diatur secara spesifik; penggunaan informasi yang diatur hingga
seluruh tingkat pelayanan kesehatan.
Oleh karena itu, disamping pedoman yang sudah ada, pemerintah perlu
berkomitmen untuk membuat sebuah kebijakan yang melengkapi pedoman
surveilans yang sudah ada sehingga pelaporan kegiatan pembinaan gizi dapat
dilakukan secara optimal. Perlunya komitmen dari pemerintah daerah baik
DPRD, Walikota maupun Dinas Kesehatan untuk bisa turut serta melaporkan
setiap kegiatannya melalui sistem informasi gizi.
Tidak adanya kebijakan yang secara spesifik mengatur sistem informasi dapat
menyebabkan ketidakpastian dalam ketersediaan data, pertukaran data, kualitas
dan penyebaran informasi. Hal tersebut seperti yang disebutkan oleh WHO.
WHO dalam bukunya yang berjudul Framework and Standards For Country
90
91
92
serta
pemeliharaannya.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
93
94
95
terstruktur jelas dan didasarkan pada kompetensi, masa kerja dan pendidikan
(Royani, 2010)
6.4.2. Sumber Data
Pelaporan pada sistem informasi gizi, pada tingkat posyandu sudah
mengelompokan data berdasarkan usia dan jenis kelamin. Dalam format I
untuk balita dan format II untuk bayi pada posyandu sudah menggolongkan
usia dan jenis kelamin pada bayi dan balita yang ditimbang. Sedangkan pada
laporan bulanan (LB3) puskesmas tidak dipisahkan jenis kelamin pada
sasaran namun hanya terdapat pengelompokan bayi dan balita. Begitu juga di
tingkat Dinas Kesehatan, dalam laporan tahunan program pembinaan gizi
masyarakat terlihat bahwa tidak adanya pengelompokan berdasarkan jenis
kelamin pada pembinaan gizi masyarakat. Menurut Kendall, ketersediaan
data dalam sebuah sistem informasi dipengaruhi oleh kebutuhan data yang
digunakan para pembuat keputusan (Kendall, 2007). WHO juga menyatakan
bahwa informasi dibuat dari susunan sumber data dan jajaran yang luas
daripada stakeholder yang berbeda dalam menggunakan sumber data (WHO,
2008). Dalam hirarki pelayanan kesehatan mulai dari posyandu, puskesmas
hingga Dinas Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda-beda
sehingga memungkinkan adanya kebutuhan data yang berbeda pula.
Sumber data yang didapat pada SIGIZI berasal dari populasi atau
lebih dikenal dengan sebutan population based. Menurut WHO, data yang
bersumber dari populasi menghasilkan data pada semua individu dalam
populasi dimana dapat mencakup total populasi, perwakilan atau sub populasi
(WHO, 2008). Data yang diperoleh pada SIGIZI disebut population based
karena data berasal dari kegiatan posyandu. Menurut Kemenkes, posyandu
96
dalam
penyelenggaraan
pembangunan
kesehatan,
guna
yang
digunakan
dalam
proses
manajemen
data
97
instruksi
kepada
pemakai,
penyiapan
masukan
dan
98
pemberian otoritas sebagai user oleh Dinkes Kota Tangsel, sosialisasi secara
lebih mendalam dan pelatihan untuk memasukan data SIGIZI bagi petugas
gizi puskesmas sehingga puskesmas dapat memasukan data secara mandiri.
Apabila puskesmas sudah dapat memasukan data SIGIZI secara mandiri,
diharapkan dapat meringankan beban kerja Dinas Kesehatan Kota Tangsel
dalam memasukan data SIGIZI. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa
masih sering terjadinya kerusakan pada SIGIZI sehingga menyulitkan
petugas untuk memasukan data kinerja pembinaan gizi ke SIGIZI.
Dinas Kesehatan Kota Tangearang Selatan juga sudah mempunyai
bank data sehingg data yang masuk dari pihak luar dilakukan dengan satu
pintu dan kamus data terdapat pada buku surveilans gizi. Sedangkan
password tersedia untuk bisa mengakses data dan pengolahan data di Sistem
Informasi Gizi.
Password berfungsi untuk membedakan otoritas pengguna sistem
informasi. Pihak yang diberikan password dapat mengakses dan mengolah
data di dalam sistem informasi gizi. Dengan begitu, data tidak bisa diubah
oleh seseorang yang tidak memiliki otoritas. Dalam pengelolaan sistem
informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, petugas yang
memiliki password dan diberikan otoritas untuk mengelola data SIGIZI hanya
pada staf gizi di tingkat Dinas Kesehatan dan tidak diberikan kepada petugas
gizi di tingkat puskesmas.
Berdasarkan
wawancara,
tidak
diberikannya
otoritas
untuk
99
gizi melalui SIGIZI. Pada dasarnya, apabila petugas gizi puskesmas turut
membantu Dinas Kesehatan untuk memasukan data maka akan meringankan
pekerjaan Dinas Kesehatan dalam hal memasukan data sehingga petugas
lebih fokus serta memiliki waktu lebih dalam mengerjakan pekerjaan lainnya.
6.5 Gambaran Output Sistem Informasi Gizi Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan
6.5.1 Produk Informasi
Produk informasi SIGIZI terdiri dari beberapa variabel atau indikator.
Hasil penelitian menunjukan bahwa masih adanya ketidak konsistenan
variabel yang diukur pada SIGIZI. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
kekosongan data atau tidak diisinya variabel baru yang tidak diukur oleh
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Menurut WHO, konsistensi
informasi menunjukan kualitas informasi. Hal tersebut menunjukan bahwa
tidak konsistensinya informasi menunjukan informasi dinilai tidak berkualitas
(WHO, 2008). Produk informasi juga terdiri dari oleh alur pelaporan dan
umpan balik serta koordinasi pelaporan kegiatan pembinaan gizi dapat dilihat
pada bagan 6.1
100
Bagan 6.1
Alur Pelaporan dan Umpan Balik serta Koordinasi Pelaporan Kegiatan
Pembinaan Gizi
101
102
103
104
pedoman yang tetap untuk menentukan kasus gizi buruk dan tindakan
lanjutnya. Keputusan pada tingkat Dinas Kesehatan, dalam penanganan kasus
gizi buruk tergolong tidak terstruktur karena dibutukan analisis laporan yang
diberikan pusksesmas untuk mencari penyebab dan penentuan kasus gizi
buruk sebelum laporan tersebut dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Keputusan tidak terstruktur juga tercermin dari penentuan alokasi sumber
daya dan prioritas kegiatan pembinaan gizi di tingkat Dinas Kesehatan.
6.6 Gambaran Masalah dan Solusi Alternatif Sistem Informasi Gizi Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Mengacu pada kerangka penilaian HMN yang dikeluarkan oleh WHO maka
masalah serta solusi alternatif yang disediakan pada pengelolaan sistem
informasi gizi dapat dilihat pada tabel 6.1
Tabel 6.1
Masalah dan Solusi Alteratif Pengelolaan Sistem Informasi Gizi Dinas
Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Masalah
Solusi Alternatif
Meningkatkan
mengenai
cara
pengelolaan
sistem
komitmen
memberikan
dengan
rekomendasi
Tangerang Selatan.
105
Diperlukan
meningkatkan
Selatan.
dalam
pelatihan
kinerja
memasukan
mengenai
puskesmas
data
kinerja
dalam
pembinaan
mengisi
gizi
data
melalui
SIGIZI.
Adanya
teratur.
kesehatan
Hal
dilatarbelakangi
terebut
oleh
dapat
beratnya
petugas
sehingga
dapat
penambahan
ada
Pemberian
bidan
penghargaan
desa
sehingga
kepada
dapat
106
Belum
pemeliharaan
upaya
adanya
baik
dari
Diperlukan
adanya
penambahan
segi
manusia
dapat
membantu
pemeliharaan
Diperlukan
anggaran
khusus
untuk
pemeliharaan
digunakan
peningkatkan
peralatan
pada
yang
pelaksanaan
di
tingkat
puskesmas
Penyebaran
pedoman
pelaksanaan
pengelolaan
mengenai
sistem
107
Indikator
yang
berubah-ubah
Diperlukan
advokasi
kepada
mengubah
SIGIZI
mendadak
indikator
secara
tidak
lagi
terjadi
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1.Simpulan
7.1.1.Sistem informasi gizi merupakan sistem informasi yang mempermudah
dalam pelaksanaan surveilans gizi. Sistem informasi gizi melingkupi data
puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kementrian Kesehatan. Alur pelaporan data berawal dari posyandu,
puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kementrian Kesehatan. Data yang dilaorkan mencakup enam
indikator yaitu cakupan balita ditimbang berat badannya, cakupan
pemberian tablet Fe pada ibu hamil, cakupan pemberian Vitamin A,
cakupan pemberian ASI eksklusif, jumlah balita gizi buruk yang
mendapat perawatan dan cakupan penggunaan garam beriodium.
7.1.2.Unsur input dalam sistem informasi gizi mencakup sumber daya. Unsur
Sumber daya memiliki nilai 1, 4 yang berarti ada tetapi kurang memadai.
7.1.3.Unsur proses pada sistem informasi gizi melingkupi indikator,
manajemen data dan sumber data. Komponen indikator memiliki nilai
1,7 yang berarti ada tetapi kurang memadai, komponen manajemen data
memiliki nilai 1,8 yang berarti ada tetapi kurang memadai dan sumber
data memiliki nilai 2,7 yang berarti juga sudah memadai.
7.1.4.Output pada sistem informasi gizi yaitu produk informasi dan diseminasi
serta penggunaan informasi. Produk informasi bernilai 2,4 yang berarti
sudah memadai. Sedangkan pada diseminasi dan penggunaan informasi
bernilai 2,1 yang berarti memadai.
108
109
7.2.Saran
7.2.1. Bagi Kementerian Kesehatan
7.2.1.1. Membuat kebijakan sistem informasi kesehatan maupun
sistem informasi gizi yang mengatur secara komperhensif
mengenai pelaksanaan pengelolaan sistem informasi gizi.
7.2.1.2. Memastikan bahwa pedoman yang dibuat oleh Kementrian
Kesehatan tersebar tidak hanya di Tingkat Dinas Kesehatan
Provinsi namun sampai tingkat Puskesmas dengan cara
melakukan pengawasan terhadap indikator input, proses dan
output dalam pelaksanaan pengelolaan SIGIZI.
7.2.1.3. Mengadakan pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi
gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
7.2.1.4. Mempertahankan kegiatan penghargaan serta meningkatkan
kuantitas
maupun
kualitas
penghargaan
kepada
Dinas
110
111
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedua. Jakarta: UI
Press. 2003
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan. 2010
Bank Data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2013
Departemen Kesehatan RI. Sistem Kesehatan Nasional 2009. Jakarta: Departemen
Kesehatan
RI.
2009.
Artikel
diakses
dari
http://www.depkes.go.id/downloads/SKN%20final.pdf pada tanggal 25
April 2013
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan Surveilans Gizi Dan Capaian Indikator
Kegiatan Pembinaan Gizi Di Kabupaten Bogor Tahun 2012. Materi
Review Pelaksanaan Surveilans Gizi tahun 2013
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Laporan Tahunan Gizi. Tangerang Selatan:
Seksi Gizi Dinkes Tangsel. 2012
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang
http://dinkesSelatan.
Tahun
2013.
Artikel
diakses
dari
tangsel.blogspot.com/p/tentang-dinkes.html pada 25 April 2013
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. SOP Pembinaan Wilayah. Tangerang Selatan:
Dinkes Tangsel
Kementerian Kesehatan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Gizi Capaian
Indikator Pembinaan Gizi. Tahun 2013
Kementerian Kesehatan. Petunjuk Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Gizi Capaian
Indikator Pembinaan Gizi. Tahun 2012a
Kementerian Kesehatan. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan. 2012b
Kendall dan Kendall. Analisis dan Perancangan Sistem. Versi Bahasa Indonesia. Edisi
Kelima. Jilid 1. Jakarta: Indeks. 2007
Purwanti, Endah dan Ayubi, Dian. Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Puskesmas
Dan Karakteristik Petugas Dengan Kinerja Petugas Gizi Puskesmas Di
Kabupaten Karawang Tahun 2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2008
Dalam
Pelaksanaan :
Identitas Informan :
Nama
:
Umur
:
Jabatan
:
No. Kontak
:
Keterangan Wawancara :
Hari/Tanggal :
Lamanya
:
Pokok Bahasan :
A. Sumber Daya
1. Personil
Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi
gizi di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan ?
Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?
Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan
pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?
Bagaimana mereka melaksanakan tugasnya?
Jelaskan bagaimana anda menjalankan tugas anda seebagai petugas
pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi?
2. Dana
Dari mana saja anggaran surveilans gizi berasal ?
Dialokasikan kemana saja anggaran tersebut?
3. Sarana
Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung
pelaksanaan sistem informasi gizi ?
Apa saja sarana yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan untuk mendukung kegiatan pelaporan tersebut?
Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana
dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah
memenuhi kebutuhan?
Apakah terdapat pelaksanaan perawatan terhadap sarana?jika ya,
bagaiamana perawatannya?
4. Kebijakan
Apakah ada kebijakan dari pemerintah berupa regulasi mengenai
pelaporan melalui system informasi gizi? Jika ada, dalam
peraturan tingkat apa dan nomor berapa?
Apakah ada kebijakan untuk pertemuan rutin?jika ada, bagaimana
pelaksanannya?
B. Indikator
Apa saja indikator yang terdapat dalam sistem informasi gizi?
C. Sumber Data
Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui website sistem
informasi gizi?
Berasal dari mana data yang dikumpulkan untuk dilaporkan melalui
website sistem informasi gizi? Bagaimana cara memperoleh data dari
tempat tersebut?
Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam
pengisian data yang akan dilaporkan melalui website sistem informasi
gizi?
D. Manajemen Data
1. Pengumpulan Data
Apa saja data yang diperlukan oleh Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan untuk dilaporkan melalui sistem informasi gizi?
Apakah terdapat prosedur tertulisnya?
Berasal dari mana saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui
sistem informasi gizi ?
Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?
2. Penyimpanan Data
Bagaimana penyimpanan data tersebut?
Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?
3. Pengolahan dan Analisis Data
Bagaimana cara pengolahan (entri, koding dll)? Apakah ada proses
tersebut yang dilakukan di tingkat dinas kesehatan?
Bagaimana cara analisis datanya, dalam bentuk apa? Dilakukan
analisis lebih lanjut atau tidak?
Apakah Dinas Kesehatan Kota melakukan analisis? Bagaimana
melakukan analisis data di Dinas Kesehatan Kota?
Bagaimana tindak lanjut langsung dari hasil analisis terhadap hasil
informasi yang diperoleh?
E. Produk Informasi
1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang
dilaporkan melalui sistem informasi gizi?
Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang
terdapat dalam laporan tersebut ?
Waktu pelaporan?
F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Dalam bentuk apa diseminasi informasi disebarkan?
Siapa saja yang menjadi sasaran dalam informasi ini?
Apakah informasi yang diperoleh dari system informasi gizi berpengaruh
dalam pengambilan keputusan di tingkat Dinas Kesehatan?
Informasi apa saja yang digunakan dan dibutuhkan?
Bagaimana menggunakan informasi tersebut?
Pelaksanaan :
Identitas Informan :
Nama
:
Umur
:
Jabatan
:
No. Kontak
:
Keterangan Wawancara :
Hari/Tanggal :
Lamanya
:
Pokok Bahasan :
A. Sumber Daya
1. Personil
Apakah ada tenaga pelaksana yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan sistem informasi gizi di Puskesmas?
Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?
Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan
pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?
2. Dana
Dari mana saja anggaran surveilans gizi berasal ?
Dialokasikan kemana saja anggaran tersebut?
Berapa besar anggaran yang ditujukan untuk pelaksanaan sistem
informasi gizi di Puskesmas ?
Apakah anggaran tersebut mencukupi untuk pelaksanaan sistem
informasi gizi di Puskesmas?
3. Sarana
Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung
pelaksanaan sistem informasi gizi ?
Apa saja sarana yang tersedia di Puskesmas untuk mendukung
kegiatan pelaporan tersebut?
Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana
dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah
memenuhi kebutuhan?
Apakah terdapat pelaksanaan perawatan terhadap sarana?jika ya,
bagaiamana perawatannya?
4. Kebijakan
Apakah ada kebijakan dari pemerintah berupa regulasi mengenai
pelaporan melalui system informasi gizi?
Apakah ada kebijakan untuk pertemuan rutin?jika ada, bagaimana
pelaksanannya?
B. Indikator
Apa saja indikator yang terdapat dalam sistem informasi gizi?
C. Sumber Data
Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui website sistem
informasi gizi?
Berasal dari mana data yang dikumpulkan untuk dilaporkan melalui
website sistem informasi gizi? Bagaimana cara memperoleh data dari
tempat tersebut?
Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam
pengisian data yang akan dilaporkan melalui website sistem informasi
gizi?
D. Manajemen Data
1. Pengumpulan Data
Apa saja data yang diperlukan oleh Puskesmas untuk dilaporkan
melalui sistem informasi gizi?
Apakah terdapat prosedur tertulisnya?
Berasal dari mana saja data yang diperlukan untuk dilaporkan melalui
sistem informasi gizi ?
Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?
Apakah ada kegiatan koordinasi yang dilakukan seksi gizi dengan
pihak puskesmas dalam kegiatan pelaporan kinerja pembinaan gizi
masyarakat?
Apakah ada kendala dalam pengumpulan data yang akan dilaporkan
melalui sistem informasi gizi ?
Apa saja kendala yang dihadapi oleh pihak Puskesmas dalam proses
pengumpulan data yang akan dilaporkan melalui sistem informasi gizi
?
Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi
pada saat pengumpulan data tersebut?
2. Penyimpanan Data
Bagaimana penyimpanan data tersebut?
Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?
3. Pengolahan dan Analisis Data
Bagaimana cara pengolahan (entri, koding dll)? Apakah ada proses
tersebut yng dilakukan di tingkat dinas kesehatan?
Bagaimana cara analisis datanya, dalam bentuk apa? Dilakukan
analisis lebih lanjut atau tidak?
Bagaimana tindak lanjut langsung dari hasil analisis terhadap hasil
informasi yang diperoleh?
E. Produk Informasi
1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang
dilaporkan melalui sistem informasi gizi?
Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang
terdapat dalam laporan tersebut ?
Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, terdapat beberapa
cakupan indikator program gizi, apa saja yang menjadi indikator
program gizi tersebut?
Waktu pelaporan?
F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Dalam bentuk apa diseminasi informasi disebarkan?
Pelaksanaan :
Identitas Informan :
Nama
:
Umur
:
Jabatan
:
No. Kontak
:
Keterangan Wawancara :
Hari/Tanggal :
Lamanya
:
Pokok Bahasan :
A. Sumber Daya
1. Personil
Apakah ada tenaga pelaksana yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan pembinaan gizi
masyarakat?
Siapa yang menjadi tenaga pelaksana tersebut ?
Apakah tenaga pelaksana tersebut sebelumnya telah mendapatkan
pelatihan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi ?
Bagaimana mereka melaksanakan tugasnya?
Jelaskan bagaimana anda menjalankan tugas anda seebagai petugas
pelaporan kinerja pembinaan gizi melalui sistem informasi gizi?
2. Sarana
Apa saja sarana yang dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan dan
pelaporan kegiatan pembinaan gizi masyarakat di Posyandu?
Apa saja sarana yang tersedia di Posyandu untuk mendukung kegiatan
tersebut?
Bagaimana dengan kebutuhan dan ketersediaan terhadap sarana
dalam mendukung pengelolaan sistem informasi gizi? Apakah sudah
memenuhi kebutuhan?
B. Indikator
Apa saja yang harus dilaporkan ke tingkat puskesmas?
C. Sumber Data
Apa saja data yang diperlukan untuk dilaporkan?
Berasal dari mana data yang dikumpulkan tersebut?
Apakah ada formulir tertentu yang dijadikan sebagai acuan dalam
pengisian data yang akan dilaporkan?
D. Manajemen Data
1. Pengumpulan Data
Apa saja data yang diperlukan oleh Kader untuk dilaporkan kepada
TPG?
Kegiatan apa saja yang dilakukan kader untuk mendapatkan data
tersebut?
Bagaimana mekanisme pengumpulan data tersebut berlangsung ?
Apakah ada kendala dalam pengumpulan data yang akan dilaporkan
kepada TPG ?
Apa saja kendala yang dihadapi oleh kader dalam proses
pengumpulan data yang akan dilaporkan kepada TPG?
Apa saja yang dilakukan dalam mengatasi kendala yang dihadapi
pada saat pengumpulan data tersebut?
2. Penyimpanan Data
Bagaimana penyimpanan data tersebut?
Dalam bentuk apa data tersebut disimpan?
3. Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat
Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kader dalam rangka kegiatan
pembinaan gizi masyarakat di posyandu?
E. Produk Informasi
1. Laporan Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
Bagaimana bentuk laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat yang
dilaporkan kepada TPG?
Dalam laporan kinerja pembinaan gizi masyarakat, apa saja data yang
terdapat dalam laporan tersebut ?
Waktu pelaporan?
F. Diseminasi dan Penggunaan Informasi
Dalam bentuk apa informasi disebarkan?
Siapa saja yang menjadi sasaran dalam informasi ini?
Apakah informasi yang diperoleh berpengaruh dalam pengambilan
keputusan di tingkat posyandu?
Informasi apa saja yang digunakan dan dibutuhkan?
Bagaimana menggunakan informasi tersebut?
PANDUAN OBSERVASI
KOMPONEN SUMBER DAYA (SARANA)
Bag/Sub.Bag : ...........................................................
JENIS
BARANG
KOMPUTER
SOFTWARE
FORMULIR
LAINNYA
TIDAK ADA
JUMLAH
ADA
JENIS/SPESIFIKASI
KENDALA
Alat Penilaian Sistem Informasi Gizi Berdasarkan Alat Penilaian Health Metric Network (WHO) Yang Disesuaikan
Sangat Memadai
3
Regulasi
mencakup seluruh
aspek yang ada
(pencatatan vital,
penyakit yang
harus dilaporkan,
data swasta,
kerahasiaan dan
prinsip dasar
statistik) dan
bersifat memaksa
Ada kegiatan rutin untuk Ya, dan diadakan
pemantauan kinerja sistem
secara teratur
informasi gizi dari berbagai
subsistem, mulai dari dinas
kesehatan sampai ke puskesmas
Dinas Kesehatan
Kabupaten/kota memiliki
regulasi yang up-to-date berisi
kerangka kerja untuk sistem
informasi gizi
Memadai
2
Regulasi
mencakup
beberapa
aspek
yang ada
dan
bersifat
memaksa
Ya, tapi
jarang
digunakan
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak ada
regulasi
Tidak ada
Kebijakan ada,
Tidak ada
tetapi tidak
kebijakan
diimplementasikan,
tidak ada kebijakan
tetapi ada
Skor
teratur
Total Skor Rata-rata
pertemuan
Sangat
Memadai
Memadai
Unit
Unit
berfungsi
berfungsi
dnegan
tetapi
sumber
sumber
daya yang
daya
cukup
kurang
Kapasitas
Kapasitas
cukup yang
cukup
telah
yang telah
dilakukan
dilakukan
sebagai
namun
bagian
tergantung
perencanaan dukungan
pemerintah
pihak
dalam
eksternal
pengemban
gan SDM
Ya, terdapat
Dana
dana alokasi
alokasi
untuk
terbatas
Tidak adekuat
sama sekali
Unit memiliki
fungsi yang
sangat terbatas
dalam kapasitas
dan kegiatan
Kapasitasi
terbatas
Tidak ada
kapasitasi
Dana alokasi
terbatas dan tidak
cukup
Skor
mendukung
secara kuat
dalam
berfungsiny
a sistem
namun
cukup
untuk
mendukun
g
berfungsin
ya sistem
Total Skor Rata-rata
mendukung
dalam
berfungsinya
sistem
Tersedianya komputer di
tingkat dinas kesehatan kota
dan puskesmas untuk
pelaksanaan sistem informasi
gizi
Sangat
Memadai
3
Ya, Formulir,
kertas, pensil
dan
perlengkapan
lainnya selalu
tersedia untuk
mencatat
kinerja
pembinaan
gizi
masyarakat
Ya, tersedia
komputer di
dinkes dan
puskesmas
untuk tujuan
Memadai
2
Kadang stok
tidak tersedia
tetapi tidak
berpengaruh
pada kegiatan
Tersedia lebih
dari 50%
untuk tujuan
tersebut
Ada tetapi
kurang memadai
1
Kadang stok
tidak tersedia dan
berpengaruh
terhadap kegiatan
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak
mempunyai
sarana
Skor
tersebut
Ya, terdapat
Ya, terdapat
peralatan TI di peralatan TI di
dinas
dinas
kesehatan
kesehatan
kabupaten/kota kabupaten/kota
dan seluruh
dan 50%
puskesmas
puskesmas
untuk
untuk
pelaksanaan SI pelaksanaan SI
gizi
gizi
Ya, terdapat
Ya, terdapat
dukungan
dukungan
pemeliharaan
pemeliharaan
di dinas
di dinas
kesehatan dan kesehatan dan
seluruh
50%
puskesmas
puskesmas
Total Skor Rata-rata
Ya, terdapat
peralatan TI di
dinas kesehatan
kabupaten/kota
dan kurang dari
50% untuk
pelaksanaan SI
gizi
Ya, terdapat
dukungan
pemeliharaan di
dinas kesehatan
dan kurang dari
50% puskesmas
Terdapat hanya
di tingkat dinas
kesehatan
kabupaten/kota
Item
Sangat
Memadai
3
Ya, Indikator
inti
minimum
Memadai
2
Indikator inti
minimum
Nasional
Ada tetapi
kurang memadai
1
Sedang
dilakukan
diskusi untuk
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak ada
proses inisiasi
dan tidak ada
Skor
Nasional
telah
diidentifikasi
untuk tingkat
daerah,
meliputi
semua
kategori
indikator
kinerja
pembinaan
gizi
Ya, semua
indikator
mengacu
pada MDG
telah
diidentifikasi
untuk tingkat
daerah, tidak
meliputi
semua
kategori
indikator
kinerja
pembinaan
gizi
Tidak semua
namun 50%
sudah
termasuk
dalam MDG
Pelaporan
Pelaporan
secara
tidak regular
regular
tapi komplit
atau
pelaporan
regular tapi
tidak komplit
Total Skor Rata-rata
mengidentifikasi identifikasi
indikator inti
data
Kurang dari
50% termasuk
dalam MDG
Tidak ada
kesesuian
indikator
dengan MDG
Sangat
Memadai
Memadai
Ada tetapi
Tidak
kurang memadai adekuat sama
Skor
sekali
3
1
Terdapat
surveilans
yang
representatif
dalam
mengukur
kegiatan pembinaan gizi
Terdapat
surveilans
yang
representatif
dalam
perkiraan
mengenai kematian akibat gizi
buruk.
Ada pertemuan dan rencana tahunan
untuk mengkoordinasikan waktu,
variabel yang diukur dari daerah
Ya
Tidak
70-89%
50-69%
Less than
50%
Terdapat
rencana tetapi
tidak komplit
dan atau grup
koordinasi tetapi
tidak efektif
Tidak ada
grup
koordinasi
dan tidak ada
rencana
jangka
panjang
90% or more
Ya, terdapat
mekanisme
dan
perencanaan
koordinasi
untuk seluruh
indikator gizi
Koordinasi
dan rencana
koordinasi
jangka
panjang
untuk
,mengkoord
inasikan
beberapa
indikator
2
Ya, tertulis
Ya,
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak adan
Skor
prosedur
melingkupi
semua langkah
dalam
manajemen data
dan
implementasi
tertulis
seperangk
at
prosedur
manajeme
n data,
tetapi
hanya
sebagaian
diimpleme
ntasi
Ya, terdapat data
Ya,
yang dapat
terdapat
diakses oleh
data pada
seluruh
tingkat
pemerintahan
nasional
terkait dan
kesehatan
partner lain
namun
kegunaan
pelaporan
terbatas
Ya, terdapat
Ya,
gudang data
terdapat
pada tingkat
data
wilayah yang
nasional
dapat diakses
tetapi
semua kalangan kegunaan
termasuk
terbatas
pengguna pada
puskesmas
prosedur
manajemen tetapi
tidak
diimplementasikan
prosedur tertulis
Ya, terdapat
kamus dengan
tiga kegunaan
Ya,
terdapat
kamus
dengan
dua
kegunaan
Terdapat kode
khusus yang
digunakan untuk
database yang
berbeda atau
terdapat tabel
untuk
menggabungkan
Terdapat
kode yang
digunakan
untuk
database
berbeda
dan kerja
dibutuhka
n untuk
harmonisa
si melalui
database
atau
membuat
tabel yang
menghubu
ngkan
untuk
menggabu
ng data
Terdapat kode
tetapi tidak cocok
diantara database
yang berbeda
Tidak tersedia
5
6
Sangat
Memadai
3
Tidak ada
perbedaan
secara besar
dalam
konsistensi dan
Memadai
Tidak
semua
tingkatan
melapor
setiap bulan
2
Beberapa
perbedaan
konsistensi
Ya
Berdasar
populasi
Ketiga criteria
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak dapat
digunakan
Tidak dilaporkan
Tidak
dilaporkan
Tidak
Sampel
Lokal studi
Dua criteria
Satu criteria
Tidak dapat
digunakan
Tidak dapat
digunakan
Skor
Sangat
Memadai
3
Ya
Ya, dinas
kesehatan dan
semua
puskesmas
Memadai
2
Ya, tetapi
tidak
mempunyai
skil untuk
penilaian
Ya di dinas
kesehatan
tetapi tidak
semua
puskesmas
Ya, dinas
Ya di dinas
kesehatan dan
kesehatan
semua
tetapi tidak
puskesmas
semua
puskesmas
Total Skor Rata-rata
Tidak adekuat
sama sekali
0
Permintaan tidak
berarti
Hanya di dinas
kesehatan
Skor
Sangat
Memadai
3
Informasi
kesehatan
digunakan oleh
semua
pimpinan
semua tingkat
untuk
manajemen
pelkes,
monitoring dan
evaluasi
periodic
Indikator
digunakan
secara
sistematis dan
disesuaikan
untuk kelompok
beresiko dan
rentan
Memadai
2
Informasi
kesehatan
digunakan
oleh dinas
kesehatan
tidak pada
tingkat
puskesmas
Beberapa
indikator
secara
teratur
digunakan
tetapi tidak
disesuaikan
untu
kelompok
rentan
Total Skor Rata-rata
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak digunakan
Hanya digunakan
untuk keperluan
khusus
Tidak digunakan
Skor
Penilaian Diseminasi dan Penggunaan Infomasi: Perencanaan, Pengaturan Prioritas,Alokasi Sumber Daya
Item
Sangat
Memadai
3
Ya, secara
sistematis
digunakan
dengan metode
dan target
sesuai diantara
kerangka
perencanan
yang berbeda
Memadai
2
Kadang
digunakan
untuk tujuan
diagnostic untuk
menggambarkan
masalah atau
tantangan
kesehatan, tetapi
tidak sesuai
digunakan
untuk kerangka
perencanaan
yang berbeda
Proposal
Beberapa target
keuangan
atau beberapa
dibuat
proposal dibuat
berdasarkan
berdasar
informasi
informasi
Total Skor Rata-rata
Tidak adekuat
sama sekali
0
Tidak pernah
digunakan
Skor