Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitogenital saja, tetapi dapat juga secara
orogenital, atau anogenital,sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak
terbatas hanya pada daerah genital saja,tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital.
Kondiloma akiuminata merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang
disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Dunia kedokteran akhir- akhir ini menaruh perhatian terhadap kenaikan insidens
Kondiloma Akuminata (KA), mengingat telah diketahui adanya hubungan antara penyebab KA
terutama HPV subtype 16, 18 dengan lesi invasive atau prakanker serviks, vagina, vulva, anus,
dan penis. Epidemiologi KA analog dengan Herpes Genital, prevalensi infeksi subklinis jauh lebih
besar dibandingkan infeksi klinis. Dengan pemeriksaan penyaring didapat hasil prevalensi KA
sebesar 5-19% pada wanita yang datang diklinik KB dan klinik universitas, serta 27% pada wanita
yang datang di klinik IMS. Di Amerika Serikat dari 122 juta penduduk berusia 15-49 diperkirakan
lebih dari 1% yang menderita KA dan 2% yang subklinis. Di Swedia dengan menggunakan tehknik
PCR didapatkan prevalensi KA terutama HPV tipe 6 atau 16 sebesar 84% pria yang datang di
klinik IMS. Di Indonesia, prevalensi KA di masyarakat berkisar 5 19% dan pada pasien klinik
IMS sebesar 27%.

Insidens KA dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang mempermudah transmisi KA.
Para peneliti mengemukakan bahwa factor risiko KA adalah umur muda, status janda, ras,
pendidikan rendah, lama menjadi PSK, umur saat hubungan seksual pertama kali, kontrasepsi oral,
riwayat paritas, banyaknya jumlah mitra seksual, jarang menggunakan kondom, merokok,
konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, ada riwayat KA, ada riwayat servisitis, ada riwayat herpes
genitalis, ada riwayat IMS lain, ada riwayat penyakit imunosupresif, kebiasaan tidak cuci tangan,
kebersihan genital perorangan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI & FISIOLOGI KULIT
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan. Kulit yang merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, membungkus otototot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan tidak berujung pembuluh
darah, saraf dan kelenjar, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit.
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap
infeksi bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan
seluruh kulit, maka cairran tubuh yang penting akan menguap dan lektrolit-elektrolit akan
hilang dalam beberapa jam saja, contoh dari keadaan ini adalah pasien luka bakar. Secara
mikroskopik kulit terdiri atas tiga lapisan : epidermis, dermis dan lemak subkutan. Lapisan
epidermis terdiri atas stratum korneum, stratum lucidum, stratum granulosum, stratum
spinosum, dan stratum basale. Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang
paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati. Stratum lusidum berada
tepat di bawah stratum korneum memiliki sel gepeng tanpa inti yang berubah menjadi
protein (eleidin). Stratum granulosum mengandung 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan
ditoplasma berbutir kasar dengan inti diantaranya. Dan stratum spinosum terdiri atas
beberapa sel yang berbentuk polygonal yang besarnya berbeda karena ada proses
mitosis.serta stratum basale yang terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang
tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar(palisade).

Dermis terletak tepat dibawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen,
kolagen dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Matriks kulit
mengandung pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada
epidermis yang sedang tumbuh. Disekitar pemuluh darah yang kecil terdapat limfosit,
histiosit, sel mast yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing.
Dibawah dermis terdapat lapisan kulit ketiga yaitu lemak subkutan. Lapisan ini
merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahakankan suhu tubuh dan tempat
penyimpanan energi. Dari sudut kosmetik, lemak subkutan ini mempengaruhi daya tarik
seksual kedua jenis kelamin.
Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Kelenjar kulit
terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat yaitu ekrin dan apokrin dan
glandula sebasea.
Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu
tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan fungsi keratinisasi. Pada
manusia kulit dapat pula mengeksprepsikan emosi karena adanyapembuluh darah, kelenjar
keringat, dan otot-otot di bawah kulit.

B. PENGERTIAN
Kondiloma akuminata ialah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu,
bertangkai dan permukaannya berjonjot.

C. ETIOLOGI
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA yang
tergolong keluarga virus Papova. Sampai saat ii telah dikenal sekitar 70 tipe HPV, namun
tidak seluruhnya dapat menyebabkan Kondiloma Akuminata. Tipe yang pernah ditemui
pada Kondiloma Akuminata adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52,
dan 56.
Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe
16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks.
Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada Kondiloma Akuminata dan Neoplasia
intraephitelial serviks derajat ringan.

D. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (P.H.S). Frekuensinya
pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi kontak kulit langsung.

E. MANIFESTASI KLINIS
Masa inkubasi KA berlangsung antara 1 8 bulan (rata-rata 2 3 bulan). HPV
masuk ke dalam tubuh melalui mikro lesi pada kulit, sehingga KA sering timbul di daerah
yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual.
Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulcus coronaries,
frenulum, dan batang penis, sedangkan pada wanita adalah fourchette posterior,
vestibulum.
Untuk kepentingan klinis maka KA dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Bentuk akuminata
2. Bentuk papul
3. Bentuk datar (flat)

Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ketiga
bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan.

1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu
membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang
besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami flour albus dan pada wanita
hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu.

2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati didaerah dengan keratinisasi sempurna, seperti
batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal, dan perineum. Kelainan berupa
papul dengan permukaan yang halus dan licin, multiple, dan tersebar secara diskret.

3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai macula atau bahkan sama sekali tidak
tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan
test asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui
berhubungan dengan keganasaan pada genitalia, yaitu :

1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein


Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan
derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan
ditemukannya HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada
penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang
besar bersifat invasive local dan tidak bermetastasis. Secara histologi giant
condyloma tidak berbeda dengan kondiloma akuminata. Giant condyloma ini
umumnya refrakter terhadap pengobatan.

2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat
berkonfluens menjadi plakat. Adapula lesi yang berbentuk macula eritematousa dan
lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multiple dan kadangkadang berpigmentasi. Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid
biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran histopatologi mirip
penyakit Bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan
sebagian mitotic atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang
menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klins. Pada lesi yang meragukan
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan :

Tes asam asetat : bubuhkan asa asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang

dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah wara menjadi putih
(acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah perianal perlu waktu lebih lama
(sekitar 15 menit).

Kolposkopi : merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian

kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bagian penyakit kulit.


Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat lesi KA subklinis, dan kadangkadang dilakukan bersama dengan tes asam asetat.

Pemeriksaan histopatologi : pada KA yang eksofitik, pemeriksaan dengan

mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete


ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada
sitoplasma (koilositosis).

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama dengan warna
kulit.

2. Kondiloma latu
Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosi, ditemukan banyak Spirochaeta
pallidum.

3. Karsinoma sel skuamosa


Vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau.

H. PENGOBATAN
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit disekitarnya dilindungi dengan
vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6 jam dicuci. Jika belum ada
penyembuhan dapat diulang setelah 3 hari. Setiap kali pemberian jangan melebihi
0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah,
nyeri abdomen, gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat
juga terjadi supresi sum-sum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia.
Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang
baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang
baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang berbentuk pipih.
b. Asam triklorasetat
Digunakan

larutan

dengan

konsentrasi

50%

dioleskan

setiap

minggu.

Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam.


Dapat diberikan pada wanita hamil.
c. 5- fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim,dipakai terutama pada lesi di meatus
uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak
miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
3. Bedah beku (N2,N2O cair)

4. Bedah skalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut,bila dibandingkan
elektrokauterisasi.
6. Interferon
Dapat diberikan dalam bentuk suntikan(i.m. atau intralesi) dan topical (krim).
Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 Mu.i.m.3 kali seminggu selama 6 minggu
atau dengan dosis 1-5 Mu i.m. selama 10 hari berturut- turut.
7. Immunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama dengan imunostimulator.

I. PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif,prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari,misalnya
hygiene,adanya flour albus atau kelembaban pada pria akibat tidak disirkumsisi.

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT
DESEMBER 2014

KONDILOMA AKUMINATA

OLEH :

1. NUR FAUZIAH AGUSSALIM


2. ICHSANIAR AMALIA
3. ULFAYOSI SONIA PUTRI

PEMBIMBING :
dr. Amal Alamsyah M.Si,Sp.KK

Anda mungkin juga menyukai