Anda di halaman 1dari 13

Buku-Buku Ahlussunnah Wal Jamaah

Assalamualaikum,
Mengingat banyaknya pemahaman wahabi dan salafi yang meluas di masyarakat, dan tidak
banyaknya masyarakat yang mendapatkanpemahaman yang benar akan semua ibadahibadah sunah yang dilakukan, maka saya merekomendasikan untuk kita membaca bukubuku terkait ibadah-ibadah sunah yang menjadi perdebatan dimasyarakat. Bukubuku ini sangat penting dimiliki untuk lebih meyakinkan kita dan keluarga dalam menjalan
kan ibadah, serta sebagai wawasan dalam menjawab pertanyaan dari orang-orang wahabi
yang sering muncul dilingkungan keluarga, kantor dan masyarakat. Berikut adalah bukubuku yang dimaksud:

Di negeri kita bahkan hampir di seluruh dunia Islam, ada sebuah fenomena tentang
Mazhab Wahabi, berawal dari dakwah tauhid yang diajarkan oleh Syeikh Muhammad
binAbdul Wahab at-Tamimi yang lahir pada tahun 1111 H da wafat tahun 1206 H. Banyak
ulama yang mengecam doktrin Wahabi karena melakukan pemusyrikan dan pengkafiran
terhadap seama Muslim yang tidak sependapat dengannya. Di antaranya ialah Syeikh
Muhammad Hasan Shadiq Khan (seorang Salafy) yang secara terang-terangan
menyatakan bahwa Ahli HAdis telah berlepasdiri dari Wahabiyah karena bersikap keras dan

gegabah dalam mencucurkan darah suci kaum Muslim. Tentu saja, Mazhab Wahabi
mempunyai alasan dan dalil untuk melakukan itu semua. Lalu, bagaimanakah seharusnya
kita menyikapi itu semua? Apakah Mazhab Wahabi dapat dibenarkan? Bagaimana
hukumnya jika kita mengikuti ajaran Wahabi? Dalam buku ini, penulis menguraikan dengan
gamblang fenomena tentang Mazhab Wahabi secara obyektif. Semuanya dikemukakan
dalam buku ini tanpa ada yang ditutup-tutupi. Detail dan akurat. Dengan penjelasan dan
analisis Abu Salafy yang tajam disertai dengan data-data lengkap, kita bisa mendapatkan
pemahaman yang tepat mengenai keduduan Mazhab Wahabi di dalam Islam. Kaum
musyrik zaman kita (maksudnya adalah kaum Muslim dari keompok lain yang berbeda
dengannya) itu lebih kafir dari kaum kafir Quraisy Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab
at-Tamimi, pendiri Mazhab Wahabi

Buku kecil ini adalah kumpulan artikel (tentunya dengan sedikit penyempurnaan) yang kami
tulis dalam blog kami dalam rentang waktu yang tidak sebentar. Ini adalah buku kedua
AbuSalafy dan insya Allah akan disusul oleh buku-buku lanjutan. . Jika buku pertama lebih
menyoroti klaim monopoli kebenaran Salafi Wahabi dan doktrin kekerasan dan ekstrimisme,
maka buku kedua ini akan membongkar berbagai sisi kepalsuan klaim Salafi Wahabi bahwa
mereka adalah PEWARIS mazhab Salaf Shaleh.

Bagi para pencari kebenaran, buku ini hadir sebagai penghapus dahaga mereka. Di
dalamnya telah terhimpun berbagai dalil yang mendasari berbagai amalan salaf yang sering
dipertanyakan oleh sebagian kecil umat Islam yang terlalu fanatik pada ajarannya.

Karenanya buku ini sangat cocok bagi semua orang yang mencintai amalan salaf, amalan
para wali dan bagi mereka yang mencari kebenaran sejati. Buku ini selain memberikan
dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, juga banyak memberikan informasi, pandangan serta
penjelasan ulama-ulama besar dan terkemuka seputar permasalahan bidah dan amalan
para wali. Setiap paragraf berisi informasi ilmiah dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Anda bahkan akan menemukan begitu banyak contoh-contoh
bidah hasanah yang dilakukan oleh para sahabat di zaman Rasulullah saw maupun
sepeninggal beliau saw. Buku ini menjadi sangat menarik karena seakan ia membawa kita
ke zaman Rasulullah saw dan para sahabat beliau saw. Buku ini disusun oleh seorang
ustad, dai plus penulis muda yang sangat produktif. Yaitu Al Ustad Al Habib
Noval bin Muhammad Alaydrus.

Sebagian golongan dari umat Islam mengklaim dirinya yang paling benar dan paling murni
dalam menjalankan ajaran Islam. Mereka menuduh dan melontarkan kata syirik, bidah,
sesat bahkan kafir kepada sebagian muslim yang lainnya. Namun, benarkan tuduhan
mereka itu? Buku ini akan menjelaskan sekaligus menyanggah anggapan-anggapan yang
salah tersebut. Dalam buku ini akan dikupas tuntas masalah: Bidah, ziarah kubur, talqin
mayit, tawassul, tabarruk, taklid kepada ima m madzhab, amalan-amalan khusus pada
bulan Rajab dan Syaban, peringatan keagamaan, berjabat tangan antara wanita dan lakilaki, wasiat nabi, dan masih banyak lagi lainnya. Buku ini juga mengungkap fakta dan
kenyataan bahwa banyak riwayat-riwayat serta dalil yang jelas yang akan memberikan
pencerahan kepada umat Islam

Bagi para pencari kebenaran, buku ini hadir sebagai penghapus dahaga mereka. Di
dalamnya telah terhimpun berbagai dalil yang mendasari berbagai amalan salaf yang sering
dipertanyakan oleh sebagian kecil umat Islam yang terlalu fanatik pada ajarannya.

Karenanya buku ini sangat cocok bagi semua orang yang mencintai amalan salaf, amalan
para wali dan bagi mereka yang mencari kebenaran sejati. Buku ini selain memberikan
dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, juga banyak memberikan informasi, pandangan serta
penjelasan ulama-ulama besar dan terkemuka seputar permasalahan bidah dan amalan
para wali. Setiap paragraf berisi informasi ilmiah dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Anda bahkan akan menemukan begitu banyak contoh-contoh
bidah hasanah yang dilakukan oleh para sahabat di zaman Rasulullah saw maupun
sepeninggal beliau saw. Buku ini menjadi sangat menarik karena seakan ia membawa kita
ke zaman Rasulullah saw dan para sahabat beliau saw. Buku ini disusun oleh seorang
ustad, dai plus penulis muda yang sangat produktif. Yaitu Al Ustad Al Habib Noval
bin Muhammad Alaydrus.

Api abadi sesembahan kaum Majusi yang telah menyala seribu tahun padam seketika.
Pilar-pilar kokoh istana Kisra Persia pun tumbang berjatuhan. Dan banyak lagi, Walhasil,
alam bergemuruh, menyambut kelahiran Nabi SAW sedemikian rupa. Puluhan tahun
kemudian, ada sahabat bertanya mengapa beliau berpuasa di hari Senin. Itulah hari
kelahiranku dan hari aku diutus, jawab beliau. Itulah cara beliau memperingati hari
lahirnya. Beliau mensyukurinya dengan berpuasa, bahkan di setiap pekan. Waktu berputar.
Sumber-sumber sejarah mencatat beberapa versi terkait pihak yang awal mula merayakan
maulid secara terbuka, pasca-era Nabi. Salah satu sumber mutamad, At-Tarikh karya ibnu
Katsir, menyebut nama Al-Muzhaffar Abu Said Kaukabri (wafat 630 H). Kala itu kisah hidup
Nabi diperdengarkan, keluhuran akhlaq beliau disebut-sebut, shalawat bergema silih
berganti, hadirin dijamu layaknya tamu yang mesti dihormati. Meski hanya setahun sekali,
inilah salah satu cara umat yang ingin mensyukuri kelahiran Sang Rahmatan lil alamin. Di
hati pecinta, sungguh ini kenikmatan tiada tara. Terlepas dari berbagai versi sejarah itu,
gagasan mengumpulkan orang dalam sebuah majlis Maulid nyatanya disambut baik oleh
ulama, para pewaris anbiya, seperti halnya shalat tarawih berjamaah yang digagas Umar
bin Khaththab RA, yang terus dilestarikan orang dari zaman ke zaman, di belahan bumi
Islam timur dan barat. Sebut saja Ibnu Hajar (penyusun kitab syarah Shahih Al-Bukhari)
atau An-Nawawi (penyusun kitab syarah Shahih Muslim), dua dari sekian banyak ulama
yang telah menjelaskan pada umat hujjah-hujjah syari amaliyah Maulid Nabi. Mereka
bukan sembarang tokoh, dua kitab syarah mereka itu menjadi rujukan terpenting untuk
memahami hadist-hadist shahih Rasulullah SAW. Belum lagi As-Suyuthi (penyusun kitab
tafsir Al-Jalalain, bersama Al-Mahalli, dan sekitar 500 karya berbobot lainnya), yang sampai
menyusun kitab khusus berisi perkara penting ini: Husn al-Maqshad fi Amal al-Maulid.
Waktu terus berputar. Hingga datang satu kaum yang merasa paling murni tauhidnya dan
benar mutlak pendapatnya menghukumi Maulid dengan tergesa-gesa. Hemat mereka,

Maulid itu tak bersumber dari agama, termasuk amalan bidah, tradisi paham yang sesat,
menyerupai kebiasaan orang kafir, dalil-dalilnya dipaksakan, jamuan yang dihidangkan
haram, memuji-muji Nabi di dalamnya menjurus syirik, dan kelak para pelaku bidah ini
menjadi ahli neraka. Semua itu utamanya bermodalkan dalil, Tiap yang baru adalah bidah,
setiap bidah itu sesat, dan setiap yang sesat itu ada di neraka dan rumusan Ibn Taimiyah,
Sekiranya suatu amalan itu baik, niscaya salaf lebih dulu mengamalkannya. Benarkah
demikian? Sesederhana, sedangkal dan sekaku itukah agama yang agung ini menilai
amaliyah umatnya, hingga menempatkan kaum muslimin sejak dulu bagai sekumpulan
orang-orang sesat dan para ulamanya bak orang-orang bodoh yang tak paham hadist Nabi
SAW atau para pembangkang atas syariat yang beliau gariskan? Selamat menyimak isi
buku ini. Hati manusia tidaklah lebih panas dari api abadi Majusi atau sekeras pilar istana
persi. Semoga Allah SWT menyadarkan kita semua dari rasa angkuh dalam memahami
kebenaran dan dalam mengikutinya. Amiin..

Dalam buku ini anda akan diajak untuk mengenali aliran-aliran yang ada di Indonesia serta
aspek-aspek penyimpangannya. Pada bagian kedua dikupas masalah-masalah yang kerap
diperdebatkan antara warga NU dengan aliran-aliran baru seperti Majlis Tafsir Al-Qur'an
(MTA), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Salafi-Wahhabi dan yang satu varian
dengan mereka. Di bagian akhir terdapat tanya jawab seputar tarekat sufi, sebagai penegas
amaliah tarekat sufi tidak bertentangan dengan syariat. Buku ini diharapkan sanggup
menjadi BENTENG AHLUSSUNAH WAL JAMAAH dari serangan aliran-aliran dan faham
yang saat ini marak dan berbeda dengan mayoritas umat.

Buku ini ditulis sebagai keprihatinan atas maraknya aksi sekelompok kecil umat Islam yang
gemar menuduh bidah amalan kelompok umat Islam mainstream dan sekaligus sebagai
jawaban atas tuduhan tuduhan mereka itu. Amalan amalan yang mereka tuduhkan sesat itu

ternyata banyak dilakukan oleh para ulama yang tergolong dalam kelompok Ahlus Sunnah
Wal Jamaah. Pertanyaannya, apakah mereka para ulama yang shalih itu tidak mengetahui
bahwa amalan amalan yang mereka lakukan itu bidah? Simak jawabannya dan apa saja
alasan ulama ulama itu?

Sejak tahun 2008 tim LMB NU Jember Jawa Timur seringkali diminta mengisi pelatihan dan
internalisasi aswaja di kalangan warga nasdliyin di berbagai level. Tidak jarang, dalam
acara-acara tersebut dilakukan debat terbuka dengan mendatangkan tokoh-tokoh salafi.
Dari sekian banyak perdebatan itu, akhirnya penulis tertarik untuk membukukannya dalam
buku ini. Selain itu, buku ini juga memasukkan kisah-kisah perdebatan para ulama dulu
dengan kaum Wahhabi, seperti dialok terbuka Sayid Alwi Al-Maliki vs Syaikh Ibn Sadi di
Masjidil Haram, dialog terbuka Syaikh al-Syanqithi dengan ulama Wahhabi tuna netra,
dialog al-Hafidz Ahmad Al-Ghumari di Makkah al-Mukarramah, dialog Syaikh Salim Alwan
vs Dimasyqiyat di Australia, serta kisah-kisah dialog teman-teman yang pernah terlibat
langsung dalam sebuah dialog dengan kaum Wahhabi. Dengan harapan buku ini menjadi
panduan dalam berdialog dengan aliran Wahhabi yang dewasa ini menamakan dirinya
dengan aliran Salafi.

Majalah Qiblati edisi Rajab 1423 H/Juni 2011 M, memuat artikel bantahan Syaikh Mamduh
terhadap Buku Pintar Berdebat Dengan Wahabi seputar kisah dialog as-Sayyid Alwiy alMaliki dengan Syaikh Ibnu Sa'di, ulama terkemuka kaum Wahabi. Oleh karena itu, penulis
berupaya meluangkan waktu seraya memohon pertolongan kepada Allah, untuk menulis
jawaban ilmiah terhadap majalah Qiblati. Hal ini dilakukan agar tidak ada keraguan di
kalangan kaum Muslimin bahwa ajaran Wahabi memang benar-benar ajaran batil dan harus
diwaspadai. Tentu saja, dalam buku ini penulis hanya bermaksud menanggapi pernyataan
Syaikh Mamduh yang memiliki bobot ilmiah agar tidak mengatakan syubhat ilmiah.

Sedangkan pernyataan beliau yang jauh dari bobot ilmiah dan hanya bernilai retorika
belaka, penulis memilih untuk tidak melayaninya... Sepertinya Syaikh Mamduh agak
terpengaruh dengan kaum Syiah dalam upaya menepis riwayat kelompok yang menjadi
lawan ideologinya. Bagi kami, Wahabi tidak ada bedanya dengan Syiah, dalam hal
mengkafirkan kaum Muslimin di luar golongannya, karena ketidaktahuan mereka terhadap
ajaran Islam yang murni dan diamalkan oleh generasi salaf.

Bagaimana sesungguhnya aliran Salafi Wahabi sehingga begitu kontroversial bagi


kalangan kaum muslimin? Buku ini mengulas aliran Salafi Wahabi hingga ke akar akarnya,
mulai dari sejarah kemunculan, pemikiran, metode penyebaran, hingga tokoh tokoh Salafi
Wahabi yang berpengaruh di tingkat dunia, termasuk di Indonesia. Insya Allah buku ini akan
menghilangkan rasa penasaran pembacanya tentang aliran ini. Dilengkapi data dan
referensi yang lengkap buku ini secara obyektif menggambarkan aliran Salafi Wahabi tanpa
bermaksud memprovokasi, apalagi memecah belah persatuan umat. Buku ini akan
meluruskan segala kesalahpahaman tentang aliran Salafi Wahabi, baik untuk mereka yang
membenci maupun yang cinta kepadanya. Diharapkan pembaca akan kembali kepada
ajaran yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan dan As Sunnah.

udul buku ini, Inilah Sebaik Baik Bidah, diilhami dari perkataan Sayyidina Umar bin Khattab
ketika beliau mengumpulkan umat Islam dalam pelaksanaan shalat tarawih berjamaah. Dari
perkataan Sayyidina Umar ini kita bisa memahami bahwa bidah itu tidak selamanya sesat
dan menyesatkan, tetapi ada juga bidah yang baik, Bidah Hasanah. Tetapi ada juga bidah
yang sesat, pastilah Sayyidina Umar tidak akan mengeluarkan perkataan sebagaimana
disebutkan. Jika Sayyidina Umar bin Khattab saja mengakui adanya bidah hasanah, lalu
kenapa ada sebagian orang yang tetap ngotot mengatakan bahwa semua bidah itu sesat?
Apa karena hadits Nabi Saw yang menyatakan bahwa kullu bidatin dhalalah wa kullu

dhalalah fin Nar? Buku ini mengupas tuntas tentang hadits di atas, dan beberapa contoh
bidah yang pernah terjadi, baik pada masa Nabi Muhammad Saw, sahabat, tabiin, dan
setelahnya.

Tradisi Islm yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan yang Islm di negeri kita
Indonesia khususnya di Pulau Jawa, agaknya mengalami kegoncangan. Hal ini disebabkan
oleh ulah sekelompok aliran atau faham Islm tertentu yang dengan sengaja
memutarbalikkan fakta kebenaran al-Qurn dan al-Hadts dengan melakukan distorsi
(penyimpangan) makna ayat dan memanipulasi nushsh. Buku ini memuat jawaban yang
mengakomodir (memuat) berbagai pendapat ulama yang berusaha menguak fakta
kebenaran yang hakiki di balik tudingan bidah, yaitu syirik, harm, dan pelakunya masuk
neraka. Tudingan tersebut ditujukan pada amaliyah yang selama ini berkembang di tengahtengah masyarakat Islm yang sudah menjadi tradisi dan corak budaya Islm khususnya di
tanah Jawa. Hadirnya buku berjudul Katanya Bidah Ternyata Sunnah ini diharapkan mampu
mengembalikan kecintaan umat Islm terhadap agamanya, melalui budaya dan tradisi
Islm yang selama ini dihujat dan dicap kolot. Dengan kata lain, hadirnya buku ini menjadi
titik terang dari sebuah kebenaran yang terlupakan, dilupakan, atau justru terabaikan. Buku
ini dengan jelas dan gamblang menguraikan batasan-batasan mana yang boleh dan
dilarang didukung dall-dall yang shahh dan kuat dari al-Qurn dan al-Hadts. Terlebih,
kemasan bahasa yang sederhana dengan beberapa istilah populer agar mudah
dibaca dan dipahami oleh semua kalangan. Penulis berharap, isi buku ini bisa dijadikan
dasar, referensi dan pegangan bagi umat Islm agar tidak ragu dalam menjalankan
amaliyah apapun yang bersifat ibadah

Dalam Hal Tawassul, banyak masyarakat yang masih awam dan belum mengerti serta
faham, lantas datanglah kelompok yang ekstrem dalam beragama yang menjenerilasasi

masalah tawassul dengan pendapatnya; pokoknya semua yang berbau tawassul adalah
syirik! Guru besar mereka, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, yang fatwa fatwanya banyak
diikuti oleh kaum Wahabi tidaklah berpendapat demikian. Mereka memperbolehkan
bertawassul dengan sifat sifat Allah, nama nama Allah yang indah agung, amal shaleh dan
orang yang masih hidup, selain tiga hal tersebut mereka mengatakan bidah, dan
sebagaimana biasa, setiap bidah menurut mereka adalah tersesat dan setiap kesesatan
pasti masuk neraka. Mereka menganggap orang yang bertawassul melalui media pangkat
atau jah Nabi, Wali atau yang lainnya itu musyrik, bahkan kafir sebagaimana sering
dituduhkan. Buku ini mencoba mengungkap masalah masalah yang berhubungan dan
berkaitan dengan tawassul dengan dalil naqli ataupun aqly berdasarkan dan berlandaskan
Al Quranul Karim dan Al Hadits Asy Syarif.

Ziarah kubur pada awal Islam, ketika pemeluk Islam masih lemah, masih berbaur dengan
amalan jahiliyah yang dikhawatirkan dapat menyebabkan perbuatan syirik, Rasulullah saw
melarang ziarah kubur, akan tetapi setelah Islam mereka menjadi kuat, dapat membedakan
mana perbuatan yang mengarah kepada syirik dan mana yang mengarah kepada ibadah
karena Allah, Rasulullah saw memerintahkan ziarah kubur, karena ziarah kubur itu dapat
mengingatkan pelakunya untuk selalu teringat mati dan akhirat Buku ini akan membahas
secara lengkap pengertian ziarah kubur, hukum-hukum ziarah kubur, tujuan ziarah kubur,
adab dan tata cara ziarah kubur, hal-hal yang dilarang ketika ziarah kubur, serta bagaimana
pendapat ulama, termasuk pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ziarah kubur. Disamping itu, akan dijelaskan juga bagaimana ziarah kubur
Nabi Muhammad saw, ziarah kubur ulama Shalihin.

Mahrus Ali sempat membuat heboh negeri ini, bukunya yang berjudul Mantan Kyai NU
Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik yang beredar luas beberapa tahun silam membuat

resah umat dan para kyai, khususnya dari kalangan Nahdliyin. Buku sanggahannya pun
muncul, ditulis oleh Lembaga Bahtsul Masail NU Jember. Kedua buku tersebut lalu menjadi
perbincangan hangat dan polemik di masyarakat. Akhirnya pada tahun 2008, Pasca
Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya menggelar debat ilmiah terbuka antar dua penulis
buku tersebut. Namun Mahrus Ali tidak datang, dengan alasan keamanan dan hanya
diwakilkan penulis kata pengantarnya, Ust. Muammal Hamidi. Tiga tahun berselang,
Mahrus Ali yang tidak menghadiri debat tersebut, tiba-tiba muncul dengan dua buku
barunya Bongkar Kesesatan Debat Terbuka Kyai NU di Pasca Sarjana Sunan Ampel
Surabaya dan buku Sesat Tanpa Sadar. Buku ini hadir untuk menjawab atau membantah
buku Sesat Tanpa Sadar karya Mahrus Ali, yang terbukti banyak melakukan pemelintiran
data serta tidak jujur dalam mengutip teks-teks para ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Bahkan yang lebih fatal, Mahrus Ali berani menyalahkan pendapat ulama rujukan utama
sekte Wahabi seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan lain-lain.

Mana dalilnya, sebuah pertanyaan yang sering kali kita ajukan ketika mendengar, membaca
atau melihat sebuah kegiatan keagamaan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Buku
ini menyajikan kepada Anda sebuah jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam buku ini kita
diajak untuk menyelami kedalaman makna Al-Qur'a, Hadis dan pemikiran para ulama untuk
memperluas wawasan.berpikir Anda. Sehingga, dengan membaca buku Insya Allah, Anda
tidak akan lagi terlibat dalam perdebatan yang menjemukan dan tidak bermanfaat.

Mana dalilnya, sebuah pertanyaan yang sering kali kita ajukan ketika mendengar, membaca
atau melihat sebuah kegiatan keagamaan yang berada di tengah-tengah masyarakat. Buku
ini menyajikan kepada Anda sebuah jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam buku ini
penulis mengajak pembaca untuk menyelami kedalam makna Al-Quran, Hadits dan
pemikiran para ulama untuk memperluas wawasan berpikir Anda. Shingga, dengan

membaca buku ini Insya Allah, Anda tidak akan lagi terlibat dalam perdebatan yang
menjemukan dan tidak bermanfaat.

Peringatan dan perayaan Maulid Nabi Muhammad saw adalah sebuah hal yang selalu
dijadikan perdebatan panjang dikalangan Umat Islam yang seolah tidak pernah ada titik
temunya. Padahal kegiatan ini telah menjadi kebutuhan bagi umat Islam Ahlussnnah Wal
Jamaah di dunia, terutama di negara kita Indonesia. Namun dalam perjalanannya selalu
ada kerikil-kerikil tajam yang selalu mengusik kegiatan serta peringatan ini dan hal ini telah
menimbulkan sakit hati dikalangan umat Islam mayoritas. Bukan hanya cap bidah yang
selalu disematkan kepada para pecinta Maulid Nabi Muhammad saw ini, bahkan stempel
syirik, sesat dan kafir tak luput dari gelar yang diberikan para pembenci maulid ini. Padahal
agenda terbesar umat Islam adalah ukhuwah Islamiyyah, namun gara-gara perbedaan ini,
akhirnya misi terbesar Rasulullah terabaikan, bahkan dilupakan begitu saja. Oleh karena
masalah ini perlu diberikan penjelasan yang memadai dan akurat, sehingga masalah ini
tidak menjadi sebuah perseteruan yang akan merugikan Umat Islam. Dalam buku ini alAllamah Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani mengupas secara
tuntas dan gamblang tentang kedudukan Seputar Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw
yang disertai dalil-dalil dari Al-Quran Al-Hadits, serta pendapat para ulama yang memiliki
kridibilitas dalam keilmuan

araknya gerakan Islam di Indonesia akhir akhir ini, dari pemain lama seperti NU dan
Muhammadiyah hingga para pemain baru seperti Hizbut Tahrir, PKS, Gerakan Salafi atau
Wahabi, sampai gerakan segelintir anak negeri yang cukup liberal [JIL]. Semestinya
sebagai umat Islam kita bangga dengan semangat keislaman yang diusung mereka.
Namun fakta berbicara lain, kemapanan pola keberagaman masyarakat yang telah
diperjuangkan para pemain lama ternyata malah diusik oleh para pemain baru yang

entah punya motif apa. Terbukti terdapat banyak sekali upaya upaya untuk menjauhkan
masyarakat dari para ulamanya, membuat mereka ragu, bahkan sedikit demi sedikit
meninggalkan kegiatan keagamaannya dan beralih kepada dakwah baru yang dikoarkan.
Bukan hanya itu saja, bahkan kecenderungan untuk berani mencerca dan melukai hati para
Sesepuh pun semakin mengemuka dan menjadi hal lumrah. Aksi penyesatan, pembidahan
dan pengkafiran sesama muslim pun seolah menjadi hobi baru yang semakin mencandu.
Oleh sebab itu, pemahaman kembali pada budaya yang sebenarnya merupakan hasil
ijtihad dakwah para ulama terdahulu menjadi suatu keniscayaan. Selain itu, upaya meretas
rumusan rumusan baru atas berbagai budaya masyarakat yang tidak akan pernah lepas
dari jalur jalur syariat juga harus dilakukan, sehingga budaya apapun yang sedang dan
akan kita temui bisa disikapi secara bijak tanpa terburu buru memvonis sesat, bidah, dan
kafir pada sesama muslim. Maka atas petunjuk dan anugerah Allah swt, khususnya
bimbingan para ulama, Terbitlah buku ini dengan judul Kajian Pesantren, Tradisi & Adat
Masyarakat, Menjawab Vonis Bidah.

nilah risalah kami [penulis] yang berjudul "an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi 'Irdh Inkar
al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah". Di dalamnya, saya ketengahkan beberapa
masalah ideologis (aqa'idiyyah) dalam tauhid yang saya ketahui, yang diperselisihkan di
antara Ibn Taymiyyah dan al-Albani, pada khususnya, dan sejawat-sejawat mereka yang
lain, pada umumnya. Selain itu, di situ saya ketengahkan beberapa masalah furu' yang
diperselisihkan di antara orang-orang yang telah kami sebutkan tadi. Latar belakang
ditulisnya buku ini adalah, saya bertemu dengan seorang pemuda penganut Al-Albani. Ia
bertanya kepada saya, "Mengapa Anda bersilang pendapat dengan Imam Ibn Taymiyyah
dalam beberapa masalah akidah, dan Anda mencelanya?" Saya jawab, "Pertanyaan ini
mestinya ditujukan kepada gurumu, al-Albani, sebelum ditujukan kepada-ku, karena dia
juga termasuk orang-orang yang mencela dan menolak beberapa keyakinan Ibn Taymiyyah
dalam banyak masalah. Barangkali, kalau seseorang mengumpulkannya, niscaya
terkumpul lebih dari 200 masalah." Orang itu berkata, "Apakah masuk akal? Bisakah saya
mengetahuinya?" Saya katakan kepadanya, "Saya akan menulis sebuah risalah untukmu
tentang sebagiannya. Lalu saya akan mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu, atas izin
Allah SWT, untuk mengumpulkan seluruhnya dan menuliskannya dalam sebuah buku
besar. Dalam buku itu, saya akan mengetengahkan masalah-maalah akidah yang
diperselisihkan di antara orang-orang seperti Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, asy-Syaukani
dan orang-orang yang bertaklid kepada mereka atau yang cenderung kepada mereka
seperti al-Albani dan beberapa orang yang mengaku salaf. Semoga Allah SWT memberi
mereka petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Maka, saya memulai risalah yang
ringkas ini. Semoga Allah SWT memberikan taufik-Nya.

Orang-orang Wahabi melancarkan serangan yang bertubi-tubi terhadap kaum sufi. Namun
rata-rata kritik mereka itu berangkat dari rasa fanatik yang tergesa-gesa, tanpa
pertimbangan dalil yang matang. Baru-baru ini mereka menulis buku khusus untuk
menghujat pandangan sufistik Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki serta Habib Umar bin
Hafid, ulama dan tokoh sufi masyhur dari Makkah dan Hadramaut yang memiliki banyak
pengikut dan murid yang tersebar di berbagai penjuru nusantara. Oleh karena reputasi
keduanya sangat harum dan pengaruhnya cukup besar di Indonesia, kaum Wahabi
berusaha merusak citra keduanya dengan menyebarkan buku yang isinya menghujat
pribadi keduanya secara ideologis bahwa beliau terjerumus dalam lumpur bidah dan
kesyirikan. Namun sebagaimana umumnya kritik mereka terhadap alamiyah falsafawiyah
tassawuf hal itu dapat dimentahkan dengan lumayan mudah. Buku ini kiranya cukup
sebagai jawaban atas tuduhan mereka itu.

Anda mungkin juga menyukai